BAB 3

4.4K 188 0
                                    

Jam istirahat kedua pun berbunyi, tak banyak anak Harapan Bangsa ke kantin saat istirahat kedua karena mereka asik tidur ataupun main gadget, Intan dengan segala ketidak peduliannya ia mengabaikan orang yang sibuk memanggilnya yaitu Karina Abellia Putri.

"Ntan tunggu! gue mau ngomong sesuatu!" ujar Karin, inilah yang ia tunggu, sebuah penjelasan dari pengkhianat lalu ia menghentikan langkahnya tanpa membalikkan badan.

"ok, lo mau ngomong apa?"tanya Intan jutek dengan tangan yang dilipat didepan dada menatap Karin dengan sebelah alis.

"Gue sama Rio enggak ada apa-apa, sumpah demi deh Ntan. ok kemarin emang dia nyium gue" ujar karin, ia langsung menatap Karin seperti 'aha!ngakukan lo' tapi Karin langsung menjelaskan kembali.

"tapi itu cuma buat cemburuin lo.. ah iya cemburuin lo pas kita ketemu lo ama cowo dia kira lo selingkuh" ujar Karin dengan raut wajah ah seperti biasa selalu berpura-pura.

"so?"ujarnya yang masih belum puas dengan penjelasan Karin.

"dia sayang lo Ntan, kalau lo ga percaya lo temui dia nanti malam di club crystal jam 11" ujar Karin.

"kenapa gue harus ke club?" tanyanya bingung.

"karena akhir-akhir ini dia suka mabuk dan pulang pagi setelah lo putusin dia" ujar Karin dengan serius tapi ia hanya menjawab dengan ber-O ria padahal hatinya khawatir.

"tapi lo mau maafin gue?"tanya Karin dengan wajah melas.

"hem gue udah maafin lo, eh tapi itu sinetron banget deng. enggak! gue sakit hati sama lo, sebego-begonya gue, gue tau mana yang menikmati ciuman pipi dari Rio mana yang kaget." ujarnya lalu mengibaskan tangannya dan meninggalkan Karin.

ia melanjutkan perjalanan menuju taman, didepan sana sebuah pohon beringin yang menurut murid sini itu pohon paling serem tapi tidak menurut Intan, pohon itu ada kenangannya bersama sepupunya Devin Elviansyah Soedibyo. setelah sampai ia langsung duduk  sambil membuka buku sketsa yang ia simpen dibalik batang pohon tersebut, ia selalu membuat gambar entah itu sketsa atau seseorang tapi entah kenapa buku sketsa yang ia pegang sekarang lebih banyak gambar Devin, sekarang ia membuat sketsa mobil modifan yang di pesan seseorang.

Devin sangat hafal dengan sekolah ini, mungkin murid-murid bilang ia anak baru tapi ternyata dia lebih tau seluk beluk tempat ini, dan satu tempat favoritnya yaitu atap sekolah yang diisi dengan alat-alat yang sudah tak di pakai disini dia bisa melihat orang yang berlalulalang dibawahnya dan tepat dihadapannya ada pohon beringin yang sejuk, dengan santai ia turun melalui akar-akar pohon yang tak jauh dari atap menuju ke bawah, terlihat ada seorang gadis yang sedang asik menggambar.

"enggak ngucapin selamat datang sama gue Tom?"ujar Devin yang masih asik nangkring di antara batang pohon tersebut dengan memejamkan mata.

Intan yang mendengar suara asing tersebut menegang saat panggilan khusus dari Devin kini berada didekatnya, ia langsung menengok ke kanan dan kekiri tapi hasilnya nihil tak ada siapa-siapa.

"gue di atas Tom!!"ujar orang itu, lallu tanpa menunggu lama, Devin langsung turun dan berdiri didepan gadis yang ia panggil Tom yang sedang menatapnya tanpa kedip.

lama mengamati cowo yang didepannya,akhirnya ia sadar seseorang yang ia anggap musuh kini ada dihadapannya dengan seringai khas bule bermata hazel itu.

"Deviiinn si Jerry!!!!!!" ujar Intan yang langsung memeluk Devin dengan erat tak peduli dengan keadaan kantin yang ramai karena melihat pria tampan yang dipeluk si tomboy Intan.

"yang sopanan kek nyapa tamu" gerutu Devin tapi ia membalas pelukan sepupunya ini, bukan tetapi gadis terdekatnya.

"bodo ah, oleh-oleh manaaa?" tagihnya ,ya Intan selalu menagih sesuatu kalau Devin datang ke Indonesia.

"dasar bodoh! gue disini ga berkunjung tapi stay in here. look"ujar Devin menunjukan seragam yang ia pakai. Intan menatap tubuh tinggi dihadapannya dari atas sampai bawah, baju yang sama dengan seragam anak laki disekolahnya, dan itu artinya..

"ouhhh Jerry!!" ujarnnya takjub "lo sekolah disini? kelas apa?"ujar Intan sambil mengajak Devin duduk dibawah pohon favoritnya.

"iya gue sekolah disini, kelas 12Ipa1" ujar Devin menatap sepupu tomboynya itu, dari dulu mereka paling tak bisa bersama dalam jangka waktu lama tapi karena Devin yang jarang ke Indo membuat Intan bersikap ramah jika pria itu berkunjung untuk waktu seminggu tapi kalau sudah lewat seminggu jangan harap mereka akur.

"terus lo kenapa pindah? kok ga ada kabar mau kesini sih?"tanya Intan penasaran.

"gue mau sekolah lagi, bosen nganggur satu tahun Ntan. dan mommy emang sengaja mendadak biar ga repotin abuela"jelas Devin lalu tiba-tiba dia merangkul tubuh Intan dan mejawil hidungnya, kebiasaan Devin memulai perang dengan Intan seperti itu.

"Jerry setan!! hidung gue merah,nyet!!" teriak intan saat melihat Devin sudah berlari sambil memeletkan lidahnya lalu berjalan santai dengan wajah datar seperti biasa, tiba-tiba terbesit tentang Reyna gadis mungil itu yang sudah setahun ia gantungi. ia terduduk di depan ruang perpus,mengeluarkan benda kecil berlambang apel digigit yang dilindung dengan silicon bergambar costum keluarganya. lalu ia membuka aplikasi email yang sejak setahun ia diami, terakhir gadis itu mengirim sebuah foto keadaan gadis itu yang sedang menuntut ilmu di Oxford University dengan wajah cantiknya dan sebuah pesan yang tertera disana.

how are you? i hope you ok. sorry until now I can't go Indonesia, I'm very busy. although you not reply, I always waiting your message in my inbox. everynight I can't sleep, I always thinking about you? do you still love me,Dev? jangan diamkan aku seperti ini? apa aku hanya patung bagimu? apa salahku hingga kau mendiamiku? ku ingin aku pergi dari hidupmu? ya? kalau ia akan ku usahakan tak akan mengganggumu lagi.

itulah isi pesan dari Reyna, benar saja sudah sebulan gadis itu tak menghubunginya, biasanya gadis itu akan selalu mengirim email setiap hari, ia menghela nafas panjang ia juga merasakan  yang Reyna rasakan, sama-sama tersiksa dengan keadaan yang tak seharusnya mereka jalani. ia memandang lurus lapangan yang luas dengan fikiran yang memutar kejadian lima belas bulan yang lalu, dimana ia bertemu dengan ayah Reyna dilapangan tempat Reyna sedang bimbel.

"Devin!!!!!" teriak seseorang membuyarkan lamunannya yang tadi sambil mengelus telinga kanannya.

"Lo masih mau disini ampe pulang? udeh masuk Jerry!" teriak gadis tomboy yang sangat ia kenal, lalu menatapnya, Intan gadis yang sejak kecil bersamanya kini berubah dewasa dengan gaya lelaki membuat cantiknya tertutup.

"lo mau sampe kapan mandang gue?" ujar Intan dengan malas,lalu meninggalkan Devin yang masih duduk di depan perpus.

Cousin ProblemsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang