BAB 16

2.9K 123 3
                                    

Intan memasuki ruang kerja seseorang dengan membawa makan siang yang ia buat dengan usahanya tadi, dalam ruangan tersebut hanya ada pemilik kantor aneh itu.

"makan siang ke tiga puluh dua dari Intan" ujar pria itu saat melihat kalender yang berada di meja kerjanya.
"dan hari ketiga puluh dua setelah kita baikan" tambah Intan yang langsung duduk di kursi hadapan pria itu.
"jangan ingat itu, aku bener-bener minta maaf"ujar pria itu sedikit sedih,tapi Intan hanya mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum.

pria itu memakan dengan santai menu makan siang yang menjadi favoritnya sambil memandang gadis yang sedang duduk dihadapannya dengan kegiatan seperti biasa,design. entah sampai kapan drama ini berakhir ia sendiri tak tahu, apa bahagia atau menyedihkan ia sendiri tak dapat memilih yang terpenting ia bersama gadis itu. ia menutup tempat makan yang dibawa gadis itu dan mengambil tisu membersihkan mulutnya.
"bagaimana kalau hari ini kita jalan-jalan?" tawar pria itu membuat Intan memberhentikan kegiatannya dan menatapnya.
"apa ini sogokan agar aku tak ingat 'kejadian' itu?" tanya Intan sambil tersenyum ngejek. sedangkan pria itu terkekeh dan bangkit menghampirinya.
"Devin akan melakukan sogokan hanya pada Caca" jawab pria itu yang ternyata Devin, ia pun mengajak Intan berjalan-jalan setelah makan siang itu.
Devin membawa Intan kesuatu tempat yang sangat ia kenali sejak ia tinggal di Madrid. Istana kerajaan Madrid berada dihadapan mereka, tetapi Devin langsung menarik tangan Intan yang akan memasuki wilayah kerajaan.
"loh? kan pintunya disitu Dev" ujar Intan menunjuk gerbang masuk sambil memelas.
"kita enggak kesana"jawab Devin yang tetap berjalan menuju samping istana kerajaan itu.
"oh!" seru Intan terkejut saat mereka telah tiba ditempat penuh bunga.
"Salah satu monumen Mesir kuno yg menjadi daya tarik tersendiri di Parque del Oeste adalah Kuil Debod"jelas Devin sambil mengikuti langkah Intan yang mengagumi bunga berkelopak merah.
Intan spontan menghadap kearah Devin ddan terkejut kembali, "ini bukan taman bunga? enggak ada kuil kok disini" ujarnya sambil mencari bangunan yang tadi disebut Devin, tapi tak ada.
"ayo aku tunjukan"ajak Devin menggandeng tangan Intan.
Devin berjalan pelan mengikuti langkah Intan yang sedang menatap takjub serangkaian bunga ditaman tersebut, baru kali ini ia melihat gadis itu melihat sesuatu dengan takjub dan senang.

"kenapa bunga disini lebih indah dibanding di kebun Omah sih"ujarnya saat menyentuh kelopak bunga mawar berwarna putih tanpa memandang Devin.
"boleh aku memetiknya?" tanyanya menghadap Devin.
"asal tidak ketahuan"jawab Devin yang diam-diam telah memetik setangkai bunga mawar merah, Intan terkejut dan langsung menerimannya.
"apa kau tahu sejarah tentang kuil ini?"tanya Intan saat mereka berada didepan kuil dan segera memasuki.
"Tentu,tapi aku singkat ya. Selama pemerintahan Ptolemeus VI,Ptolemeus VIII dan Ptolemeus XII dari dinasti Ptolemaic, Kuil Debod diperpanjang pada ke empatsisinya untuk membentuk sebuah kuil kecil berukuran 12x15 meter yg didedikasikan untuk dewi Isis dari Philae. Kaisar Romawi Augustus dan Tiberius kemudian menyelesaikan dekorasinya" jelasnya, mereka berjalan memasuki kuil yang juga ada beberapa pengunjung sedangkan Intan mengambil gambar dengan ponselnya.

"Lalu beberapa bagian kuil sempat runtuh pada 1868, dan sekarang hilang. Kisah yg kurang menyenangkan itu muncul kembali pada 1960 dimana pembangunan bendungan Aswan memberi ancaman pada beberapa bagian monumen dan situs arkeologi." tambahnya.
"lalu apa yang terjadi? tak ada solusi?"tanya Intan.
"tentu Unesco bertindak demi warisan sejarah ini"balasnya,
mereka pun berkeliling mengitari kuil tersebut dengan berbagai obrolan yang menyenangkan hingga matahari terbenam. Devin mengantarkan Intan kerumah Abuela dengan mobil silvernya, dalam perjalanan yang lumayan jauh akhirnya Intan tertidur dengan bersandar jendela mobil. Devin yang melihat hal tersebut langsung menempelkan kepala Intan ke bahunya sehingga tak membuatnya sakit, ia menatap gadis itu, wajah damai serta polos membuat hatinya berdesir kesal.
Abuela terkejut saat melihat cucu cantiknya di gendong oleh cucu angkatnya, ini pertama kali kedua cucunya itu bersama kembali setelah delapan tahun berpisah.
"bawa ke kamarnya Vin!" ujar Abuela membuka pintu, Devin langsung meluncur ke kamar Intan tanpa diberitahu Abuela karena ia sudah tau walaupun tak diberitahu. ia menaiki lantai dua dan membuka pintu kamar berwarna putih, lalu meletakkan Intan keatas kasur dan menutupnya dengan selimut.
"kamu mau tidur disini Vin?" tanya Abuela saat cucunya itu menghampirinya.
"tidak Abuela, banyak kerjaan yang aku tinggali tadi. lebih baik aku kembali ke kantor, selamat malam Abuela"pamit Devin melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.
"kamu dengan Intan berpacaran,sayang?"tanya Abuela membuat Devin berhenti saat ingin membuka pintu, ia langsung menghadap kearah wanita paruh baya itu.
"kamu pacaran?"ulang Abuela dengan tatapan yang ia tak mengerti.
"dengan sikapku seperti ini, apa harus aku jawab pertanyaan Abuela?"tanyanya balik dengan tenang.
"Abuela tidak mengerti dengan sikapmu yang labil itu Vin, sejak kau kecil Abuela mengerti sikapmu tapi untuk ini Abuela tak mengerti."jelas Abuela
"Abuela tak perlu mengerti, Devin pergi" ujarnya yang langsung menghilang dibalik pintu tersebut menuju kantornya menyelesaikan pekerjaan yang tadi ia tinggali, ia memikirkan pertanyaan Abuelanya itu tapi tak lama ponselnya berbunyi.
'Abang! apa bener abang pacaran dengan nenek lampir?' teriakan seorang bocah laki-laki membuat Devin menjauhkan ponselnya.
"Mario, suaramu itu membuat kupingku keluar conge"
'Jijik!' kekehannya keluar saat mendengar ucapan bocah itu.
"haha, siapa yang kau sebut nenek lampir?"tannya mengembalikan topik pembicaraantadi.
'tentu saja si Intan itu, tadi aku tak sengaja menonton di youtube dan langsung menelpon abang' ujar bocah itu dengan cerewetnya.
"hemm, menurutmu cocok tidak?" goda Devin dengan nada serius.
'are u kidding? apa disana tidak ada cewe yang cantik?' tanya Mario dengan sarkatis dari suarannya.
"haha sudahlah abang mau bekerja, jangan beritahu Mom or Dad about it. bye little boy" serunya
'bagaimana ingin dapet cewe kalau kerjaannya pacaran sama kantor'terdengar gerutuan Mario sebelum panggilan tersebut benar-benar putus.

Cousin ProblemsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang