37. Tidak akan terulang

2.3K 209 30
                                    


Cuaca pagi ini terlihat mendung, awan gelap mengelilingi bumi. Entah apa yang terpikir oleh semesta kali ini, ia bahkan enggan untuk membuat hidup manusia damai. Hujan memang berdampak positif tapi, juga terkadang dari beberapa orang hujan mengakibatkan dampak negatif.

Langit yang temaram menjadi pertanda hati seorang bungsu Algero. Hatinya berkecamuk, saat mendengar sahabat tercintanya sedang sekarat di negeri orang. Entah apa yang terpikir di otak laki-laki itu, tapi yang paling utama adalah ia harus menyusul Lera secepat mungkin.

Siapa yang tahu, kalau kedatangan Lera ke Thailand menjadi peristiwa na'asnya, niatan untuk menjenguk Ayah kini berujung dengan terbaringnya gadis itu disebuah ruangan dengan dilengkapi alat-alat menunjukan bahwa kondisinya yang sedang kritis.

Kenath keluar dari mobil hitamnya, lalu dengan gencar memasuki rumah kediaman Algero. Setapak demi setapak ia langkahkan raut wajah yang amat sangat khawatir kini terpampang jelas di muka laki-laki tampan itu.

Keno yang sedari tadi menyusrup kopi susunya, di buat terkejut saat si bungsu Algero memasuki rumah dengan raut wajah panik. Dengan perlahan tapi pasti, Keno meletakan secangkir kopi susunya diatas meja yang tingginya hanya selutut.

Ia melangkah gontai menaiki tangga satu persatu. Berjalan menuju kemar Kenath.

"Kent, ngapain?" Keno di buat melotot saat mengetahui Kenath tengah berkemas, memasuki beberapa kaos dan kemeja di koper mininya.

Keno mendekat, menarik koper Kenath. Tapi, tangan Keno di tepis kasar oleh Adiknya.

"Kent, " panggilnya.

Kenath tak menyahut, ia tengah sibuk mengemasi barang-barang nya, memasukan satu persatu benda yang harus ia bawa.

"Kent, apa-apaan sih lo hah!"

"Lepas!"

Keno diam wajahnya seperti biasa menunjukan wajah dingin, kas miliknya. "Bisa jelasin sama Abang, apa masalah nya?"

"Kenath  harus pergi ke Thailand Bang."

Keno mendelik, menatap bungsu Algero ini tak paham. "Maksud lo? Jangan gila!"

Tanpa memandang Abang nya, Kenath mengambil jaket jeans hitamnya yang tadi bergelantung di lemari, lalu memasukan ke dalam koper mininya. Benar-benar anak ini, jika ia sedang ada masalah, kan bisa di selesaikan dengan baik-baik bersama Keno.

Keno menarik lengan Kenath. "Tenang Kent, ada apa? Jelasin sama Abang!"

"Lera kritis Bang!" Napas Kenath memburu ia memandang Keno dengan tatapan sendu. Keno yang mengetahui mimik muka Adiknya langsung dibuat diam.

Keno mengernyit. "Maksud lo?"

Kenath diam sebentar mengambil napas yang tersengal-sengal. "Lera kritis Bang, dia di tusuk sama Tante."

"Maksud lo? Mbak Veronica?"

Kenath mengangguk. "Hm, gue mau kesana. Gue nggak tenang kalau harus diam gini Bang, sedangkan Lera disana lagi berjuang buat nyawanya. "

"Gue tanya sekarang. Lo kesana mau naik apa? "

Tidak ada jawaban dari Kenath, laki-laki itu masih sibuk memasukan beberapa baju kedalam kopernya.

Keno berkacak pinggang memandang Kenath dingin. "Jawab, Abang tanya loh Kent!"

Kenath menggeleng satu kali. "nggak tau," jawabnya.

"Mikir pake kepala dingin Kent, lo gila! Kesana juga butuh tiket Kenath, lo kesana mau naik apa? Odong-odong?"

Seperkian detik itu pula, Kenath langsung terdiam tak berkutik, memandang Abang nya enteng. Benar juga, lalu apa yang harus Kenath lakukan?

"Ya udah, pesenin gue tiket Bang."

Keno mendengus marah, khawatir boleh tapi Kenath bahkan tidak bisa mengkontrol semuanya. Alih-alih menjawab Keno malah melenggang pergi. Kenath mendelik, menatap Abang nya marah.

"ABANGG!! BELIIN GUE TIKET!! "

Keno menghentikan langkahnya, ia menghela napas sabar. Lalu, membalikan tubuhnya menghadap Adiknya yang kini tengah dibajiri rasa khawatir.

"Bang, beliin gue tiket. "

"Gue tau lo khawatir, tapi gunain otak lo dong Kent! "

"Gue cuma nggak mau kehilangan Lera, Bang. Gue hampir kehilangan dia dulu waktu dia jatuh dari lantai 2 dirumahnya." Kenath diam ia menunduk dalam, kenangam buruk sewaktu Lera terjatuh dari lantai atas membuat otaknya memutar memori lama.

"Dan dari situ juga, ginjal kiri Lera rusak parah. Bang, jika ginjal Lera terkena luka lagi. Gue nggak tau apa yang bakal terjadi."

Keno ingat hal itu, ia juga tidak ingin kehilangan Lera yang selama ini ia anggap sebagai adik kandung juga. Dulu gara-gara Veronica Lera terjun dari lantai 2 dan menghantan trotoar dipinggir jalan.

Keno masih sabar dan diam waktu itu, karena umurnya masih tujuh belas tahun kalau harus menangani kasus yang bahkan tak ia pahami. Alih-alih menjelaskan kejadian yang sebenarnya, laki-laki itu malah membungkam mulut serapatnya.

Dulu sifat Keno tak sedewasa sifat Ardo, beda orang juga beda sifat. Keno yang terkesan cuek dari dulu hanya bisa diam, itu yang selama ini ia sesali seumur hidup.

Karena kebungkamanya Lera hampir mati, dan sekarang kejadian terulang lagi. Gara-gara Veronica Lera harus melawan kematian lagi.

Untung ada Ardo jika tidak, mungkin Lera tak akan selamat.

Jika gadis itu masih kuat untuk melawan kematian dirinya untuk kedua kalinya, Lera akan hidup. Tapi, jika sebaliknya mereka hanya bisa pasrah jika harus kehilangan Lera.

"Kenath masih ingat Bang, jadi gue mohon. Bantu gue sekarang, gue cuma takut kalau harus kehilangan Lera. "

Untuk mencegah kejadian yang sama tidak terulang. Keno harus mengabulkan permintaan Kenath. Tapi, tanpa sepengetahuan laki-laki itu. Keno lebih tahu yang terbaik buat mereka berdua.

Dan Keno, lebih mengetahui apa yang harus ia lakukan saat ini, Keno yang sekarang jauh lebih beda dari pada Keno yang dulu, yang hanya bungkam dan diam sewaktu Lera dalam keadaan bahaya. Kali ini, ia akan menceritakan semuanya ke Ardo.

Keno tersenyum menepuk pundak bungsu Algero itu pelan. "Selamatkan Lera, Kent."

Tanpa berbicara panjang lebar, Keno melenggang pergi meinggalkan kamar Kenath.

Dengan perasaan yang menggebu mengkhawatirkan sahabatnya dinegara tetangga yang sedang melawan hidup dan matinya, Kenath menghamburkan tubunya keatas kasur memandang langit-langit kamarnya dengan tatapan sayu.

Jam telah menunjukkan pukul tujuh malam. Besok pagi-pagi ia akan membeli tiket untuk menyusul Lera ke Thailand.

🦋🦋🦋🦋

Hallo up lagi nih, jadi aku ngebut ya buat langsung ending biar hidup merasa tenteram gitu xixi.

Oke next gak nih?

AIR MATA LERA 💦 [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang