26. Teka-teki

1.5K 220 134
                                    

Lera berjalan gontai menuju toilet. Gadis itu meremat seragam nya dengan sangat kuat. Lera memandang dirinya dari pantulan cermin.

Mengingat perlakuan Kenath tadi membuat dirinya bingung. Apa mau laki-laki itu? Tapi gadis itu sama sekali tidak menaruh dendam untuk Kenath.

Bahkan Lera juga tahu, Kenath masih perduli jika di simpul kan tentang Lera. Hanya saja Kenath menyangkal semua nya, memendam bahwa laki-laki itu masih percaya dan perduli dengan Lera.

Sikap Kenath membuat Lera dilema, ingin percaya terasa berat untuk beberapa minggu ini saat Kenath benar-benar menjauh dari nya. Tapi entah kenapa gadis itu masih menaruh kepercayaan kepada laki-laki itu.

Lera membasuh wajah nya. Mengeluarkan tisu dari saku baju nya kemudian menyeka wajah nya yang basah dengan tisu.

Ia kembali memandang dirinya lewat pantulan cermin. Wajah nya tak nampak segar, seperti biasa wajah nya memang terlalu tenang dan dingin dengan memendam rasa sakit yang parah di dalam sana.

Wajah nya mengingatkan tentang Monica-mama nya. Walaupun gadis itu tidak punya banyak waktu menghabiskan hidup nya bersama Monica. Bagaimana pun sikap Monica ia masih ibu kandung Lera.

Ia membasuh wajah nya lagi menunduk kan kepala nya, Lera memejamkan matanya sesaat, menghela nafas kemudian menangis dalam diam. Dadanya terasa sangat sakit.

Bagaimana pun kondisinya Lera harus kuat bukan? Di luar sana mungkin ada yang bernasip sama seperti Lera atau bahkan lebih parah.

"Hai ketemu lagi," ucap seorang gadis dari belakang Lera.

Gadis itu bisa melihat pantulan bayangan nya di cermin. Flora.

"Ngenes banget hidup lo. Udah di tinggal Kenath, temen-temen lo dan sekarang? Mama tersayang lo mati," ucap nya tanpa dosa.

Lera menghela nafas, memutar bola matanya ia tidak mau membuat keributan di sekolah.

Flora mendekat ia berdiri persis di sebelah Lera. Memainkan rambut Lera.

"Ada urusan apa?" ucap Lera membalikan badan nya menatap Flora.

Flora menghentikan kegiatan memuntir-muntir rambut Lera.

"Cuma mau tanya, kemana aja selama empat hari? Sembunyi biar tampang jalang lo gak kelihatan lagi?" ujar Flora tersenyum smirk.

"Eh iya gue juga mau tanya. Urat malu lo udah putus ya? Pantes sih kerjaan lo cuma nyinyir. Ingat Flo lo juga gak sempurna." Lera menjeda perkataan nya.

"Jadi, berhenti mulai sekarang. Gue tahu lo juga anak broken home. Ayah lo meninggal sejak lo memasuki sekolah dasar." Ucapan Lera kini benar-benar membuat Flora bungkam.

"Lo... lo tahu dari mana?" ujar Flora heran.

"Soal gue tahu dari mana gak usah di pikirin."

Flora merasa tertohok karena ucapan Lera. Gadis itu bahkan berpikir dari mana Lera tahu soal kehidupan nya.

"Flo seseorang yang selama ini lo bully. Seseorang yang selama ini selalu jadi incaran amarah lo adalah seseorang yang bernasip sama seperti lo, Gue." Lera diam ia memandang wajah Flora sejenak.

"Jalan hidup kita beda Flo. Lo di tinggal seorang ayah dan itu yang bikin lo tidak punya hati. Sedangkan gue? Di tinggal seorang ibu, mendapat perlakuan kasar dari seorang ayah." Mata Lera mulai memanas tapi masih ia tahan untuk tidak menangis.

"Lo masih mending punya seorang ibu yang menyayangi lo lebih dari apapun. Gue minta hentikan dan pikirkan perasaan ibu lo." Lera tersenyum ia menepuk pundak Flora kemudian melenggang pergi.

AIR MATA LERA 💦 [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang