BAB 17

2.7K 113 3
                                    

Sebuah mobil mewah berhenti didepan gedung tempat dimana acara tersebut dilaksanakan, sepasang orang pun keluar dari mobil tersebut yang di awali oleh pemuda tampan dengan suit berwarna hitam melekat ditubuh pemuda tersebut dan langsung membantu pasangannya keluar dri mobil tersebut, gadis dengan longdress tampak sopan berwarna putih melekat ditubuh tingginya dengan sepatu berhak tinggi berwarna senada pun berdiri disamping pria tampan itu. mereka pun memasuki acara yang sudah mulai sejak tiga puluh menit yang lalu, disana telah terdapat sang pemilik perusahaan yang duduk di kursi roda bersama wanita muda yang amat anggun.

"kenapa kau terlambat untuk acara sebagus ini?" tanya pria parubaya dengan bahasa spanyol.
"karena aku ingin mengenalimu seseorang"jawab Devin dengan senang, membuat orang yang berada dihadapannya terkejut dan menatapnya linglung.
"dia yang membuatku datang terlambat,Yah. dia kekasihku"ujar Devin menarik gadis yang menemaninya malam ini. kedua orang itu terlihat kaget dan tak menyangka dengan penuturan sang dirut itu.
"selamat malam, Mr. Carolo. saya-"
"kamu Intania Syela Rosebud,right?" tebak Mr.Carolo ayah kandung Devin. gadis itu mengangguk dan tersenyum lalu bersalaman dengan pria tersebut.
"astaga, how beautiful you are!" ujar wanita muda yang kini tersenyum menatap Intan.
"you too, Rey" balas Intan dan mencipika-cipiki Reyna yang berdiri disamping pamannya itu.
"kemana daddy mu?" tanya Devin saat menyadari Reyna datang sendiri.
"dia sedang di Texas,jadi aku yang mewakili. lebih baik kau menyapa para tamu,karena kehadiranmu paling ditunggu" seru Reyna. selagi Devin berjalan menuju panggung dan menyapa beberapa kolega bisnisnya mereka bertiga berjalan menuju meja untuk sekedar mengobrol bersama, apalagi Intan sudah masuk dalam keluarga tersebut sebagai kekasih Devin.
"bagaimana keadaan mu? aku lihat kau sangat dekat dengan Devin sejak kecil" tanya mr.Carolo,Reyna pun berinisiatif meninggalkan mereka berdua dan beralasan mengambil minuman dan beberapa cemilan.
"aku baik-baik saja,Sir. ya kami memang dekat seperti tom and jerry" ujar Intan sedikit terkekeh.
"baguslah, coba ceritakan padaku bagaimana masa kecil kalian. karena saya sangat merindukan dia sejak kecil"ujar Mr.Carolo dengan sedikit tersenyum.
"kami tidak setiap hari main bersama, karena sejak om Rend menikah dengan tante Ifah mereka menetap di Madrid dan paling beberapa kali ke Bandung dalam sebulan. kita itu ga pernah akur loh Sir, apalagi tingkat ke jahilan Dev yang ampe berakar itu bikin aku kesel."ujar Intan yang langsung nyaman mengobrol dengan ayah kandung Devin. mereka mengobrol hingga ngalor-ngidul membahas apa saja dan tentu sangat menarik bagi mereka berdua hingga suara Devin membuat Intan menjadi pusat perhatian para tamu.
"dan acara ini sekaligus memberitahu kalau saya akan bertunangan dengan gadis itu" ujar Devin menunjuk Intan dan menyuruh gadis itu naik ke panggung. Intan gugup sekaligus tak mengerti dengan maksud Devin yang mengatakan dirinya adalah calon tunangannya,tapi ia hanya mengikuti permainan ini.

kini Devin memeluk pinggang Intan dan menunjukan pada semua para tamu kalau mereka akan bertunangan, Intan hanya tersenyum saat beberapa kilat kamera menerpa mereka untuk dijadikan berita. Devin pun selesai memberikan pidatonya dan turun bersama Intan.
"kita harus bicara setelah ini"ujar Devin dengan sedikit berbisik.
"of course!" balas Intan tak kalah dari Devin. mereka berdua pun sedikit mengobrol dengan kolega bisnis Devin yang tak sedikit mengucapkan selamat atas berita mengejutkan tadi, hingga tiba seseorang yang telah lama menghilang kini hadir dihadapan mereka berdua.
"Alex!!" ujar Intan berhambur kepelukan pria yang kini semakin tampan ditambah brewok yang berada di dagunya. Alex pun menyambut pelukan gadis tersebut.
"Apa kabar bro?" tanya Devin sambil memeluk akrab sahabatnyaat yang menghilang bagai ditelan bumi.
"like you see, selamat atas pertunanganmu" ucap Alex dan dijawab Devin dengan senyuman.
"boleh aku meminjam Nia?" tanya Alex membuat Intan mengangguk tak peduli jawaban Devin karena saat ini ia merindukan Alex sahabatnya itu.
"sure" balas Devin dan meninggalkan mereka berdua.
Intan dan Alex pun keluar dari gedung tersebut dan menuju taman belakang, Alex tak sedikitpun bersuara selama menuju taman begitu pula Intan mereka berpegangan tangan.
"mau kau berdansa denganku?" tanya Alex saat mereka tiba di taman belakang.
"apa kau bercanda? aku tak akan menolak meskipun disini tak ada musik pendukung" jawab Intan, Alex pun tersenyum lalu mendekat kearah Intan dengan kedua tangan yang berada dipinggul Intan sedangkan gadis itu kedua tangan berada di bahu Alex, mereka melangkah ke kanan kekiri tanpa pengiring musik dansa.
"kau terlihat seperti Adam Levine,Lex" ujar Intan dengan tersenyum. dihiasi cahaya bulan dan beberapa penerangan yang tak terlalu terang membuat mereka bisa menatap yang ada dihadapannya.
"apa kau menyukainya?" tanya Alex dengan seringai menyerupai vocalist band Maroon V itu,Intan pun mengangguk dan tertawa.
"bilang padaku kalau ini nyata, aku berdansa dengan gadis cantik ditemani rembulan yang menerangi juga semilir angin menyejukkan kita dan bilang padaku kalau ini mimpi kalau kau akan bertunangan dengan Devin" ujar Alex sedikit tanpa ekspresi.
"semua ini nyata,Lex. kau sedang sadar"jelas Intan yang semakin menatap wajah putih Alex.
"kau ingat ucapanku waktu itu, untuk tidak jatuh cinta dengannya?" tanya Alex dan dijawab anggukan Intan.
"apa ini rencana untuk ke eksisanmu?" tanyanya lagi. Intan terlihat terkejut dengan pertanyaan itu, ia sendiri tidak tau sedang bermain apa dengan Devin.
"tentu Lex!" jawab Intan dengan yakin.
"tinggalkan itu semua Nia, hiduplah bersamaku. aku tak mau melihatmu sedih jika kau terus bersamanya."ujar Alex yang memberhentikan langkah selanjutnya.
"Aku mencintaimu,Nia" tambah Alex,Intan terkejut mendengar ucapan Alex.
"pergilah bersamaku, cepat atau lambat aku takut kau disakitinya. karena aku tau bagaimana sikapnya sejak dulu, aku berjanji akan membahagiakanmu"ujar Alex sekali lagi.
"maaf Lex,aku tak bisa. aku akan tetap bersamanya, karena aku tak mau ia malu jika calon tunangannya malah hidup bersama orang lain"ujar Intan sedikit sedih karena harus memilih Devin. Alex juga terkejut dengan jawaban Intan tapi ia langsung menghampiri Intan dengan sekuat hatinya yang kembali ia satukan saat mendengar ucapan Intan dan memeluk gadis itu dengan erat seaakan tak ingin melepasnya.
"kalau itu keputusanmu, kau harus tau kemana kau pergi jika ia menyakitimu. aku akan selalu ada untukmu, dan mulai saat ini aku akan menjauhi kalian. aku mencintaimu,Nia" ujar Alex lalu meninggalkan Intan sendiri di taman tersebut. Intan terduduk dikursi taman dengan wajah gelisah, tiba-tiba seseorang duduk disampingnya.
"ada apa?" tanya Devin yang sejak tadi menunggu Intan bersuara. Intanpun tersadar dan langsung menggelengkan kepalanya.
"kenapa kau bilang kita akan bertunangan?"tanya Intan.
"karena kita memang akan melakukannya." jawab Devin dengan santai.
"tidak Dev, aku akan bertunangan dengan orang yang benar-benar mencintaiku dan akan menikah pula dengan orang tersebut..kita hanya bermain-main,ingat?" ujar Intan dengan wajah sedikit gelisah.
"iya aku ingat, dan sekarang kita akhiri permainan itu dan mulai serius. aku mencintaimu, aku ingin kau jadi milikku satu-satunya karena kau bukan sepupuku sekarang" ujar Devin dengan menatap Intan seksama, Intan kembali dikejutkan dengan penuturan dua pria , jika ia punya penyakit asma mungkin sekarang puncak rasa sesaknya.
"aku tidak mengerti" jawab Intan.
"aku menganggapmu milikku sejak kita kecil tapi aku sadar kau sepupuku yang tak mungkin aku miliki. tapi sekarang, kita bukan sepupu"jelas Devin.
"and then?" jawab Intan.
"jadilah kekasih ku sesungguhnya"ujar Devin.

Intan pun berfikir sejenak dan menyamakan fikiran dan hatinya yang sedang tidak sejalan, tapi beberapa menit kemudian ia mengangguk sebagai jawabannya. Devin langsung memeluk gadis cantik itu dengan erat dan membanjiri ciuman di puncak kepalanya.
"aku mencintaimu" ujar Devin setelah melepas pelukan tersebut.
"aku lebih mencintaimu" balas Intan dengan senyuman. mereka pun kembali kedalam acara tersebut karena puncak acara akan dimulai, yaitu dansa.
malam ini mereka menginap dirumah ayah kandung Devin karena sudah larut malam, Reyna pun ikut menginap disana. Devin tak henti-hentinya menggengam tangan Intan yang berada disampingnya.
"Dev?" panggil Intan, pria itu menengok tetapi kembali fokus kedepan karena ia sedang menyetir.
"lusa kita jadikan ke Indo?"tanya Intan.
"jadi dong. kita kasih tau semua kalau kita bakal tunangan"balas Devin dengan senang,Intan pun ikut senang melihat Devin kembali tersenyum.
"kenapa kau baru menyatakan hal tersebut?" tanya Intan dengan sedikit takut. Devin yang mendengarpun akhirnya menatap Intan.
"karena aku takut kau tidak memiliki perasaan yang sama, selain karena memang dulu kau menganggapku sepupu dan tak akan berpacaran dengan orang yang memiliki darah sama denganmu" ujar Devin, Intan kembali ingin bertanya tapi jari Devin mendarat di bibirnya.
"ingat, everything will be alright. I'm here for you, you safe with me" ujar Devin meyakinkan Intan dan Intanpun terdiam dan menyibukkan diri dengan lamunannya selama perjalanan menuju rumah Mr.Carolo.

Mereka pun tiba disebuah rumah bergaya yunani kuno dengan cat berwarna emas dipadu dengan silver kuat dengan gaya mewah seperti biasanya seorang pemilik perusahaan terkenal juga mall besar tempati, disana telah berdiri Reyna juga ayahnya yang duduk dikursi roda menunggu mobil mereka.
"Uncle berhubung Devin akan menginap disini, saya ingin pamit pergi menyusul daddy" ujar Reyna dengan manis saat Intan dan Devin tiba.
"sudah larut malam, apa tidak sebaiknya besok aja Rey?" tanya Mr. Carolo kepada keponakannya.
"tidak bisa,Uncle. pesawat milik daddy telah menungguku sejak tadi, selamat tinggal" seru Reyna yang langsung masuk kedalam mobil jemputannya.
setelah kepergian Reyna, mereka pun memasuki rumah tersebut, Devin mendorong kursi roda Ayahnya.
"berapa hari kalian akan menginap disini?" tanya Mr. Carolo bertanya pada Intan juga Devin tapi disini yang berhak menjawab adalah Devin karena ia anak dari Mr. Carolo.
"mungkin besok pagi kita akan kembali ke kota, mengingat banyak meeting yang harus ku hadiri juga pekerjaan Intan"jawab Devin.
"ah iya Intan, kenapa kau sejak dulu tak membuka brand sendiri?" tanya Mr. Carolo.
"karena saya belum bisa mengatur gimana selanjutnya,Sir. jadi lebih baik saya bekerja dengan orang dulu" balas Intan.
"panggil saja sama seperti Devin. lalu kapan kalian akan bertunangan?" tanyanya lagi.
"sedang kami pikirkan, karena lusa kami akan ke Indo" balas Devin, mereka pun mengobrol diruang tamu sebentar dan mengakhirinya karena Ayah sudah terlalu lelah dan butuh istirahat mengingat keadaannya yang lemah. kini tinggal Devin dan Intan yang duduk di depan televisi yang sedang menayangkan beberapa film.
"diatas ada pakaian Reyna, aku rasa ukuran kalian sama juga ada beberapa pakaian dalam yang baru. kau mau mandi dulu?" tanya Devin saat mengantarkan Intan ke kamar pakaian yang biasa Reyna gunakan.
"bagaimana kau tau kalau aku dan Reyna berukuran sama?" selidik Intan sambil sedikit bergurau.
"tentu aku tau, aku pernah berpacaran dengannya dan sekarang aku bersama denganmu jadi aku bisa merasakan ukuran kalian sama"jawab Devin dengan enteng tak peduli tatapan aneh dari Intan yang mendengar jawaban tersebut.
"aku salah bertanya" gerutunya tapi dapat didengar Devin dan langsung merangkul gadis itu.
"kau pilih saja pakaiannya, aku akan menyiapkan air hangat untukmu lalu kau beristirahat" ujar Devin menyuruh Intan memasuki kamar penuh berbagai pakaian seperti butik sedangkan pria itu pergi ke samping kamar menyiapkan air hangat.

Intan pun keluar dari kamar mandi, wajahnya terlihat segar. ia pun langsung merebahkan tubuhnya di kasur empuk tersebut dan tanpa sadar ia tertidur. Devin memasuki kamar Intan, memeriksa keadaan gadis itu, ia tersenyum saat melihat gadis itu tertidur dengan lelap bersama handuk basah dikepalanya.
*

Owkeeey kali ini aku bakal upload sebisa mungkin, karena lagi seneng ya walaupun cape gara-gara ga bisa pulang karena karnaval di gading dan dengan usaha yang keras musti jalan jauh buat ketemu bapakeee. Sedikit curhat ya heheh

Cousin ProblemsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang