sudah dua bulan Reyna tinggal di Bandung, Devin pun sudah kembali beraktivitas seperti biasa latihan renang ditemani Reyna. hubungannya dengan Intan pun tidak jelas karena tiba-tiba gadis itu memberitahunya kalau ia kembali dengan Rio mantan psykonya, dan Devin pun tak mau banyak komentar karena ia tau kalau dirinya bukan siapa-siapa bagi Intan selain sepupu dimata gadis itu.
"Ev! can you go out from there?" panggilan baru dari Reyna itu membuat Devin senyum sendiri, ya pacarnya itu kini memanggilnya Ev yang diambil dari dEVin. tanpa berpikir panjang, ia menghampiri Reyna yang sudah memberinya handuk. hari ini Devin sedang latihan renang karena dua bulan lagi ia akan mengikuti turnament seAsia Tenggata, dan mereka berada disalah satu resort milik suami dari kak Luna.
"what happen?" tanyanya sambil duduk agar berjauhan dari Reyna karena ia takut baju gadisnya itu basah.
"tomorrow I will back. bisakah kau menghabiskan waktu bersamaku seharian tidak dengan kolam renang itu" gerutu Reyna. ia pun tanpa menjawab hanya mengacak-acak rambut keemasan milik Reyna dan meninggalkan gadis yang masih mengekspresikan ambeknya.
ia membersihkan tubuhnya setelah latihan tadi, ia masih memikirkan keadaan Mommynya yang hampir enam bulan tidak siuman dan keadaannya pun tak menunjukan perubahan drastis, kalau menurutnya arwah Mommynya sedang mencari jalan keluar. memikirkan itu membuatnya harus membenturkan kepala ketembok akibat berfikiran aneh-aneh.
*
Intan berjalan dengan santai, ia sedang mengantar kue yang di pesan oleh pelanggan Mamanya yang tinggal di Resort milik om Billy suami dari adik mamanya itu. saat ia sedang menunggu lift ada tiga gadis yang seumurannya dengan dandan yang tidak sesuai dengan umur mereka sedang bergosip, Intan yang memiliki telinganpun dapat mendengar obrolan mereka."oh iya, katanya anak sulung dari pengusaha berlian RDiamond itu sering cek in di resort ini loh sama pacarnya" ujar salah satu gadis diantara ketiga itu.
"bukan cek in Jes! kan si Devin itu latihan renang disini. dan kalau diliat-liat anak si Devin itu tidak mirip dengan Rendra ataupun Akifah Soedibyo ya" jawab gadis lainnya, Intan mengerutkan dahinya seperti kaget bersamaan membayangi keluarga sepupunya itu.
"iya kau benar Yol! Devin seperti bule, sedangkan kedua orang tuanya asli Indo" balas kedua gadis itu menyetujui pernyataan teman gadis lainnya, saat ingin menguping lagi orang yang baru saja di omongi ketiga gadis itu keluar dari lift bersama pacarnya dengan saling menggenggam tangan tak peduli sekitar mereka.
"yaampun kenapa Devin tidak jadi artis saja ya? dan gadis yang disampingnya itu seperti Jessica Alba" bisik ketiga gadis itu membuat Intan tanpa menunggu lama langsung masuk kedalam lift dan menutup ketiga gadis penggosip itu.
entah kenapa mendengar pujian ketiga gadis remaja itu membuatnya kesal, terlebih memuji Reyna seperti idolanya membuatnya semakin dibawah Reyna. lantai yang ditujunya pun telah tiba, ia menuju kamar pelanggan yang sudah diberitahu oleh om Juna."ini pesanan Anda" ujar Intan tanpa memandang siapa yang menerima pesanan itu.
"hey? lihatlah wajah pembelimu!" suara bass dihadapannya membuatnya spontan mengangkat kepalanya. seorang remaja laki-laki bule dengan rambut pompadour berwarna blonde menatap ke mata hitam pekat milik Intan.
"sorry. nih pesanan lo! makasih sudah membeli roti dari toko saya, permisi!" ujar Intan jutek bukan karena pembeli tersebut tapi ia kesal kenapa gara-gara Devin ia sampai terlihat bodoh di depan pelannggannya.
Intan pun kembali ke toko roti dengan motor bebek yang memang disediakan mamanya untuk mengirim pesanan, dalam perjalanan ia melamun dengan fikiran kosong. sudah dua bulan ia tidak bersama Devin membuatnya merasa sepi, kini hari-harinya diisi dengan membantu mamanya di toko dan kalau Devin ke toko ia selalu bilang kepada mamanya kalau ia sedang pergi dengan Rio dan itu pula alasannya menjauh dari Devin. hingga tak terasa ia sudah tiba di halaman depan toko sweet bread milik mamanya, pelanggan pun cukup ramai dan dapat ditangani oleh om Juna dan pegawai lainnya sedangkan mamanya duduk bersama Alen disalah satu kursi.
"uangnya sudah kamu kasih ke om Juna?" tanya wanita berpakaian dress batik yang ia panggil mama, Intan diam sejenak merelaxkan fikirannya.
"uang apa ma?" tanyanya dengan polos.
"roti yang tadi kamu bawa, dia bilang mau bayar setelah kue itu tiba karena dia tidak punya kartu Indonesia" jawab mamanya dengan sedikit kaget ternyata anak gadisnya itu pelupa.
"yaallah mam! Intan lupa, yaudah Intan ke orang itu lagi deh ya" jawabnya sambil berlari mengambil kunci motor.
lima belas menit jalan yang ditempuhnya, ia langsung memencet tombol lift yang sebelumnya ia sudah kunjungi. ada sedikit rasa malu ia harus kembali ke bule itu tapi kalau tidak ia harus membayar dengan uang simpenannya yang tinggal selembar di dompet. dentingan lift pun terdengar, ia langsung menuju tempat dimana ia mengirim roti sebelumnya.
duh, bilangnya apa ya? gila aja gue balik lagi terus minta uang, tadikan gue udah jutekin pembeli ini nanti yang ada gue dimaki-maki lagi. ujarnya yang hanya bolak-balik didepan pintu bule itu.
gengsi ah, udah emang rejeki dia kali gratis. tambahnya dan beranjak meninggalkan tempat tersebut dan memutuskan mengganti dengan uang simpanannya.
"hey!" panggil seseorang yang keluar dari pintu yang tadi ia tunggu, spontan Intan membalikkan tubuhnya. remaja bule itu menyusulnya yang sudah berdiri menunggu lift terbuka.
"kamu gadis roti itukan? pasti mau minta bayaran kepadaku" ujar bule itu dengan ramah, tapi Intan menstabilkan moodnya untuk menjawab pertanyaan bule itu.
"iya saya mau menagih anda" jawabnya dengan resah, ini nurunin derajat gue banget deh gerutunya.
"iya aku tau, tadi aku memanggilmu tapi kau sudah pergi jauh. jadi berapa semuanya?" tanya bule itu sambil mengeluarkan dompetnya.
"semuanya 325 ribu." jawab Intan. bule itu melihat uang yang didalam dompetnya yang hanya tersisa selembar uang seratus ribu.
"shit! aku cuma ada uang cash seratus ribu, dan kebetulan aku mau ke bank untuk menukar. apa kaumau menunggu?" tanya bule itu menatapnya.
"baik saya akan menunggu di lobby, permisi" ujar Intan yang memasuki lift tetapi disusul bule itu.
"apa kau bisa mengantarku? oh iya, aku Alex Fransisco. panggil saja Alex" ujar bule itu sambil memberikan tangannya untuk berkenalan.
"saya Intania Syela, panggil saja Nia" ujarnya membalas juluran tangan Alex itu.
Intan pun memutuskan mengantar Alex ke pertukaran uang asing ke rupiah, setelah mengeluarkan beribu alesan tetapi Alex kembali menang. ia sedang menunggu Alex, dengan tampilan bradalan semua orang yang berada di bank menatapnya termasuk satpam pintu yang tadi mencegahnya masuk tapi dengan jaminan Alex akhirnya ia diperbolehkan padahal ia sudah bilang tak mau ikut kedalam tapi Alex bersikukuh memaksanya ikut.
"aku ingin ketoko tempat kau berkerja" ujar Alex setelah keluar dari bank tersebut.
"for what? I'm working!" ujar Intan menolak dengan tegas lalu meninggalkan Alex sendiri.
Intan kembali ke toko dengan wajah lelah, dia langsung memeluk mamanya yang masih duduk ditempat sebelumnya. ia butuh pelampiasan seperti ini, karena tak ada lagi yang bisa menenangkannya kecuali papanya tapi berhubung papanya masih di Jakarta jadi ia hanya bisa memeluk mamanya.
"mam, kak Intan manja banget. enggak malu diliatin cowo itu?" tegur Alen yang melihat sikap kakaknya sejak lima belas menit tak merubah pelukannya. spontan Intan menengok kearah bocah laki-laki jiplakan papanya.
"sirik!" ujar Intan sambil menjulurkan lidahnya dan mengabaikan ucapan adiknya yang sebelumnya.
"tapi adik kamu bener loh. kamu enggak malu diliatin temen kamu tuh" tegur mamanya sambil menatap anak gadisnya yang masih saja bermanja di sampingnya dengan menghadap belakang.
"temen Intan mana sih mam? udah ah jangan ganggu Intan" ujarnya masih tak mau merubah posisinya, sedangkan Alen sudah duduk bersama cowo yang tadi ia beritahu kakaknya.
"just second minutes"ujar mamanya yang tak biasa. ia langung merubah posisi dan dengan wajah bertanya menatap mamanya..ia mengikuti arah pandang mamanya yang menatap lurus ke depan, betapa kagetnya dia saat melihat Alen bercanda dengan pembeli bule yang tadi ia bentak dan spontan Intan menghampiri pria bule itu.
"lo ngikutin gue,heum?" ujar Intan dengan tangan terlipat didepan dada, seketika dua makhluk yang asik bercanda itu diam dan menghadap ke gadis yang wajahnya terlihat marah. bukannya menjawab, Alex menariknya untuk duduk disampingnya.
"sudahku bilang sebelumnya kalau aku ingin ke tempat kerjamu, ternyata kau bekerja ditempat yang di sarankan oleh sahabatku" ujar Alex dengan ramah.
"Alen, sama mama gih dek" ujar Intan menyuruh adiknya menyusul mamanya yag masuk kedalam kantor.
kini tinggal Alex dan Intan di meja bernomor tiga, toko rotinya pun sepi.
"Lo kenapa sih ngikutin gue?"tanyanya dengan sinis.
"nothing! aku merasa tidak asing saja dengan wajahmu" jawab Alex. Intan menghela napas, ia tidak boleh sinis ataupun jutek terhadap oranglain.
"oh gue kira kenapa" ujar Intan
"by the way ini milik keluarga?"tanya Alex sambil meneliti toko roti milik mamanya.
"milik mama gue tepatnya sih" jawab Intan yang mengikuti Alex melihat sekeliling. "lo dari mana? kok bisa ngomong bahasa gue?"tambah Intan yang mulai penasaran.
"I'm from Madrid, kebetulan dulu aku pernah belajar bahasa indo dari sahabatku. kamu sekolah atau kuliah?" ujar Alex yang tersenyum karena baru ini dia mendekati seorang gadis dan itu jauh dari perkiraannya.
"gue masih sekolah, oh iya nih kartu nama gue. sorry ga bisa ngobrol lama" Ujar Intan saat om Juna memanggilnya untuk mengantar pesanan kembali.
*
perjalanan mereka pun berakhir di rumah sakit, semua barang milik Reyna sudah siap dan besok pagi akan berangkat ke Inggris. mereka tiba malam saat Rendra menjaga Ifah, pria itu duduk di pinggir ranjang istri tercinta dengan tangan yang tak terlepas-mungkin sudah lama-
"dad" seru Devin menepuk bahu daddynya yang langsung menengok ke asal suara. dilihatnya anak sulungnya itu dengan gadis yang dicintai anaknya, ia tersenyum pada gadis itu.
"kenapa tidak langsung istirahat, bukannya besok kamu ke England Rey?" tanya ayah Devin, Reyna pun mengambil kursi untuk duduk disamping pria itu.
"it's okay uncle. sebagai malam terakhir aku di Jakarta aku mau jaga Mommy,lebih baik Uncle istirahat sepertinya wajah Uncle tak jauh beda dengan wajah teroris untuk saat ini" canda Reyna, uncle Rendra pun terkekeh dan manggut untuk kembali ke tempat penginapannya.
sekarang tinggal Reyna dan Devin juga pasien yang masih berbaring koma dalam ruang inap itu,suasana yang hening dan agak dingin membuat Reyna menghampiri Devin yang sedang duduk disofa empuk sambil memainkan gadgetnya. Devin menyuruh Reyna tidur disampingnya dengan bahunya sebagai bantal, mereka berbagi headset untuk menghilangkan keheningan ruang inap.
"by the way, Alex kapan pergi dari Indo?" tanya Devin dengan tenang.
"I don't know" jawab Reyna yang ikut memainkan gadget Devin."aku akan kembali mengunjungimu setengah tahun lagi"tambahnya memandang wajah Devin yang mirip dengan DJ Martin Garrix itu hanya berbeda sekitar tigapuluh persenlah-
"tak perlu, aku rasa sesudah Mommy sadar aku akan berkunjung ketempatmu"jawab Devin dengan yakin.
"aku tunggu waktu itu Ev" bisik Reyna sebelum gadis itu terlelap disamping Devin.
*
malam itu Intan dan Alex berjalan-jalan ke kota Bandung, sekedar mengobrol dan makan malam. dengan waktu yang singkat mereka cepat akrab dan malah sudah berjanji untuk bersahabat, meskipun awalnya Alex menyukai Intan tapi ia memendam perasaan tersebut.
"so. kapan kau akan kembali ke Eropa? Nenek ku juga tinggal disana loh" ujar Intan dengan bangga.
"mungkin lusa, oh ya? kenapa kau tidak tinggal di sana?" tanya Alex, mereka memilih berjalan kaki menikmati semilir angin sejuk dibandingkan naik Taxi karena Alex tak punya mobil.
"huh, malas sekali kalau tinggal dengan mereka. tapi sekarang mereka sedang tinggal di Jakarta karena Tanteku sudah hampir setengah tahun koma"jelas Intan seraya membayangkan neneknya yang bawel.
"oh iya, ini rumahku. apa kau mau mampir?" tanya Intan saat tak sadar mereka ternyata sudah tiba di rumah Intan.
"sepertinya tidak, aku lebih baik kembali ke hotel. thanks for today,Nia." ujar Alex sambil melambaikan tangan ke gadis yang berpenampilan anggun.
meskipun bukan Devin yang manggil, sedikit rindu gue berkurang sama bocah tengik itu, ujarnya dalam hati sambil membalas lambaian tangan teman barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cousin Problems
Romancesquel dari Love you and i Dont care * CERITA INI BELUM SAYA REVISI DAN EDIT, MASIH DALAM MASA 'BURUK' UNTUK DIBACA. NAMUN JIKA KALIAN TETAP MEMAKSA SAYA TIDAK MELARANG, ASAL JANGAN KOMEN SEPERTI "BAHASANYA ANCUR BANGET." "EYD-NYA JELEK." "TANDA BAC...