Intan terbangun saat mendengar ketukan pintu kamar yang ia tinggali, ia menajamkan telinganya untuk mendengar suara yang sedang memekik di depan kamarnya.
"mbak Intan! bangun, mau ikut tidak?!!!" seru yang terdengar asing membuatnya terbangun untuk menjawabnya.
"masuk aja Di, ga mbak kunci!" ujarnya yang enghan bangun dari tempat tidur, Didi pun membuka pintu kamar dan langsung berhambur ke tempat tidur.
"mbak ditanya sama Mas Pras, mau ikut tidak berkeliling kampung?" tanya gadis itu dengan suara yang terdengar kental akan logat jawa. ia menaikan sebelah alisnya tapi mengangguk dan ijin kekamar mandi untuk membersihkan badannya.
Pras sedang duduk bersama ibunya yang sedang mengolah sayuran, ia sedang menyiapkan peralatan untuk bersawah.
"Mas, Intan itu lagi sedih selama dia tinggal sama kita ibu mohon ya sama kamu buat dia nyaman dan bisa gembira lagi"ujar ibunya menatap anak tertuanya.
"iya bu, sepertinya ibu sangat mengenalnya dibanding anak ibu ini"seru Pras dengan candaan.
"kamu iki loh, bukan gitu sejak dia bayi itu ibu tau banget dia ga bisa lepas dari bapaknya dan pas SMA aja dia dipisahin sama Mbahnya itu juga si Intan uring-uringan selama di luar negeri itu" jelas ibunya. Pras yang sudah mengetahui Intan sejak kecil pun memahami, dulu gadis itu sangat tomboy dan easy going dengan siapapun tapi tak bisa jauh-jaih dari papanya ia sangat ingat akan hal itu.
"pagi Bi, pagi Mas Pras" seru seorang gadis dengan ceria yang sudah berada di hadapan mereka.
"pagi nak, kamu mau makan apa? biar bibi masakin" ujar Ibu Kusni seraya bangkit meninggalkan mereka.
"tidak usah bi, tadi aku sudah minum air putih. ayo Mas , kata Didi mau keliling kampung" ajak Intan yang sedikit merajuk. Pras dan Intan pun berpamitan kepada wanita parubaya itu dan segera meninggalkan rumah.
Pras menatap gadis muda disampingnya yang hanya menatap kerikil yang ditendangi tanpa bersuara, ia dapat menangkap kalau gadis itu memang butuh sesuatu untuk terbebas dari rasa gelisah.
"Mbak, kesini" ujar Pras menunjukan arah, Intan yang mendengar langsung mengangguk dan kembali dengan lamunannya hingga tiba di suatu tempat.
"loh, bukannya kita mau keliling kampung mas?" tanya Intan yang menatap sekelilingnya tak terdapat persawahan malahan pemandangan indah yang bisa melihat sekeliling bromo.
"saya kalau lagi stress suka kesini, tempat ini kaya penyedot penderitaan bagi saya" ujar Pras yang sudah di ujung jalan sedangkan Intan masih jauh di belakangnya,"sini deh,aku tunjukin" ujar Pras mengajak Intan untuk menghampirinya.
Intan pun menghampiri Pras, dia terkejut dengan apa yang ada dihadapannya, pegunungan Bromo dapat dilihat dari posisinya begitu pula pasir yang terkenal meskipun mereka berada di pertengahan hutan tapi tempat ini memang sangat indah dan satu lagi kenyataan kalau tempat itu penyedot penderitaan karena ia merasa sedikit lega melihat semuanya .
"Indah sekali" gumamnya menatap sekeliling seraya melebarkan kedua tangannya merasakan semilir angin yang menerpanya.
"memang. ini hanya sebagian kecil keindahan yang baru aku tunjukan, sekarang sudah lebih baik?" tanya Pras yang sudah terduduk disamping Intan yang masih berdiri.
"sedikit, apa aku boleh teriak?" tanyanya yang langsung di angguki oleh Pras dengan senyuman manisnya.
"aaaaaaahhhhh!!!!!!!" teriaknya sekencang mungkin untuk melepaskan semua bebannya.
*
Devin masih terbaring koma di ruang inap, semua keluarga begitu mengkhawatirkan keadaannya juga keberadaan Intan yang tak kunjung ditemui. Will dan Reyna pun hingga datang ke Indonesia untuk menengok keadaan anak sekaligus sepupunya.
"ini barang milik pasien" ujar suster memberikan barang milik Devin ke Alex yang kebetulan sedang berada di depan ruangan, ia pun berterima kasih dan segera masuk kamar Devin untuk memberikan barang tersebut tapi sesuatu terjatuh dari tumpukan barang itu, sebuah kertas merah yang terjatuh pun ia ambil dan membacanya sebelum memasuki kamar inap.
ia pun menyelipkan kertas tersebut disakunya lalu memberikan barang milik Devin ke Reyna yang kebetulan keluar dari kamar inap.
"Rey, tolong letakkan barang ini didalam. aku ingin menemui Dion jika ada yang mencari" ujar Alex yang langsung meninggalkan tempat tersebut dengan terburu-buru. ia mengendarai mobil yang dipinjami keluarga Om Rend menuju tempat Dion yang sedang berada di kantor membantu Om Rend yang sedang sibuk mengurusi perusahaan, sekitar setengah jam menempuh perjalanan ia pun tiba dan langsung memarkirkan mobil lalu menuju ruangan Om Rend.
"apa aku mengganggu?" tanyanya saat melihat Om Rend dan Dion sedang berdebat.
"sedikit, tapi ada apa?" tanya Om Rend yang langsung menyuruh Alex ikut bergabung.
"aku menemukan ini di barang milik Devin, aku rasa ini surah yang Nia tulis" ujar Alex memberikan kertas berwarna merah kepada mereka yang langsung membacanya.
"tapi bukannya dia kabur? mengapa seperti memberi petunjuk dari surat ini?" tanya Om Rend setelah membaca dan bergilir ke Dion.
"ntahlah, apa itu terlihat seperti petunjuk?" tanya Alex yang langsung diangguki dengan yakin oleh Dion yang sedang serius membaca.
"mungkin disini tertulis 'tak ada seorang pun yang tau kalau sedang menatap matahari terbit' mengartikan sebuah tempat yang tinggi agar kita bisa lihat matahai berpijar, lalu ada lagi 'dengan udara yang tak akan kau dapati dimanapun kau berada selain di tempat itu ini' menyambung dari kalimat sebelumnya mungkin di puncak pegunungan karena udara diatas situ sangat minim mengingat kadar oksigen yang berkurang dan yang terakhir 'bagaikan gurun sahari' nah kalau yang ini tidak mungkin di gurun yang amat luas terdapat pegunungan apalagi udara segar, mungkin tempat itu seperti gurun tetapi brrada dipegunugan. apa mungkin dia di Malang?" jelas Dion menatap kedua orang dihadapannya.
" bisa jadi Ion,Lex tapi Om ataupun keluarga Tante tidak memiliki saudara disana" jawab Rendra seraya mengingat.
"kalau begitu ayo kita cari dia di Malang" ajak Alex dengan semangat.
"kami tidak bisa, kau bisa mencarinya akan aku suruh pengawalku untuk menemanimu" ujar om Rendra bersama Dion yang menatap Alex sedih karena tak bisa mencari Intan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cousin Problems
Romancesquel dari Love you and i Dont care * CERITA INI BELUM SAYA REVISI DAN EDIT, MASIH DALAM MASA 'BURUK' UNTUK DIBACA. NAMUN JIKA KALIAN TETAP MEMAKSA SAYA TIDAK MELARANG, ASAL JANGAN KOMEN SEPERTI "BAHASANYA ANCUR BANGET." "EYD-NYA JELEK." "TANDA BAC...