BAB 11

2.9K 131 1
                                    

Beberapa bulan akhir ini Devin selalu menunggu Mommynya, setiap perubahan dari Mommynya hanya dia yang tau karena dia tak mau memberi harapan yang tidak pasti kepada daddynya. dan akhir-akhir ini pula daddynya selalu sibuk bekerja, sehingga tak sempat menjaga istrinya tapi itu sama sekali tak masalah baginya malah ia senang bisa fokus mengurusi wanita yang ia sayangi itu. selain itu ia juga menjaga jarak dengan Reyna untuk terbiasa ke depannya, dan untuk Intan ia juga menjaga jarak beberapa bulan akhir ini selain karena ia harus bolak balik Jakarta-Bandung sehingga tak ada waktu untuk berlibur dengan sepupunya itu tapi tidak untuk hari ini ia sengaja mengajak sepupunya itu pergi kesuatu tempat.
"Caca mau abang anter kerumah Zhifa?" tawar Devin saat melihat gadis kecil dengan kepang satu tersampir dibahunya sambil membawa tas ransel percis ingin kamping. memang benar sih, keluarga Tante Luna sengaja mengajak Caca dan Alen camping di Bali untuk berlibur dan agar Caca tidak menanyakan Mommynya yang tak kunjung sadar.
"tidak abang. Caca mau mandiri, nanti Zhifa sama Al tunggu di Pesawat" cletuk gadis itu sambil diikuti oleh perawat yang disewanya untuk menjaga Caca.
"yaudah, nanti telpon abang ya" ujar Devin menggendong Caca menuju mobil dan mencium kening gadis kecil itu. lambaian tangan dibalik kaca mobil itu semakin tak terlihat, ia segera kembali masuk kedalam rumah lamanya yang baru saja kembali ia gunakan.
"kering dah ini" sindir gadis remaja yang duduk di anak tangga rumahnya sambil berpangku pada kedua tangannya.
"sorry, yuk cabut" ajaknya menuju mobil sedangkan gadis itu mengikutinya menuju mobil Jeep Robicon berwarna Hitam Matte milik om Billy yang sedang tukeran mobil dengannya.
Hari semakin gelap, mereka masih dalam perjalanan dengan cuaca yang semakin dingin. Devin menatap Intan yang terlelap dengan kepala menyender ke jendela dan menangkup kedua tangannya di dada, dengan baik hatinya Devin melepaskan jaket yang ia pakai dan ia beri ke Intan. ia melirik jam di pergelangan kirinya menunjukan pukul tujuh malam, sekitar lima belas menit lagi akan tiba di lokasi.
"kok lo enggak bangunin gue sih?" ujar gadis yang sedang mempererat jaket miliknya dan keluar dari jeep setelah sekitar sepuluh menit yang lalu tiba.
"abis lo tidur nyenyak banget" balasnya sambil menghangatkan tangannya di sekitar bara api yang ia buat.
"ini dimana sih? dingin banget" ujar gadis itu yang masih belum menyadari sekitarnya.
"sini makanya" ujar Devin menepuk sampingnya sambil berbalik badan.
terlihat kota Bandung secara horizontal terpampang dalam pandangannya, ia diam sejenak menikmati pemandangan yang jarang ia temui-mungkin ia belum tau lebihtepatnya-
"kita di Bukit Moko, kerenkan" ujar Devin dengan nada bangga tapi tampang datar.
"indah lebih tepatnya sih" ralat gadis itu.
"tenang, kita bakal bermalam disini" ujar Devin
"maksud lo?"
"gue udah siapin semuanya kok, tenang aja Intania Syela Rosebud" ujar Devin dengan kekehan saat gadis itu menonjok lengannya.
Mereka menikmati semilir angin sejuk dengan hening, sesekali Intan bertanya tempat yang terlihat dari tempat mereka berada. lagu dari musik player pun menemani mereka berdua, berhubung Devin tidak dapat memainkan alat musik juga. Api unggun kecil itu semakin lama semakin habis dann tidak memberikan mereka kehangatan lagi, membuat mereka saling mengusapkan kedua tangan mereka ke lengan masing-masing. Devin mengambil sesuatu di mobil, lalu ia kembali duduk disamping Intan.
"sini berdua,gue cuma bawa selimut tebel satu" ajak Devin, Intan tanpa berfikir panjang langsung mengambil posisi disamping Devin dengan berbagi selimut, ia merebahkan kepalanya dibahu sepupunya itu.
"menurut lo hal yang tak mungkin terjadi dalam fikiran lo bakal kejadian ga?" tanya Devin,Intan sejenak berfikir mencerna perkataan Devin. selama ini ia tak pernah berfikir yang tak akan terjadi bkal terjadi, boro-boro yang enggak akan terjadi, yang terjadi aja ia bodo amat.
"bisa jadi kalau kehendakNya" jawab Intan dengan santai sambil memandang cahaya dari kota Bandung.
"kalau gue sama Reyna sepupuan, menurut lo apa?" tanya Devin tanpa bermaksud apaapa
"kalian gaboleh pacaranlah" jawab Intan terdengar pelan.
"kalau gue bukan sepupu lo, dan lo suka sama gue apa itu bakal terjadi?" tanya Devin lagi, tapi Intan tak langsung menjawab tidak seperti pertanyaan sebelumnya. lama Devin menunggu akhirnya ia melihat kalau gadis di sandarannya terlelap dengan tenang.
*

Cousin ProblemsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang