BAB 14

3K 137 2
                                    

Hari ini ia kembali bekerja seperti seminggu yang lalu meskipun tanpa Dion karena pria itu musti kembali ke Paris mengurusi perusahaan milik Nenek, perusahaan tempatnya bekerjapun sudah membuka butik di Mall tempat Alex bekerja meskipun belum selesai ia harus tetap mengawasi. ia juga belum bertemu dengan pemilik mall yang seharusnya seminggu yang lalu ia bertemu, ia pun tinggal bersama Omah dan Opah.
"Intan berangkat ya Omah, Opah"ujar Intan dan segera menyalami keduanya.
"sepertinya Omah kenal sama mobil itu"tunjuk Omah saat melihat mobil sedan silver terbaik diEropa terparkir di halaman depan. Intan pun juga mengikuti arah pandang Omah dan melihat siapa yang keluar.
"itu temen Intan,Alex."ujar Intan mengenali pembawa mobil tersebut.
"bukan yang bawa,tapi mobil itu"ujar Omah sambil mengingat mobil itu.
"sudahlah Omah, Intan berangkat ya"ujar Intan dan langsung menghampiri Alex yagng sedang bersandar di mobil tersebut dengan kacamata hitam keluaran Vogue terbingkai diwajahnya.
"Ready for meet my Bos?"tanya Alex saat Intan berdiri dihadapannya.
"agak sedikit gugup dan deg-degan sih tapi I'm ready!" jawab Intan dengan semangat, Alex pun tersenyum dan membukakan pintu mobil untuknya.
mereka berbincang ngalor ngidul hingga enggak berasa kalau kantor Alex sudah tiba, sebuah kantor sederhana yang mengatur beberapa perusahaan di Madrid termasuk perusahaan berlian milik Om Rend dan Mall tempat Alex bekerja.
"selera bos mu merendah ya"komentar Intan menatap kesekelilingnya yang tidak seperti perusahaan atau lebih tepatnya kantor lurah di Jakarta.
"kau tidak tau dalemnya, ayo aku tunjukan"ujar Alex membawa Intan memasuki kantor tersebut.
Intan terkejut saat melihat interior dalam kantor tersebut yang begitu mewah juga ternyata sangat luas,berbeda dari tampilan depannya, disini pun hanya ada dua lantai tapi mereka tetap memakai lift.
"kenapa tidak memakai tangga? hanya sekali naik tangga darurat bukan?" tanya Intan.
"kita bukan naik,tapi turun."ujar Alex mengulum senyum lalu menekan tombol ED yang artinya paling bawah. Intan masih bingung hingga ia menginjakan kaki di lantai yang sangat asing.
"perusahaan ini tidak seperti perusahaan lain yang berlomba-lomba mencakar langit tapi perusahaan ini membuat kita merasa kalau dibawah kita bisa merasakan yang pasti akan kita rasakan diatas."jelas Alex.
"maksudnya?"
"intinya bos ku tidak ingin sombong dengan gedung pencakar langit, ia ingin kita tetap merendah"ujar Alex lalu mempersilahkan Intan menunggu sebelum bertemu dengan bos nya.

Devin Pov
kerjaanku sejak tadi hanya mondar-mandir menunggu tamu yang akan menemuiku,tamu amat spesial sejak kecil. tiba-tiba pintu ruanganku terketuk dan muncullah sepupuku yang sebenarnya sekaligus mantan kekasihku Lareyna dengan busana formal menghampiriku.
"Uncle Will ingin kau membuat acara untuk sewindu perusahaannya,and without me"ujar gadis berparas menawan dan cantik itu duduk di meja kerjaku. ceritanya sangat panjang kenapa kami bisa menerima kenyataan yang membuat kami tak bisa meneruskan hubungan kami, sejak delapan tahun yang lalu aku bersama Mommy Ifah dan Daddy Rend langsung berangkat ke Madrid dan menemui keluarga terpandang Carolo dan mengikuti beberapa tes DNA untuk meyakinkan diriku kalau aku adalah anak Will dan setalah hasil tersebut keluar dan 98% aku anak dari Will dan Mommy Alinka aku memutuskan tinggal bersama orangtua kandungku. Reyna pun langsung kembali ke Madrid saat mendengar berita kalau aku adalah anak dari Unclenya, sebulan gadis itu tak mau menemuiku ataupun keluarganya yang lain dia hanya diam dikamar entah apa gadis itu lakukan tapi setelah keluar dia bisa menerima kenyataan tersebut dan bersikap selayaknya seperti keluarga, malah gadis itu sudah memiliki tunangan sejak dua tahun yang lalu.
"hey! kenapa melamun?" ujar gadis itu mengagetkanku, aku menatapnya, mata biru itu selalu membuatku tenang.
"baik, semoga tanpamu acara ini tidak nyeleweng dari yang aku rencanakan"ujarku sambil terkekeh mengingat beberapa tahun yang lalu aku juga disuruh buat cara tersebut tanpa Reyna malah aku membuat pesta clubbing yang penuh dengan aki-aki tua.
Reyna ikut terkekeh dengan tawa renyah bagaikan snack "aku harap tidak, maaf tak bisa membantu"
"tak apa, memang kau ada acara apa?"tanyaku mengusap lengannya.
"aku harus bertemu dengan keluarga James , untuk memperbincangkan pernikahanku"jelas Reyna dengan wajah senang. perbedaan agama kamipun tak menjadi masalah dalam keluarga kami, termasuk Ayah yang sangat menghargai agamaku ternyata dia bukan pria brengsek yang dulu aku juluki untuknya dia hanya pria yang mencintai wanita yang mengejar oranglain yang tidak mencintainya maksudku begini dahulu Will menjalin hubungan dengan Alinka saat mereka berada Amerika dan kebetulan satu kampus, Will sangat mencintai Alinka apapun yang wanita itu minta selalu dituruti hingga suatu hari mereka berbuat suatu kesalahan fatal hingga membuatku hadir dirahim Alinka ibuku, Will saat itu ingin menikahi Alinka malah ia sudah menyiapkan rumah tapi Alinka malah menolak dan menyuruh Will pergi dari hidupnya kalau tidak bayi itu akan dibunuh dan mau tidak mau Will menuruti dan tidak tahu lagi keadaan wanita itu hingga tujuhbelas tahun kemudian dia menemukan diriku dari informasi yang ayah Reyna kumpulkan, tapi Informasi tersebut disalah gunakan oleh ayah Reyna -Nicho- untuk mengancam kakek agar warisan semua berada ditangannya, dengan pasrah Ayah pun setuju tapi saat melihat ayah semakin sakit akhirnya Nicho sadar dan hingga saat ini mereka baik-baik saja.
"kau belum bisa move on?"terdengar suara Reyna yang terdengar sedih.
"tidak, hanya saja aku sedang memikirkan konsep apa"bohongku menatap gadis yang langsung tersenyum.
"selamat bekerja, dan sibuk ya bye"ujar Reyna lalu pergi dari ruanganku, ah gadis itu semakin dewasa dan aku tak menyangka dia akan menikah secepat ini. setelah kepergian Reyna aku kembali diliputi hati yang gugup, sikap yang jarang aku rasakan dalam suasana apapun aku pun memutuskan untuk duduk dikursi kebesaranku dengan berpangku pada kedua tanganku sambil memejamkan mata.
apa bisa rasa benci ini menghilang dan berubah menjadi rasa yang dulu aku punya untuknya?, sepertinya sangat susah untuk menghilangkan rasa ini ataupun-
toktok!
terdengar suara ketukan pintu, "Come in!" ujarku masih memposisikan seperti tadi tanpa melihat tamu yang datang.
"hey dude, what's wrong with you?" ah suara itu sangat menggangu acara meditasiku.
"shut up,Lex!" ujar ku yang masih belum membuka mata.
"open your eyes,aku membawa designer yang waktu itu mengadakan acara di Mallmu"ujar Alex spontan aku membuka mata terkejut, sedangkan Alex sudah keluar sepertinya dia memanggil seseorang. aku pun berdiri dan membelakangi pintu mencoba merelakskan segala yang ada dalam tubuhku.
"morning,Sir" suara gadis itu tak berubah sejak delapan tahun yang lalu, aku masih enggan membalikkan badan.
"Nia, dia bosku bernama Devin Elviansyah Carolo" ujar Alex bersamaan aku memutar tubuhku karena Alex memanggil gadis itu dengan sebutan yang dulu khusus untukku, aku melihat wajah terkejut darinya wajah yang ternyata lebih cantik dari sebelumnya apalagi sekarang dia telah berubah menjadi wanita elegan seperti gadis bangsawan di Paris sana. aku tersenyum saat mata kami bertemu.

Cousin ProblemsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang