BAB 23

2.5K 99 9
                                    

Yey!!! Pencapaian yang luar biasa. Karena akhir-akhir ini gue jadi rajin update. Itu semua karena lo semua(gaya Fitri Tropika).

Buat kalian yang di bab sebelumnya udah nebak Intan hamil, kalian benar. Yeeey
Absurd bgt ya author ini-_-, ceritanya bisa kalian tebak-tebak padahal belum selesaii. Duh maaf ya kalau kurang memuaskan.
Thanks maximal deh, sorry for typo .

entah kenapa aku ngerasa lagu christina Perri - thousand years cocok sebagai backsound saat Devin mendengar cerita dari Ayah Will. hehe dengerin deh sambil baca semoga dapet feelnya ya~

Foto Rio di mulmed
**★

Intan mengerjapkan matanya, setelah melihat kesekelilingnya penuh dengan warna biru tetapi berbau obat. ia terkejut saat melihat Rio tengah menatapnya khawatir dengan dokter muda berwajah eropa sangat cantik menatapnya dengan ramah, Rio mengangguk saat sang dokter memintanya meninggalkan ruangan yang akan tersisa Intan dengan dokter itu.
"selamat malam, Miss.Rosebud. saya Eleanor salah satu dokter dirumah sakit ini, dan kebetulan saya sahabat Rio" ujar Eleanor mengulurkan tangannya sebagai awal perkenalannya, dengan senang hati Intan menyambut uluran tangan tersebut tapi tetap terbaca raut kebingungannya dimata Eleanor yang seorang spesialis kandungan juga psikolog.
"saya ingin memberitahu anda, Miss-"
"panggil Intan saja" sergah Intan.
"Intan. apa akhir-akhir ini anda pusing atau mual?" tanya Eleanor dengan santai seraya mengupas buah apel, Intan terlihat mengingat beberapa hari terakhir lalu mengangguk. berbagai pertanyaan diajukan oleh Eleanor sebagai bahan kebenaran dari perkiraannya, hingga pertanyaan terakhir jika bemar maka benar dugaannya.
"apa anda telat datang bulan?" tanya Eleanor menyodorkan apel terakhir dari potongannya, Intan menghentikan kunyahannya menatap Eleanor terkejut.
"anda hamil empat minggu, selamat" ujar Eleanor terlihat senang dengan mengulurkan kembali tangannya sedangkan Intan diam membeku.
"kau tidak suka dengan kehamilamu?"tanya Eleanor yang menyadari sikap yang dipancarkan oleh pasiennya itu.
"tentu saya senang dok, tapi saya mohon jangan beritahu Rio ataupun siapapun yang bertanya keadaan saya. bilang saja kalai saya hanya lelah" ujar Intan serius, membuat Eleanor penasaran.
"memang ada apa?"tanya Eleanor, seketika Intan langsung menggeleng pelan seraya memohon kepada Eleanor agar menjaga kabar ini dari siapapun. "baiklah, jika kau tak ingin bercerita. panggil saja aku Elle jika kau membutuhkanku" tambahnya dan pamit dari ruangan tersebut.
*

Devin memasuki rumah Ayah Will dengan penuh semangat, hari ini ia harus menyampaikan niatnya untuk melamar Intan dan memberitahu pada Ayahnya untuk merestui. Devin menatap wanita yang tengah membuka pintu untuknya dengan senyum merekah diwajahnya,membuat wanita itu memandangnya bingung.

"thank you Rey" ujar Devin yang langsung melangkahkan kakinya menuju kamar dimana Ayahnya sedang beristirahat.
Devin mengetuk pintu tersebut dan segera masuk, ditatapnya pria yang tak lagi sehat tengah membaca buku dengan kacamata bertengger dihidung mancungnya melindungi mata hazel yang dituruni kepadanya menatap kearahnya dengan senyuman.
"Devin? Ayah kira kau tak pulang? ada apa dengan wajahmu?" tanya William dengan penasaran menatap anak tunggalnya terlihat bahagia.
"Ayah, Devin ingin melamar Intan lusa" ujar Devin tanpa basabasi membuat ayahnya terkejut. "aku mohon lamarkan aku dengannya, karena diagamaku itu sangat diharuskan" ujar Devin dengan yakin menatap Ayahnya yang sedang tersenyum bahagia.
"baiklah. Rey? kenapa kau diam disana?" ujar William yang melihat Reyna tengah terkejut dengan nampan berisi minuman tanpa melangkahkan kakinya.
"ah paman, aku sedang mengingat sesuatu"kilah Reyna dan melangkahkan kakinya menuju Paman serta Devin yang tengah tersenyum.
"jadi kapan kita aka berangkat kesana?" tanya William dengan perhatian menatap anaknya.
"nanti malam, aku tak ingin menundanya-" ucapan Devin terhenti saat ponselnya berbunyi menganggu obrolan serius itu, tertera nama kontak dari orang yang ia kirim menjaga Intan ia segera menjawabnya.
Devin berdecak kesal dan tiba-tiba membanting ponselnya saat mendengar penjelasan pengawalnya.

Cousin ProblemsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang