BAB 22

3.1K 110 4
                                    

Hari ini Devin dan Intan akan menghabiskan waktu bersama setelah menjalin hubungan beberapa bulan belakangan ini, mereka masih berada di Bandung tempat dimana mereka di besarkan. Devin memakai kemeja nya dan mengambil kunci mobil yang tergeletak di lemari pajangan, Mario yang melihat hanya mengankat alis dan memerhatikan gerak-gerik abangnya.

"mau kemana bang? tumben jam segini udah wangi kaya kuburan baru?" tanya bocah yang sedang memakai sepatu converse berwarna hitam.
"anak kecil ga boleh kepo" seru Devin yang menghampiri Mommynya di meja makan bersama Caca dan Daddy.
"bang, nebeng sekalian ya Caca males bareng sama Mario. naik motor kaya pembalap,ga kira-kira lagi" seru Caca yang menatap adiknya dengan sinis sedangkan Mario dengan entengnya hanya mengangkat bahu acuh tak acuh. Devin mengangguk dan mulai mengunyah roti yang berselai kacang.

pria paruhbaya yang sangat beribawa muncul diantara mereka dengan dasi yang belum tersimpul dengan utuh, ia malah menatap seluruh orang di ruangan itu dengan intens terutama pada anak sulungnya.
"tumben abang kamu udah bangun?" nada kaget terdengar dari pria itu dengan tatapan mencemooh.
"au tuh dad, kayanya abang mau pergi ama Maklam deh" seru Mario dari ruang tengah yang tak jauh dari ruang makan, semua orang menatap bertanya pada bocah yang benar-benar modis meskipun dibalut dengan pakaian putih biru.
"emak lampir si Kak Intan itu" jawabnya dengan enteng tanpa membalas tatapan orang yang sedang mengintimidasinya.
Setelah selesai sarapan semua orang satu persatu meninggalkan rumah untuk kembali beraktifitas, Devin pun mengantar Caca hingga gerbang sekolahnya setelah itu dia kembali menjalankan mobilnya menuju rumah gadisnya yang pasti belum bangun.

Intan menggerutu kesal saat mendengar bel yang berbunyi tak sabaran, dengan wajah baru bangun rambut singa pun ia membuka pintu dan akan menendang siapa pun yang datang jika tidak penting.
dengan membuka pintu tiba-tiba sesuatu menubruk hidungnya dengan kasar dan membuatnya membuka mata lebar-lebar saat melihat sebuket bunga menyusruk dihidungnya.

"eh maaf ya babe, kebablasan tangannya" seru pria dengan tampang tidak sengaja tetapi menahan ketawa saat melihat gadisnya itu ingin bersin.
"Asshole kau Dev!" ujarnya seraya mengucek-ucek hidungnya yang gatel, ya pria itu adalah Devin yang berniat memberi kejutan kepacarnya tapi malah kepanjangan tanganya. ia merangkul Intan masuk kedalam rumah, dan mengajaknya duduk di sofa dengan damai.
"kau kesambet apa? pagi-"
"kau lupa! dan kau akan aku hukum" seru Devin dengan cengiran lalu dengan enaknya ia berjalan kedapur tanpa memerhatikan gadis yang menatapnya bingung. "oh,com'on babe. jangan menampilkan wajah itu, baiklah kau tidak ku hukum dan hari ini kita akan kencan" tambahnya dan menatap geli.
"asal kau tau Tuan Carolo terhormat"
"terimakasih pujiannya honey" serga Devin saat mendengar ucapan Intan yang sedang memutar bola matanya bosan.
"hari ini kita harus kembali ke Madrid!" ujar Intan dengan kesal.
"sejak kapan kau jadi pengganti Sam, Miss Rosebud?" tanya Devin yang tak kalah manis,
"terserah kau!" ujar Intan kesal dan berlalu meninggalkan Devin yang sedang tertawa geli karena telah berhasil membuatnya kesal di pagi hari.

Intan meletakkan coffelate hangat dimeja untuk tamu spesialnya, ia menatap Devin yang sedang berbicara dengan ponselnya dan tersenyum saat melihatnya. setelah selesai berbicara entah dengan siapa Devin menatap Intan yang sedang fokus menikmati tivi kabel yang sedang menayangkan film kartun, sengaja ia tak menganggu gadisnya itu dan hanya menatapnya dengan seksama seakan gadis itu adalah patung terindah buatan tangan dewa.
"tak usah menatapku seperti itu! kau sudah sangat hafal bukan wajahku setelah bangun?" ujar Intan tanpa menatap balik dan masih terfokus pada layar datar itu.
"sangat, bahkan sejak pertama kali bertemu wajah yang ku pikir sepupuku itu selalu terbayang difikiranku" jelas Devin membuat Intan mengalihkan perhatiannya dan menatap penuh tanya seakan kalimat tadi penuh misteri.
"kau ingat waktu kau tiba dirumah Mommy?" tanya Devin seakan memutar memori indah diingatannya yang diangguki secara cepat oleh Intan yang sudah tidak sabar. "kau tak biasa tidur sendirian ditempat asing, kau memintaku untuk menemanimu dan mulai malam itu aku merasakan sesuatu dihati milik bocah kecil yang mungkin akan dimengerti saat dia dewasa. aku tak bisa tidur malam itu, hanya memandangimu semalaman hingga Mommy datang memelukku agar tertidur. dalam mimpi pun kau berhasil hadir" jelasnya.

Cousin ProblemsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang