BAB 18

2.6K 118 10
                                    

Pagi yang cerah di awali dengan sarapan pie kacang buatan Intan, wanginya hingga membuat Devin terbangun dari mimpinya ia pun bergegas mandi dan menuju ruang makan.
"astaga enak sekali makanan buatanmu, kau pandai sekali memasak Nia" ujar Ayah Will setelah menghabiskan pie buatan Intan, sedangkan gadis itu hanya tersenyum atas pujian yang diberikan ayah Will.
"ada yang tersisa untukku?" tanya seseorang yang baru saja menuruni tangga dan langsung duduk bergabung dengan mereka.
"nih"ujar Intan memberikan pie untuk Devin. pria itu sangat menikmati kue tersebut tanpa bicara hingga habis.
"kalian mau pergi sekarang?" tanya Ayah Will saat melihat semua sudah selesai sarapan.
"iya Yah, aku langsung ke kantor dan besok malam akan berangkat ke Indo" ujar Devin sedangkan Intan merapikan piring kotor bersama beberapa pelayan yang membantunya.
"yasudah, titipkan salamku pada keluarga disana"ujar Ayahnya. mereka pun meninggalkan kediaman tersebut dengan mobil yang sama seperti semalam, dalam perjalanan Intan hanya memandang keluar jendela.
"apa ada yang mengganggumu?" tanya Devin setelah setengah perjalanan hanya diam tanpa mengobrol.
"entahlah, rasanya disini ada yang mengganjal dan begitulah" jelas Intan seraya memegang dadanya yang merasakan hal aneh.
"jangan kau pikirkan, lebih baik kau beristirahat kembali. kemarilah" ujar Devin menyuruh Intan merebahkan kepalanya di pahanya, ia membelai rambut kecoklatan milik Intan hingga membuat gadis itu terlelap dalam perjalanan.

Mereka tiba diperusahaan, Intan pun mengikuti langkah Devin yang membawanya keruangannya seharusnya ia berada di butiknya hari ini untuk melihat bagaimana keadaan butiknya bekerja tapi Devin sudah menyuruh seseorang untuk mengatur butik kecilnya itu. tidak sampai itu alasan Intan untuk pergi dari Devin, ia beralasan ingin reuni dengan teman kampusnya ataupun mengecek keadaan rumah Omah yang telah ia tinggali.
"astaga!" ujar Intan terkejut mengingat sesuatu.
"apa? apapun alasanmu tetap kau harus bersamaku hingga kita tiba di Indo" ujar Devin yang sudah menebak alasan Intan selanjutnya dan tak terpengaruhi malah menyibukan dengan berbagai dokumen yang sedangg ia tangani.
"kali ini aku tidak beralasan Dev, percayalah aku akan kembali ke kantormu. aku ada janji bertemu dengan Dion hari ini untuk membicarakan sesuatu" ujar Intan dengan wajah serius.
"Dion? Dionis maksudmu? suruh dia ke kantorku"balas Devin yang masih sibuk menatap dokumen itu.
"terserah kau sajalah, yang penting kali ini aku harus pergi."ujar Intan yang langsung lari pergi meninggalkan Devin yang terlihat menahan kesal.
"kepala batu!" ujar Devin yang akhirnya menyerah dan membiarkan Intan pergi.

Intan pun pergi menggunakan taxi setelah dengan susah payah menolak supir yang tadi mengantarnya juga Devin ke kantor, hari ini ia berniat kembali kerumah omah untuk bersiap-siap esok malam pergi setelah itu bertemu dengan Dion, untuk yang itu dia sama sekali tidak beralasan karena tadi ia ditelpon oleh Dion dan ada yang perlu di bicarakan. ia pun membayar taxi dan segera memasuki rumah omah, tapi setelah tiba di kamarnya, sejurus kemudian sifat pemalasnya hadir dan membuatnya kembali merebahkan tubuhnya di kasur empuk itu.
setelah puas bermesraan dengan kasurnya, ia pun berniat merapikan rumah Omah yang tidak ada pembantu sama sekali dirumah yang lumayan besar. ia mulai membersihkan kamar utama, lalu kamarnya dan terakhir kamar tamu berlanjut membersihkan dapur hingga tak sadar hari semakin sore ia pun kembali kekamarnya dan mengecheck gadgetnya, terdapat beberapa pesan dari seseorang.

From: Devin
Kenapa lama sekali? aku butuh kau buatkan makanan, cacingku sudah demo!

pesan yang diterima waktu makan siang itu tak terlewatkan mengingat hari sudah sore.

From: Devin
Hey! kembali kau, aku membutuhkanmu. hingga saat ini aku belum makan, kau ini menyiksaku!

From: Dion
Aku menunggu di Hardrock.

setelah membaca pesan dari Dion ia pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan bersiap bertemu dengan sepupu jauhnya.
*

Devin enggan beranjak dari kursi kebesarannya sejak pagi tadi, ia hanya ingin menunggu Intan datang membawa makanan untuknya jadi ia hanya meminta office boy membuatkannya kopi juga beberapa cemilan, hari semakin sore tapi tanda-tanda kekasihnya akan datang itu tak kunjung muncul, pesannya pun sama sekali tak di balas juga panggilannya yang tak di angkat membuatnya kesal. ketukan pintu membuyarkan amarahnya, ia berharap kali ini Intan yang datang.
"masuklah!" ujarnya seketika itu juga muncullah sahabatnya,ia pun langsung menyuruhnya duduk.
"ada apa? kenapa kau-"
"aku mengundurkan diri, aku akan pergi ke London menyusul Mommyku" ujarnya seraya menyerahkan surat pengunduran diri.
"Lex? kenapa? ada masalah?" tanyanya saat mendengar keputusan sahabatnya yang sama sekali tak terduga olehnya.
"tidak ada, semua baik-baik saja. hanya saja aku ingin bersama Mommy, aku mohon kau bisa menerimanya"ujar Alex
"apa semua ini karena aku akan bertunangan dengan Nia?" tebak Devin menghampiri Alex.
"kalau aku bilang iya, apa kau akan membatalkannya? tentu tidakkan?" ucap Alex yang kini menatap Devin dengan tatapan sulit diartikan.
"kau menyukainya-"
"tanpa kau bertanya, apa kurang jelas sejak dulu wanita yang selalu aku ceritakan padamu itu adalah Nia?" kini Alex sedikit emosi menjawab pertanyan Devin.
"Tapi aku tidak tau, aku kira-"
"sudahlah Dev, aku mengalah untuk kebahagian Nia. tolong jangan sakiti dia, aku titip Nia padamu" ujar Alex seraya meninggalkan sahabatnya itu yang tengah menyesali perbuatannya.

Cousin ProblemsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang