BAB 15

2.6K 129 5
                                    

Intan memerhatikan setiap model yang keluar masuk membawakan baju designnya, dan ada beberapa baju yang ia keluarkan lagi dan terbaru. acara tersebut didatangi oleh tamu spesial juga wartawan yang ingin meliput acara tersebut, ia puas dengan acara perdananya. setelah semua model berkumpul ia menaiki panggung untuk acara spesial itu, dia tersenyum dan menerima sebuket bunga dari Jeni sebagai tanda kesuksesannya.
"terima kasih sudah datang dalam acara perdana saya setelah saya keluar dari perusahaan yang tak perlu saya ucapkan, tunggu rancanganku selanjutnya"ujarnya lalu tersenyum dengan bangga, ia pun lekas turun dari panggung tersebut dan segera menuju ruangan wawancara, ia akan diliput perjalanannya oleh salah satu televisi Indonesia. tapi sebelum keruangan tersebut, tiba-tiba Devin menariknya tanpa mempedulikan sekitar
"good job, sekarang lo punya kontrak sama gue tentang pekerjaan. gue harap itu menguntungkan"ujar Devin dan memajukan tubuhnya dan berkata tepat disamping telinga Intan.
"nanti malam dandan yang cantik, jam 7 ketemuan di lobby"
*

"panggil saya Nia aja"ujar Intan saat ditanya oleh presenter acara tersebut.
"baiklah, saya dengar dulu Nia tomboy,tidak peduli style dan terlalu dingin. apa bener?" tanya presenter tersebut.
"iya dulu saya seperti itu"jawabnya sambil terkekeh.
"lalu bisa jelaskan bagaimana Nia bisa mencapai semuanya hingga sekarang?"
"dulu saya hanya remaja yang terpuruk dalam masalah dan kebetulan Omah saya menyuruh saya belajar di Paris tanpa berpikir panjang saya menyetujuinya, setelah bersekolah di tempat tersebut saya berniat berubah menjadi feminim juga pintar hingga saya memilih menjadi designer"jelasnya dan berbagai macam pertanyaan tentang perjalanan kariernya ia jelaskan
"lalu apa Nia sekarang memiliki kekasih?"tiba-tiba presenter tersebut bertanya dan ia terdiam sejenak.
"heem, belum. saya ingin fokus dengan karier yang baru saja saya geluti"
"tapi bukankah anda dekat dengan presdir?"
"tidak, kami hanya sebatas rekan kerja"
setelah sesi wawancara, Intan langsung merebahkan tubuhnya, seharian ia tidak beristirahat makan siang pun belum. ia mencoba memejamkan matanya untuk tidur tapi tiba-tiba ia teringat sesuatu,malam ini ia akan makan malam dengan Devin dan sekarang pukul enam sore, ia pun bersiap-siap.
Devin telah siap dengan kemeja berwarna silver yang ia gulung sampai siku dengan celana levis, lalu berjalan menuju loby dengan santai. ia menatap arlojinya sudah telat lima belas menit Intan tak kunjung datang, ia berniat akan menyusul gadis itu kekamarnya tapi saat pintu lift terbuka dan keluarlah orang yang ia tunggu dengan dress berwarna tosca diatas lutut dan rambut hitam yang digerai tersenyum padanya.
"lo telat lima-"
"iya gue tau, udah ayo!" tarik Intan tapi Devin malah kembali menariknya dan membuat Intan menabrak tubuh Devin.
"kita kencan bukan main kejar-kejaran"bisik Devin sukses membuat Intan diam dan mengangguk lalu berjalan disamping Devin dengan tangan saling bertautan tak peduli dengan karyawan yang menatap terkejut.
mereka telah tiba di restoran yang telah Devin reservasi dengan private room, restoran itu bernuansa menyejukkan dengan wallpaper hutan juga interior yang mendukung terbuat dari kayu.
"besok-besok jangan ketemuan ditempat umum ah" ujar Intan setelah memesan makanan dan menunggu.
"kenapa? takut paparazi? atau takut ketauan pacar lo?"tanya Devin sedikit cuek.
"kalau lo udah tau gue punya pacar ngapain pacarin gue!" ujar Intan.
"karena gue yang bantu karier lo selama ini jadi sekarang, putusin aja pacar lo kalau keberatan" jawab Devin yang menatap Intan."karena gue gamau diduain dan itu gamungkin seorang Devin bersaing hanya untuk merebutkan lo"
Intan terkejut juga perih hatinya saat bibir Devin mengucapkan kalimat terakhir itu, dengan santai pria itu memberikannya kalimat setajam silet.
"enggak nyangka gue, kemana Devin dulu? haha gue lupa dia udah terkubur sama kesombongan!" ujar Intan lalu pergi meninggalkan restoran tersebut dengan menahan air matanya agar tidak menetes didepan Devin, dengan keadaan seperti ini ia hanya membutuhkan dekapan pacarnya yaitu Daniel tapi ia ingat kalau Daniel sedang berada di Indonesia. ia menghubungi Alex, ia butuh Alex saat ini tapi mengingat Alex berada di Madrid ia pun kembali sedih.
"Nia?"suara tak asing itu terdengar disekitarnya tapi ia tetap memilih menundukan kepalanya dengan menatap rumput yang ia injak.
"Alex?"ujarnya yang terkejut ternyata Alex yang barusan memangginya, ia langsung berhambur kepelukan Alex dengan derai air mata yang kini turun secara deras hingga membasahi sweater rajut milik Alex.
"ada apa? kemana kau menangis? apa karena berita yang beredar antara kau dan bos ku?" tanya Alex sambil mengelus rambut hitam itu tanpa merubah posisinya. tapi Intan tetap saja menangis hingga eyelinernya luntur dan membekas diwajahnya.
"berita apa yang kau maksud?"tanya Intan sambil mengelap air matanya asal dan juga ingusnya.
"kau tidak tau?disalah satu situs ternama negara ini, memberitakan kau sedang dinner romantis dengan bosku, disitu juga ada foto kalian sedang berpegangan tangan dan kalian terlihat menatap satu sama lain. makanya aku langsung ke sini,bagaimanapun juga aku sebagai sahabat kalian harus mengetahui tapi melihat mu sekarang aku tidak yakin".jelas Alex menggenggam tangan Intan yang terkejut.
"kami hanya merayakan kesuksesan Fashion Week"bohongnya sambil menundukan kepalanya kembali menahan air matanya.
"apapun acara kalian, aku ingin memberitahumu sesuatu"ujar Alex memegang dagu Intan agar menatapnya.
"apa?"tanya Intan.
"kalau nanti kalian berpacaran, jangan pernah kau menaruh hati padanya. untuk urusan percintaan bos ku itu sangat buruk, jadi sebelum kau menaruh hati padanya aku sudah memberitahumu" jelas Alex.
"apa dia memiliki kenangan buruk selain dengan Reyna?"tanya Inta penasaran.
"bagaimana kau tau tentang Reyna?" tanya Alex yang terlihat terkejut.
"hem... kami pernah tetanggaan sebelumnya" bohong Intan.
"oh, iya mereka ternyata sepupuan tapi dia hanya terpuruk sebentar tapi ada yang janggal dengan dirinya,dia begitu membenci wanita sejak kembali lagi dari Indonesia dan mulai bermain dengan dunia malam, setiap malam dia membawa wanita yang berbeda-beda ke apartmentnya dan yang terakhir Rachel wanita yang masih berada disisi dia. saat aku meninggalkan kalian berdua diruang bosku,aku khawatir takut kau diapa-apakan olehnya" jelas Alex sambil menyunggingkan senyum terharu. Intan diam sejenak, lalu membalas senyuman Alex.
"bersihkan wajah jelek mu, aku tidak suka melihatnya"ujar Alex memberikan sapu tangannya kepada Intan.
"sepertinya malam ini aku sangat menyeramkan ya?"tanya Intan sambil membasuh wajahnya dengan tisu basah yang dia bawa lalu dikeringkan dengan sapu tangan milik Alex.
"sangat, dengan duduk sendiri di taman yang gelap dan menangis. seperti hantu" ujar Alex sambil tertawa.
setelah membersihkan keadaan tadi, mereka mengobrol sejenak menceritakane segalanya selama mereka berpisah.
"Lex, aku lapar"ujar Intan dengan memegang perutnya yang sudah melilit kesakitan.
"aku kira kau mau disini hingga besok"usilnya sambil menggandeng Intan meninggalkan taman tersebut.
*
Kepergian Intan tidak begitu pengaruh kepadanya,buktinya ia menikmati makanan yang sebelumnya sudah dipesan dengan santai seakan tidak terjadi apa-apa meskipun hatinya sedikit tidak mood.
teringat kata-kata sebelum Intan bener-bener pergi sebelum kencan mereka dimulai,

Ternyata lo lebih buruk dibanding Rio

kalimat itu sukses membuatnya merasa tak ada oksigen lagi dibumi, sejak kapan seorang Devin di banding-bandingkan apalagi dengan Rio musuhnya dahulu juga kalimat itu membuatnya tak memberhentikan langkah Intan yang meninggalkannya. ia menatap kursi kosong yang ada dihadapannya,
kenapa sekarang perasaannya lebih sensitif dibanding dulu.

setelah selesai makan ia beranjak dari restoran tersebut dan mencari Intan untuk meminta maaf atas kejadian tadi, sudah berkali-kali ia menghubungi nomor Intan tapi sama sekali tak di jawab membuatnya tambah kesal.

Lama menunggu Intan pulang akhirnya gadis itu pulang dengan keadaan mabuk, jalannya pun sempoyongan dengan mata beler. Devin yang melihat langsung menghampiri gadis itu.
"eh lo lagi, ngapain? mau injek-injek gue lagi? ha?" racau Intan saat Devin menghampirinya, Devin tak menggubris racauan tersebut dan mengambil tangan Intan lalu ia rangkul menuju kamar hotel.
"enggak usah pura-pura baik deh, gue gabutuh kebaikan lo tapi gue bakal bantuin lo apapun yang lo mau"tambahnya lagi. Devin hanya diam dan membantu Intan masuk dan memberinya susu murni untuk menetralkan mabuknya.
*
Intan terbangun karena sinar matahari yang masuk dari sela jendela yang tertutup tirai berwarna silver itu, ia memegang kepalanya saat merasakan sakit yang luar biasa.
berapa gelas aku minum semalam?

ia menyalakan layar datar itu dan beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi, tapi tiba-tiba ia berhenti saat melihat seseorang yang sedang di wawancara.
What the hell!
ia segera masuk kekamar mandi dan mandi kilat.

Dengan senyum yang merekah diwajah tampannya, ia membawa sebuket bunga cantik juga makanan kesukaan orang yang akan ia datangi.
"kau mau minta maaf padanya?"tanya sahabatnya yang berdiri disampingnya.
"of course, karena dia salah satu rekan kerjaku. kalau kita tidak akur maka siklus ekonomi tidak seimbang" jawabnya dengan santai.
"bukan karena kau punya salah dengannya."tanya sahabtnya lagi.
"dengar, aku tidak pernah melkukan kesalahan dengannya" jawabnya lagi sedangkan sahabatnya hanya geleng-geleng tak menyangkaja.
"dan soal wawancara tadi?"
"kau seperti baru mengenalku"

mereka akhirnya tiba di hotel, sahabatnya memilih hanya mengantarnya sampai lobby. ia menunggu lift khusus, setelah itu ia menekan tombol lantai yang dituju. nomor kamar itu kini terpampang diwajahnya, ia pun memencet bel berkali-kali. saat pintu terbuka dan mereka menatap satu sama lain, ternyata gadia itu menutup kembali pintu tersebut.

"open the door,please" ujarnya dengan mengetuk pintu tersebut.
"pergilah, aku tak ingin melihat wajahmu!" jawab gadis itu.
"Nia, aku ingin bicara sesuatu padamu. tapi bukalah pintunya" ujarnya kembali.
"aku tak mau bicara dengan mulut pedasmu,Dev!" jawab gadis itu yang masih berdiri dibelakang pintu.
"beri aku kesempatan, setelah itu terserah padamu"ujarnya yang tak mau menyerah, gadis itu berfikir sejenak menolak sekuat apapun dia tak bisa. pintu tersebut kembali terbuka, gadis itu telah duduk di sofa dengan memalingkan wajahnya.
"aku minta maaf atas ucapan ku semalam"ujarnya masih berdiri dibelakang gadis itu.
"sudah aku maafkan"jawab gadis itu tanpa memandang wajahnya.
"lihat aku jika kau sudah memaafkanku"ujarnya sedikit membentak membuat gadis itu membalikan badan dan terkejut saat melihat sebuket bunga cantik di hadapannya.
"sebagai permintaan maafku, maukah kau hari ini bersamaku seharian?"tanyanya dengan wajah memelas, Intan diam memikirkan jawabannya.
"dan satu lagi, maaf tak memberitahumu tentang berita tadi. aku yakin kau melihatnya"tambahnya lagi.
"it's ok. aku sudah memaafkanmu dan akan selalu memaafkanmu"jawab Intan dan menerima bunga tersebut.

mereka pun berjalan-jalan mengelilingi tempat wisata terkenal di Singapura dan melupakan kejadian tempo hari yang seakan tak pernag terjadi apalagi sikap Devin yang begitu manis.
*

Cousin ProblemsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang