BAB 2

6.6K 206 5
                                    


Gue baru selesai di skors selama tiga hari karena sudah membuat onar di kantin juga sering malakin orang-orang yang menurut gue enak untuk di palakin.

-Flashback tiga hari yang lalu

Dengan ke pasrahan gue pulang kerumah membawa surat pernyataan dari kepala sekolah ibu rempong killer itu, Rio pacar gue sudah mengantar hingga depan gerbang, hubungan gue dan Rio berjalan sudah hampir setahun setengah, iyalah gue sayang banget sama dia dan dia kakak kelas gue yang sekarang kelas tiga SMA jurusan Ipa, dia itu namanya Rio Eriyanto Rasyid anak pengusaha susu kedelai di pusat bandung, anak bungsu dan sama kaya gue yaitu bandel.

"Tan? Nanti malem keluar ga?" Tanya Rio saat kita sudah sampai didepan rumah seperti biasa dia selalu mengantar gue hingga rumah.

"Hem. Gatau deh, nanti aku sms kamu deh" ujar gue males, iyalah gue kan lagi nyiapin mental buat ketemu papa tercinta dan mamaku tercantik lagi pula gue enggak cerita ke Rio kalau gue kena skors.

"Yaudah, aku pulang ya. Bye" ujar Rio lalu memakai helm dan pergi meninggalkan gue dengan motor ninja berwarna merah miliknya.

Oke sekarang tinggal gue sendiri di depan gerbang berwarna coklat tua menatap rumah minimalis berwarna hijau pastel bercampur putih karena papa yang menyuruh tante Ifah untuk mendesign rumahnya. Tak terasa gue sudah ada di pintu utama dengan segala keberanian gue masuk dan gue yakin kalau papa belum pulang jadi cuma mama yang bakal ngomelin gue.

"Intania Syela Rosebud!" Tiba-tiba gue mendengar suara papa, tapikan mobil papa juga ga ada di luar tadi pasti itu suara yang terngiang di kuping gue deh. Gue melanjutkan naik ke kamar gue.

"Intania Syela Rosebud! Kesini kamu!" Bentak seseorang yang berada di bawah, serius kali ini kaya suara papa. Gue memberanikan untuk membalikan badan, dan bener saja papa dengan wajah tampan nancool itu berubah menjadi devil bin demon ditambah tanduk berwarna merah dan tongkat garpu tebalik itu pasti pas kalau papa pake sekarang. Astaga gue ini kok malah bercanda sih udah tau wajah papa udah kaya demon gitu, mama mana lagi? Kan dia bisa bantuin gue buat jelasin semua.

"Intan! Kuping kamu di kontrakin?!" Ujar papa kesal, eh? Kalau kuping gue di kontrakin tiap bulan udah kaya gue pap, gue pun menuruti kata papa untuk duduk di depannya.

"Tadi bu Namora telpon papa, dia memberitahu kalau kamu bikin ulah lagi dan di skors selama tiga hari" ucap papa dengan aura negatif kaya di tivi-tivi itu.

"Tapi itu buk-"

"Jangan banyak alesan. Kamu ini perempuan Intan tapi kenapa tingkah kamu kaya cowo sih? Apalagi masih kelas satu, kalau nanti papa dapet kabar ga enak dari bu Namora papa akan oper kamu ke Madrid sama eyang dan uti disana" ujar papa lalu pergi meninggalkan gue di ruang tamu.

Gue begini juga emang keturunan mama mantan bad girl juga papa yang hobby ngebalap, kan ada pepatah mengatakan 'buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya' nah berarti wajar dong ya gue seperti ini.

Malam pukul sembilan gue pun sudah rapi, sejak di marahin bokap kamar gue dikunci dan akan di buka saat jam makan doang itu akibat papa menyuruh mama untuk ngurung gue di kamar. Astaga ini seperti penjara tau ga sih? Ah kayanya begini deh yang di rasain Devin setahun yang lalu karena di keluarin dari sekolah terus di penjara sama ayahnya, tapi setau gue mana betah Devin dikamarnya? Gadget gue berdering menandakan ada panggilan masuk yang gue khususin untu Rio yaitu lagu my world is full with you.

Gue: "haloo?"

Rio: "kamu mau bareng ga? Nanti aku jemput"

G: "oke aku kesana, gausah aku pergi sendiri aja"

Cousin ProblemsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang