30. Terungkap

1.8K 218 168
                                    

Pagi tiba, Lera yang sudah siap untuk berangkat sekolah mulai melangkah kan kakinya menuruni anak tangga satu persatu. Tanpa gadis itu sadari pula, Veronica yang tengah duduk di sofa sedang memperhatikan setiap langkah yang Lera ambil.

"Mau kemana?" cibir nya.

Perkataan Veronica langsung membuat langkah kaki Lera terhenti. Gadis itu menoleh ke arah wanita yang tengah santai menyusrup kopi hangat nya tanpa berpaling.

Veronica menoleh ke arah Lera. "Saya tanya mau kemana?"

Lera membalas menatap wanita paru baya itu dengan tatapan dingin nya. "Bukan urusan anda," tutur nya.

Veronica berdiri memuntir-muntir rambut nya centil. Wanita itu menatap Lera dari ujung kaki sampai kepala, kemudian terkekeh meremehkan.

"Kondisi Ayah kamu di rumah sakit sedang sekarat. Tapi, kamu malah enteng banget mau berangkat sekolah. " Veronica tersenyum lebar, seakan-akan menertawakan penderitaan Lera dari dalam sana.

"Ada urusan. " Lera hanya menatap lurus ke depan tanpa menoleh ke arah Veronica.

Veronica mengangguk. "Oh, urusan kamu lebih penting dari pada nyawa Ayah kamu?"

Lera menghela napas berat. Kalau bukan karena video itu, Lera tidak akan repot-repot berangkat sekolah dengan bekal ucapan menyakitkan para siswa di sana.

"Malang banget hidup kamu. Kenapa gak nyerah aja buat hilang selama nya dari bumi?" wanita itu berjalan mengitari Lera yang masih diam di tempat nya berdiri.

"Maaf, tapi saya tidak ada urusan dengan anda." Lera acuh, ia langsung melangkah pergi meninggalkan Veronica. Tapi, usaha gadis itu nihil. Veronica sudah lebih awal menggenggam erat tangan Lera.

Lera memutar bola matanya. "Mau anda apa?"

Veronica mendekat sedikit mencondong kan badannya. "Harta Ayah kamu, dan tentu juga Arnes," bisik nya.

Lera membulatkan mata, gadis itu menatap Veronica geram. "Apa tidak puas, dengan semua yang sudah anda ambil dari saya?"

Veronica menggelengkan kepala. "Tentu, tidak."

Lera meremat ujung rok nya kuat, menahan emosi nya agar tidak keluar.

"Lera... Lera, kamu tau kekurangan kamu?" Veronica menatap Lera dengan senyum menyeringai. "Yaitu anak yang tidak berguna, dari dulu selalu seperti ini."

"Kalau bukan karena Ayah kamu, saya sudah menyingkirkan mu seperti saya menyingkirkan Mama kamu dengan mudah."

Lera memejamkan matanya sesaat. "Cukup," lirih gadis itu.

"Loh kenapa? Mama tersayang kamu sangat mudah di singkir kan. Pekerjaan saya lebih mudah setelah wanita itu mati."

Lera menggigit bibir bawah nya hingga berdarah. Gadis itu semakin mengeratkan remasan pada rok nya.

"Jika anda kesini hanya ingin mengutarakan kata-kata sampah, lebih baik pergi," pinta Lera dengan sabar.

Veronica terkekeh. "Tidak bisa, ini juga rumah saya. Kamu lupa? Saya juga istri sah dari Arnes Prakarsa Grissham."

"Anda memang istri sah dari Abang saya, tapi bukan ahli waris rumah ini. " Seorang lelaki jangkung sudah berdiri di ambang pintu.

Lera dan Veronica menoleh.

Laki-laki itu berjalan ke arah mereka berdua, berdiri persis di samping Lera. Kemudian menepuk pundak gadis itu lembut, tersenyum manis ke arah Lera.

"Om Ardo?" Ya Ardo-adik dari Arnes.

Ardo tersenyum. "Kamu berangkat ke sekolah, Om yang akan tanganin ini."

AIR MATA LERA 💦 [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang