BAB 12

2.7K 124 2
                                    

Sebulan sudah semenjak kejadian mati suri yang dialami Mommynya, mereka kembali menikmati hidup bagai keluarga bahagia meskipun daddynya dengan sikap overnya menyewa beberapa bodyguard dirumah lamanya hanya untuk melindungi Ifah, wanita sekaligus istri tersayang dalam keluarga Soedibyo itu.
"Mom, ada yang perlu aku bicarakan" ujar Devin menghampiri Mommynya yang berada dikamarnya sedang mengelus perutnya.
"ada apa sayang?" tanya Mommynya menatap jagoannya dengan sayang.
"kita sekeluarga harus ke Madrid secepatnya, Dev ingin kalian dekat dengan keluarga Reyna" jelas Devin.
"ada sesuatu yang kau sembunyikan,Bang?"tanya Mommynya menatap jagoannya, ia sangat mengenal Devin sejak kecil.
"aku menemukan pria bajingan itu Mom"jelas Devin dengan menundukan kepalanya, Ifah yang mendengat menutup mulutnya dan juga kaget.
"dia pamannya Reyna-"
"lebih baik kita tunggu Daddy"ujar Mommynya yang sepertinya sangat terkejut hingga meninggalkannya yang masih menahan emosi.
*
Intan berjalan sendiri menuju rumah besar berwarna coklat pekat dipadu putih tulang itu dengan keyakinan yang sudah bulat, semua keputusan yang ia fikirkan selama sebulan sudah ia yakini. lagipula ia lelah hidup dalam kekangan Rio yang selalu mengancamnya.
"Eh, tumben cucu Omah setengah mateng dateng. sendiri pula, kamu kesambet petir dimana?" tanya wanita paruh baya yang berjalan menghampirinya, ia hanya bisa menaikan sedikit ujung bibirnya.
"Aku mau ambil tawaran Omah"ujar Intan cepat tanpa basa-basi, sedangkan Omahnya itu terkejut saat mendengarkan ucapan cucunya.
"Tawaran ke Madrid? astaga, kita bukan ke Madrid loh, tapi Paris" jelas Omahnya yang mengkoreksi tujuan dilemparnya cucu gadis tomboy dikeluarganya. Intan sempat terkejut, tapi ia tak peduli yang penting pergi dari Indo.
"Terserah Omah, mau ke Paris atau ke Texas juga terserah" jawab Intan cuek. Omahnya pun menghampirinya dan memeluknya.
"Akhirnya kamu mau ikut sama Omah juga, yaudah minggu depan kita bakal ke Paris terus ngurusin sekolah kamu" ujar Omahnya.
"Omah? seminggu apa enggak cepet banget? sebulanlah ya?" tawar Intan. tapi Omahnya itu menggeleng.
"tidak bisa Intan, besok Omah bakal yang ngurus semua yang di Paris ya walaupun jarak Madrid jauh dengan Paris kamu beranikan mandiri?"tanya Omah.
"Beranilah."ujar Intan sedikit lega karena ia tak harus satu atap dengan Omahnya.
"tapi ingat, jangan coba-coba bawa cowo."peringat Omahnya lalu berlalu meninggalkannya.
setelah kepergian Omahnya, ia bangkit berjalan mengelilingi rumah besar yang akan ia tinggali selama seminggu kedepan. tapi satu tempat yang sangat ia sukai dalam rumah itu adalah diruang keluarga, karena disana ia bisa menatap semua keluarga besarnya dari yang lama hingga terbaru. disana duduk Omah dan Opahnya memangku Caca dan Alen, lalu Tante Ifah duduk disamping Opah yang dirangkul oleh Om Rendra, di samping Omahnya berdiri Papanya yang merangkul dua wanita sekaligus dan yang terakhir cucu paling besar Devin berdiri di belakang Opah dengan berdiri tegap lalu dirinya yang meletakan tangan dibahu sepupunya itu. tapi ia selalu bertanya dalam hati, kenapa dalam foto tersebut Devin sangat berbeda dengan wajah bule selalu menjadi daya tarik dalam foto itu.
hari semakin gelap, ia menatap langit kamarnya. dalam seminggu ini ia harus mengatakan semuanya, meskipun tidak ada kesalah pahaman tapi kebenaran harus ditindak lanjuti.
*
Devin memasuki ruang keluarga, disana sudah ada Mommy dan Daddynya yang sedang mengobrol biasa tanpa menunggu lama ia pun menghampiri mereka.
"Sini Bang" ujar Mommy menyuruhnya duduk disebelahnya dan berhadapan dengan Daddy.
"ada apa Dev? kenapa tiba-tiba kau ingin menemukan kami dengan keluarga Reyna? kau tidak menghamilinyakan?" tanya Daddynya menatap anak sulungnya itu.
"Sayang, biarkan Devin bercerita" ujar Ifah menatap suaminya dengan kesal. Devin hanya tersenyum melihat pasangan itu, miris hatinya sekaligus iri dengan Caca yang anak kandung mereka tapi ia tutupi sifat tersebut.
"aku pengen kita kesana, aku tau siapa Daddy-ku,Dad" ujar Devin, sedangkan Daddy menatapnya tak mengerti.
"aku sudah tau ini akan terjadi, kejadian ini saat aku dikeluarkan sekolah atau mungkin ini penyebab aku dikeluarkan dulu ,mom dad. Nicholas-ayah Reyna- mengancamku akan membuat Daddy bangkrut secara bertahap yang ada di Madrid dan satu lagi dia akan membawa Reyna ke manapun asal tidak bersamaku,lima bulan setelah pengancaman tersebut aku mendapat kenyataan pahit saat sedang berada di lab aku mendapatkan sebuah surat tentang asal usulku yang ternyata aku anak dari paman Reyna yaitu William Orlando Carolo, dan disitu ada bukti yang kuat kalau aku anak dari Will yang berarti sepupu sedarah dengan Reyna" ujar Devin menceritakan keluh kesahnya, kedua orang tuanya pun masih menunggu kelanjutan cerita anaknya.
"Will,si brengsek itu terus sakit-sakitan, dan dengan tidak tau malunya Nicholas memintaku untuk menjaga adiknya itu. dan aku ingin Daddy dan Mommy mendengar dan mengambil keputusan setelah mendengar ucapan Will itu, karena kalian orangtuaku jika kalian ingin aku merawatnya maka akan aku lakukan"jelas Devin, ia menatap Mommynya yang terlihat menahan air mata dan menatap Daddynya yang terlihat berfikir sejenak.
"Daddy belum bisa mengambil keputusan, karena Dad belum bertemu langsung dengannya apalagi mengijinkanmu dengan gampang mengurusi bajingan itu meskipun ia ayah kandungmu tapi Mamamu adalah Istri dad dulu" jawab Rendra memijat batang hidungnya terlihat ia bingung sekali.
"Mommy berharap kamu mau merawatnya, bukan karena kamu bukan anak kami tapi Mom hanya ingin kau berbakti pada orangtua kandungmu, tapi jika kau tetap tidak mau setidaknya jangan memutuskan talidarah kalian" ujar Ifah tersenyum kepada kedua pria disekitarnya.
"Kalau begitu lusa kita akan ke Madrid, Daddy pun sependapat dengan Mom. kau sudah dewasa semua keputusan menentukan kehidupanmu" ujar Rendra meremas pundaknya, kini hanya ada Devin dan Mommynya.
"hidup sebagai anak yang tidak diinginkan sangat rumit ya mom, tapi kenapa Devin harus sepupu sama gadis yang Devin sayang?" ujar Devin dengan menyandarkan kepalanya dibahu mommynya.
"kau tidak boleh berkata seperti itu, tanpa adanya kau Mommy dan Daddy tak akan seperti ini. kau tetap anak kami Devin, Abang bagi Caca dan Adik Caca selanjutnya. dia bukan orang yang kau cintai? jujur saja, Mommy pernah berfikir kalau kamu sama Reyna lebih cocok jadi saudara, mengingat wajah kalian lebih mirip" ujar Mommynya mengelus rambut hitam pirang.
"maksud Mommy? Mommy hamil?" tanya Devin dengan senyum diwajahnya.
"entahlah, Mommy telat haid. lebih baik kamu packing, jadi kita bisa berangkat dari rumah Abuela"ujar Mommy lalu meninggalkanya.
*
Devin berjalan menuju kelasnya, tapi entah kenapa kakinya membawanya malah menuju kelas Intan. ia menengik kedalam kelas, mencari orang yang dikenalnya.
"eh Kakak Devin. ngapain? dikit lagi masuk loh" ujar seorang siswi yang mendekatinya dengan lenjeh, ia hanya menatap sinis tapi ia butuh informasi.
"Intan masuk enggak?"tanyanya sambil menatap sekeliling kelas Intan.
"diakan keluar, lo sebagai Pa-carnya masa gatau!" ujar gadis itu dengan sensi, Devin terdiam saat mendengar ucapan siswi itu dan langsung meninggalkan kelas tersebut.
Intan terbangun dari tidur nyenyaknya yang selama beberapa minggu ini sudah jarang ia nikmati, ia menatap sekelilingnya lalu turun dan keluar dari kamar tersebut menuju dapur.
"eh neng Intan, tadi Omah bilang sama saya kalau neng disuruh pindah kamar ke sebelah. soalnya nanti malem mba Ifah dan keluarga mau menginap"ujar salah satu pembantu dirumah tersebut. Intan mengerutkan dahinya, ini emang mereka tau gue disini atau apa? pikirnya.
"ngapain tante Ifah kesini?"tanya Intan kepo.
"kata Omah mereka mau kerumah pacarnya Mas Devin" ujarnya lagi lalu meninggalkan Intan.
ia berfikir sejenak, Devin beserta keluarga mau kerumah Reyna dan itu artinya mereka bakal ke Madrid tapi buat apa? sampai harus tante Ifah dan Om Rendra kesana?.
"hayo kamu mikirin apa?" tegur seseorang yang mengagetkannya.
"ih ngagetin Intan aja Opah!" seru Intan saat melihat laki dibalut pakaian lapangan lengkap dengan helm keamanan.
"Opah lagi di lapangan? tumben banget"tanyanya
"iya nih,padahal Opah males banget. tapi harus Opah yang nanganini semua. oh iya minggu depan kamu ke Pariskan sama Omah?"tanya Opah sambil meminum susu yang sudah disediakan di meja oleh Omah. Intan pun mengangguk menjawabnya.
"disana sih Omah punya adik,mungkin kamu bakal tinggal sama dia. itu loh neneknya Dion yang suka kamu panggil Yunani"ujar Opahnya mengingatkan sesuatu pada Cucunya.
"nenek Farzu ya?" tanya Intan yang diangguki olh Opah.
"iya, si Dionisos juga tinggal disitu. kemungkinan kalian bakal satu sekolah"ujar Opahnya.
*
rumah besar Omah dan Opahnya ramai dengan suara Caca dan Alen yang sedang kejar-kejaran, semua berkumpul dirumah tersebut termasuk orang tuanya yang Intan minta datang ke rumah Omah ada yang harus dibicarakan dan sangat penting.
Intan melihat Devin sedang melamun di gazebo sendiri, memandang kolam ikan. ia pun menghampiri Devin, ini akan berakhir semua akan terungkap.
"Dev" panggilnya
orang yang dipanggil menatapnya sesaat lalu kembali menatap kolam, ia menghela nafas pelan lalu ikut duduk di samping Devin.
"kenapa mendadak?" tanya Intan lalu Devin akhirnya menatapnya.
"i had something"jawab Devin lalu menatap Intan sepenuhnya.
"lo kapan berangkat?" tanya Intan.
"subuh"
mendengar jawaban Devin, Intan langsung berlari masuk kedalam rumah, ia teriak memanggil semua keluarganya. malam ini ia harus memberitahu semua sebelum terlambat,apapun akhirnya nanti dia tetep akan memberitahu semua.
"kenapa sih kamu teriak-teriak gitu!" ujar Papanya.
"Intan mau bilang sama kalian semua-" semua pun hening semua keluarganya sudah berkumpul kecuali anak-anak kecil yang sengaja tidak diberitahu.
"Intan penyebab tante Ifah koma selama setahun" ujar Intan membuat semua terlihaat kaget dan tak percaya.
"maksud kamu apa?"tanya Papanya yang ga mengerti.
"Rio Pap, Rio yang ngelakuin itu semua. dia benci sama Devin karena Dev pacaran sama Intan, seharusnya Intan enggak ngelibatin Devin ataupun tante Ifah kemasalah Intan sendiri dengan pura-pura pacaran sama Devin. Tante Fah, maapin Intan ya" ujarnya lalu menatap melas ke wanita yang sedang tersenyum tanpa sadar kalau Devin berada di belakang pintu, ternyata benar ucapan Rio kalau Intan hanya memanfaatkannya.
"iya Dek, Papa sama Om Rendra juga udah tau kalau pelakunya Rio. tapi tante bilang gausah dituntut karena diumur kalian dengan emosi yang stabil itu tante maklumin kok" ujar Tante Ifah. Intan langsung memeluk adik Papanya itu. ia tinggal memberitahu Devin, tentang masalah ini yang sebenarnya. Devin hanya diam didepan pintu dimana keluarga besar sedang berada dalam ruangan tersebut, sekarang ia paham dengan kejadian setahun silam dan dia tersenyum miris kalau ucapan Rio beberapa waktu silam memang bener kalau dirinya memang pembawa sial. ia pun memilih kembali kekamar, mencoba tidak berfikiran aneh.
*
Subuh pun datang, semua sudah bersiap dengan perlengkapan kecuali Intan yang masih terlelap dikasurnya. Devin menghampiri gadis yang tertidur pulas dengan kaos juga hotpants sed ng memeluk guling, ia merapikan rambut panjang yang menutupi wajah Intan lalu menatapnya.
"ternyata gue salah nilai lo, selamat tinggal" bisiknya lalu mengecup dahi Intan dan menutup rapat pintu tersebut dan segera menuju Bandara.
********

Hayyy!!!! Udah bosen ya ketemu mas Devin? Apalagi saya rasanya pengen muntah hshaha, etapi. Maaf ya kalau typo berterbangan secara bebas maklumi saja. Oh iya author main Secret lo hahaha biasa baru tau awal bulan kemarin haha dan ternyata ada juga yang baca salah satu novel aku, hehe

Cousin ProblemsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang