BAB 27- END

5.6K 140 9
                                    

Terimakasih atas partisipasi kalian selama membaca Cousin Problem, maaaf selama ini aku banyak typo dan kurang memuaskan. Dan sekali lagi, sepertinya aku ga bakal bikin squel cerita Intan dan Devin. Kenapa? Aku masih dalam project pembuatan squel SECRET Admirer yang mau aku bikin tentang Zhifa, Al dan Edgar belum lagi tentang BiLun. Kalau ada yang mau nanya silahkan dikoment dan pasti aku jawab. Dan selama ini maaf kalau authornya rada gajelas. Kalau kalian ada yang mau nanya selain cerita aku, gapapa yuk kita berteman hehehe.

Di mulmed gaun Intan ya.

Aku berjalan dengan gugup di karpet berbulu halus berwarna keemasan menggunakan gaun putih yang sangat indah. di depanku kini berjalan seorang anak laki-laki tampan dengan suit seukurannya tengah tersenyum mendampingiku. semua para undangan menatap kami setelah pria yang menungguku disamping penghulu telah mengucapkan sakralnya, hari ini impian duluku terkabul melihat pria bermata hazel menatapku penuh cinta setelah mengucapkan ijab kobul.

hingga tak terasa kini aku berdiri didepan pria yang memakai jas hitam yang sangat melekat ditubuhnya, kemeja putih yang dikalungi dasi simple di lehernya dan terakhir rambutnya yang baru itu tengah menyodorkan tangan kananya padaku sambil tersenyum dengan senang hati aku menerimanya dan langsung berdiri disampingnya.

"allhamdulilah, sekarang Intan boleh mencium tangan Devin selaku suami sah kamu" ujar sang penghulu membuatku melirik kearah pria disampingku.

Dia adalah Devin Elviansyah Carolo, sudah menghalalkanku setelah perjuangan yang ia lalui agar aku ingat dengannya, pria yang pernah aku anggap ssaudara sepupu yang tak mungkin aku cintai kini bisa aku miliki, pria yang menerima kekuranganku dahulu hingga sekarang dan ayah kandung jagoanku Ramadanish Elro yang kini memiliki nama Carolo dibelakangnya juga ayah dari anak-anakku nanti.

sebelum aku mencium tangannya, Rama sebagai pendampingku memberikan kotak berwarna tosca kepada Devin. cincin berbentuk sederhana dengan bermata berlian berwarna merah kini ia masukkan ke jari manisku, lalu aku mengambil pula cincin yang sama dalam kotak tersebut dan memasukkannya ke jari manis Devin dan aku mencium punggung tangannya dengan hikmat, ia memegang kedua sisi kepalaku dan didekatkannya wajahnya padaku begitu pula bibirnya yang kini sudah mendarat di keningku.

"aku mencintaimu, my dear" bisiknya tepat ditelingaku, rasa hangat juga senang menyelimuti hatiku yang tengah bergemuruh.
"aku lebih mencintaimu, Dev" balasku menatap mata hazelnya yang kini menatapku seakan kami hanya berdua diruangan ini.
"Bundaa!!" teriakan itu membuyarkan kami berdua dan mencari asal suara yang membuat kami terkekeh melihat wajahnya yang sedang cemberut menatap kami dari bawah.

Devin menggendong Rama dengan cekatan, lalu mencium pipinya membuatku tersenyum karena Rama mau menerima Devin sebagai ayahnya meskipun ia tetap menganggap Rio ayah tersayangnya.

"Ramakan manggil bunda bukan ayah" cletuknya yang memandang sinis kearah Devin, aku terkekeh karena sifatnya yang sangat tidak suka pada Devin meskipun aku tau dia sangat sayang dengan Devin dan Rama pun sudah mengetahui kalau Devin ayah kandungnya dan akan menerimanya dengan senang
"tapi Rama ganggu Ayah yang lagi mesra-mesraan sama Bunda" ucap Devin tenang yang langsung aku hadiahi cubitan di pinggangnya karena mengucapkan kata sevulgar itu didepan anak berumur lima tahun.
"tapikan hari ini hari ulang tahun Rama, tapi kenapa Ayah sama Bunda yang seneng harusnyakan Rama!" gerutunya.

kami memang menikah saat Rama berumur lima tahun yang tepat hari ini karena Devin yang meminta malah aku meminta agar ditunda dulu untuk kesehatanku, dan hari ini dengan wajah murung Rama malah membuatku semakin gemas dengan jagoanku.

"loh? Rama emang enggak seneng liat Bunda menikah sama Ayah Devin?" tanyaku menatap mata hazelnya yang kini menatapku juga..
"seneng sih, tapi kan cuma Ayah sama Bunda doang yang jadi pusat perhatian bukan Rama" ucapnya dengan percaya diri. entah bicara apa, Devin membisikian sesuatu ketelinga Rama yang fokus mendengarkan lalu mengangguk sambil tersenyum bahagia menatapku.

Cousin ProblemsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang