Aku terbangun karena suasana yang sangat berisik, mataku menangkap langit-langi bergambar dewa-dewi eropa, lalu mencium wangi ruangan yang sepertinya tidak asing bagiku.
"Bunda!" seru seseorang yang langsung memelukku, aku meringis kesakitan karena pelukannya yang terlalu erat denganku.
"Rama kangen Bunda" ucapnya lalu menciumi ku hingga aku tersenyum menerima perilakunya yang sangat menggemaskan ini.
"Bunda dimana ini?" tanyaku menatap Rama yang merebahkan tubuhnya disebelahku.
"dirumah Om Devin, Bunda kemana aja? kok Rama di Bandung Bunda enggak nyusul" ucapnya sedih.baru saja aku ingin menjawab ucapan Rama tiba-tiba orang yang sedikit kuingat dari puzzle yang tadi memecahkan kepalaku duduk disamping ranjang,menatap kami berdua dengan lembut.
"apa kau baik-baik saja? minum dulu" ucapnya penuh perhatian padaku, aku menyuruh Rama untuk bangun terlebih dahulu karena tanganku menjadi bantal baginya. aku pun meminum air putih yang diberikannya seraya menatapnya penuh teliti, mengingat siapa pria ini sesungguhnya.
"Kau sebenarnya siapa?" tanyaku menatapnya dengan tidak suka, sebelum dia menjawab tiba-tiba pintu kamar terbuka dan menghadirkan Elle yang sedang berseragam kedokterannya.
"tenang, aku periksa kamu dulu. Rama sama Uncle Dev dulu ya" ucap Elle yang langsung mendekatiku, sepertinya aku tidak tau kalau Elle mengenali Devin hingga mempercayai Rama pada pria tersebut.
"apa yang kau rasakan saat ini?" tanya Elle menatapku, aku membalas tatapannya seraya terdiam.
"seperti serpihan film yang sangat kusut, wajahnya-Devin- mengisi setiap film tersebut tapi aku tidak ingat" jawabku, Elle terdiam lalu memelukku erat seakan merindukanku.
"kau harus kembali padanya, karena itulah pesa terakhir Rio"bisiknya tepat ditelingaku, pelukanku mengendur untuk meminta penjelasannya.
"tidak mungkin Ell, Rio tak mungkin meminta aku menjadi milik orang lain dia sangat mencintaiku" ucapku pelan seakan aku tak yakin kalau Rio sangat mencintaiku.
"mungkin dengan kamu melihat beberapa foto ini kamu akan mengingat siapa Devin" ujarnya seraya memberiku sebuah album foto yag sedikit tebal.aku menatapnya tidak yakin, lalu dia meyakinkanku dengan memegang tanganku untuk membuka bersama album foto ini. foto demi foto kini kuperhatikan yang hanya berisi diriku dan Devin yang menghabiskan waktu bersama di berbagai tempat, memori dalam setiap foto kini seakan berputar dikepalaku tapi tidak sesakit tadi saat Devin memberikan foto balitanya yang sangat mirip dengan Rama. aku memijat batang hidungku yang seakan pusing melihat foto tersebut juga kenangan yang sedang berputar dikepalaku hingga aku kembali merasakan pusing yang sangat menyakitkan.
"minum dulu, abis itu kamu istirahat" ucap Elle memberiku segelas air putih.
Devin POV.
wanita ini tetap cantik meskipun umurnya hampir berkepala tiga, dia wanitaku yang tak pernah berusaha untuk menjadi milikku tapi aku selalu berusaha untuk menjadikannya milikku dan sebenarnya sudah hanya saja ingatan sialan itu yang membuatnya tak ingat padaku. tidurnya yang damai, serta helaan nafas yang lembut menandakan dirinya tengah merasakan kenyamanan dalam tidurnya hingga aku tak henti-hentinya menatap wanita ini juga jagoanku yang tidur disebelah wanitaku. kebahagian ini sangat berharga bagiku, meskipun ingatan sialan itu tak kembali aku akan memulainya dari awal agar ia tahu kalau aku sangat mencintai mereka.
aku mengecup dahi Intan cukup lama lalu beranjak ke Rama, jagoan ini memang mirip denganku tapi sifatnya sangat mirip dengan bundanya. aku pun beranjak meninggalkan kamar tersebut dan kembali kekamar sebelah untuk beristirahat meskipun tak merasa kantuk aku mencoba menutup mata ini, memikirkan cara agar Intan kembali mengingatku.
*Aku terbangun saat mendengar suara diluar kamar yang tak biasanya, tanpa menunggu lama aku langsung menyingkap selimut dan beranjak keasal suara gaduh yang membuatku terbangun.
tak henti-hentinya aku tersenyum melihat mereka sedang berada diruang tamu seraya menonton kartun juga beberapa cemilan yang berada dimeja, Rama yang duduk lebih dekat dengan televisi tak menghiraukan Intan yang selalu menegurnya. entah apa yang membawaku hingga kini aku duduk disamping Intan dan Rama hanya menatapku sekilas dengan tatapan sinisnya, meskipun perih tapi setidaknya dia berada disisiku saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cousin Problems
Romancesquel dari Love you and i Dont care * CERITA INI BELUM SAYA REVISI DAN EDIT, MASIH DALAM MASA 'BURUK' UNTUK DIBACA. NAMUN JIKA KALIAN TETAP MEMAKSA SAYA TIDAK MELARANG, ASAL JANGAN KOMEN SEPERTI "BAHASANYA ANCUR BANGET." "EYD-NYA JELEK." "TANDA BAC...