Intan terbangun saat merasakan tepukan dipipinya, semalem dia bisa tidur nyenyak setelah beberapa hari terakhir karena dengan senang hati Pras memeluknya hingga tertidur.
"ayo, udah hampir subuh" seru Pras dengan lembut, Intan pun merenggangkan tubuhnya dan keluar tenda. Pras menuntun Intan sebuah tempat yang dapat melihat matahari terbit dengan sempurn, semua orang pun telah ramai ditempat tersebut.detik demi detik mereka akhirnya dapat melihat matahari muncul memyinari bumi, cahaya itu dapat dilihat oleh mereka juga pancaran kehangatan dari matahari tapi tiba-tiba ada sesuatu menghalangi pancaran itu dan sesuatu yang berkibar di bawahnya. Intan mengerjapkan matanya beberapa kali untuk meyakinkan kalau matanya tak salah liat ataupun gesrek, disana ada sebuah helikopter mini yang mungkin hanya muat dua orang tengah menghalangi padangan semua orang terhadap sunrise dan terdapat tulisan yang membuatnya mengeryitkan dahinya memastikan tulisan itu bukan untuknya.
'Berdamailah denganku, Intania'
tulisan itu membuat hatinya mecelos, pasti pengirim itu Devin tapi kenapa dia bisa tau kalau hari ini ia mendaki? bisiknya. Pras menatapnya dengan penuh tanya.
"apa ini rencana Devin?" tanya Pras padanya yang dijawabi dengan bahunya yang terangkat, semua orang kini menatapnya seakan dirinya pencuri. Heli itu masih terbang dihadapannya tanpa merubah posisi, lalu terdengar suara pria yang masih dihafalnya dari balik tubuhnya.
"bagaimana?" tanya pria itu membuat Intan sepenuhnya membalikkan badan menatap pria yang sedang berdiri dengan kharismatika berbalut kaos yang melekat pada tubuhnya juga celana pendek levis tetapi beberapa tubuhnya dibalut perban apalagi lehernya yang harus disanggah itu.
"bagaimana? kau mau?" tanya pria itu lagi yang kini menipiskan jarak yang semakin dekat,Intan dapat mendengar suara disekelilingnya yang mengatakan 'Ya!'. dagunya pun dipegang dan berhasil menatap mata hazel yang selalu lembut dan teduh, ia menahan diri agar tidak meleleh seketika.
"kau tau aku disini, Dev?" tanyanya mengalihkan pertanyaan Devin.
"kau selalu mengalihkan pembicaraan, jawab dulu" ujar Devin yang kesal, Intan terkesiap ketika mata hazel itu berubah mengintimidasi secara cepat.
"aku takut"bisik Intan pelan, semua orang disekitarnya entah kenapa sudah pergi termasuk Pras yang ternyata diam-diam mengabadikan moment itu. Devin menarik Intan kedalam pelukannya tapi Intan menolak dan menjaga jarak sebisa mungkin, Devin menatap Intan dengan bersalah.
"jangan peluk gue! karena tubuh lo udah pernah dijamah" seru Intan dengan memalingkan wajahnya.
"serendah itu lo nilai gue? apa kesalahan gue ga bisa lo terima? lalu gimana kesalahan lo sama gue? " seru Devin yang meluapkan emosi, Intan terkejut mendengarnya ia tak menyangka Devin akan berkata seperti itu.
"asal lo tau ya Ntan, lo lebih egois dan enggak mikirin perasaan orang lain. selama lo kabur dari rumah abuela gataukan gimana keadaan gue,dan apa yang terjadi sama gue karena lo itu egois. gue tau lo pergi karena berduka tapi gue bisa jadi sandaran lo, dan lo malah kabur kesini. ternyata usaha gue selama ini ga ternilai dimata lo" ujar Devin panjang lebar dengan tatapan terluka, Intan tetap diam tanp menatapnya.
"dan satu lagi, gue pernah berjuang selalu ada buat lo meskipun gue sendiri sakit" tambahnya lagi sebelum melangkah pergi dengan terluka meninggalkan Intan.
"maaf Dev" ujar Intan pelan tapi dapat didengar oleh Devin, membuat Devin berhenti tanpa membalikkan badan karena hatinya terlalu sakit.
"maaf, karena gue ga akan pernah pantes buat lo,ga pernah ngehargain usaha lo, dan udah jatuh hati sama lo" ujar Intan yang semakin mengecilkan suaranya, kini hati Devin terasa lega.
"gue cuma mau lo menjauh dari gue, orang yang membuat tante Ifah hampir mati"tambahnya lagi dengan menghapus air matanya.
"gue ga peduli"balas Devin tetap dengan posisinya.
"maaf"seru Intan yang kini berlari dan memeluk Devin dari belakang meluapkan segalanya, ia terisak dan membuat kaos Devin basah.
"jangan berbalik, tetaplah seperti ini" bisik Intan saat Devin bergerak ingin membalikkan tubuhnya.
"gue mau berdamai, kita mulai dari awal."tambahnya lagi,tanpa bisa ditahan akhirnya Devin membalikkan badan menatap gadis yang hampir sembab, ia tersenyum dan menghapus air mata yang masih menetes dipipi nya.
"iya, kita mulai dari awal. maaf telah menyakitimu" ujar Devin yang senang dengan memeluk Intan dengan erat dan mengelus rambut gadis itu juga tak luput ciuman di pucuk kepala Intan.
"sudahlah, kita akan mulai semua anggap semua tak pernah terjadi" ujar Intan dengan senyumnya.
"kau ingat 3 permintaanku saat sekolah?" tanya Devin menatap Intan yang mengangguk
"aku mencintaimu,Nia" bisik Devin disela ciumannya di puncak kepala gadis itu,Intan kembali tersenyum merasa pelanginya hadir kembali.
"betapa pintarnya kau, mengatakan cinta saat matahari terbit. aku juga" ujar Intan semakin memeluk Devin.
"karena aku tau, kau sangat menunggu momen ini. aku juga apa?" goda Devin.
"aku lebih mencintaimu,Devin Elviansyah Carolo!" seru Intan kesal, mereka pun tersenyum memeluk dan menatap matahari terbit dengan bahagia.mereka akhirnya turun dari bromo, tak jarang Intan dan Devin berpelukan selama turun membuat Pras merasa jengkel karena seperti nyamuk diantara mereka. Devin pun menceritakan bagaimana ia tau kalau Intan mendaki dari awal sampai akhir yang ternyata dalangnya adalah Alex meskipun Intan tau pria itu selalu ada untuknya dan sangat baik hati meskipun pula dia sakit hati.
"berhentilah bermesraan, aku iri" seru Pras dengan wanjah cemberut.
"mas Pras kan dikit lagi mau menikah, tak perlu iri sama kami yang baru pacaran" jawab Intan membuat Pras malu.
"Pras, kau akan menikah dimana?" tanya Devin yang kini beralih pada pria yang seumuranny.
"di rumah Anna, kau ku undang secara spesial Sir" ujar Pras.
"terima kasih. bagaimana menikah di hotel milikku? di kota"tawar Devin.
"tidak usah, Sir. Anna hanya ingin yang sederhana" balas Pras dengan santai.
"yah, aku ingin berterimakasih karena sudah menjaga baby panda ini. bagaimana aku membalasnya" tanya Devin yang mendapat sikutan Intan.
"aku ikhlas-"
"kerjakan saja mas Pras di kantor mu,bodoh!" sela Intan sebelum Pras melanjutkan ucapannya.
"good idea! yaudah, kau kirim saja CV mu. ini kartu namaku" ujar Devin seraya memberikan kertas dari dompetnya, Pras dengan senang hati menerimanya dan akan memikirkannya.mereka pun kembali menaiki jeep untuk pulang kerumah, Intan duduk dibelakang sedangkan didepan ada Devin dan Pras yang mengobrolkan tentang apa saja membuat Intan bosan dan tertidur. setelah tiba,Intan langsung berlari memeluk pria yang berdiri dengan senang.
"Alex!! miss you so much!" seru Intan yang kini berputar dalam pelukan Alex,tak peduli dengan Devin.
"i miss you too"balas Alex yang makin mempererat pelukannya.
Devin membiarkan Intan bersama dengan Alex, karena ia tau Alex sangat menyayangi Intan dan ia sendiri ngobrol dengan Pras.
"bagaimana kau tau aku disini?" tanya Intan.
"tidak gampang, Devin kecelakaan aku rasa ada salah satu saraf diotaknya yang putus saat itu. dan di dalam saku Devin aku menemukan suratmu" jelas Alex yang telah menggandeng Intan, menikmati cuaca sejuk.
"Devin kecelakaan setelah pulang entah dari mana, rem motornya tak berfungsi hingga ia menabrak pohon dan terlempar beberapa meter, tulang lehernya mengalami kerusakan dan beberapa tubuhnya memar. tapi entah keajaiban apa dia ada disini" tambah Alex.
"semua karenaku? aku pembawa sial ya" ujar Intan dengan merasa bersalah, Alex langsung memeluknya.
"iya aku sial bertemu denganmu, hingga aku jatuh dan tak dapat disembuhkan" ujar Alex, Intan melepaskan pelukannya dan menatap Alex menyeluruh. "disini, dia tak bisa disembuhkan"tunjuk Alex ke dadanya dengan tatapan tegar.
"carilah yang lebih baik dariku, kau berhak mendapatkannya" ujar Intan dengan senyuman membuat Alex ikut tersenyum.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Cousin Problems
Romancesquel dari Love you and i Dont care * CERITA INI BELUM SAYA REVISI DAN EDIT, MASIH DALAM MASA 'BURUK' UNTUK DIBACA. NAMUN JIKA KALIAN TETAP MEMAKSA SAYA TIDAK MELARANG, ASAL JANGAN KOMEN SEPERTI "BAHASANYA ANCUR BANGET." "EYD-NYA JELEK." "TANDA BAC...