35. Apa ini Akhirnya?

2K 223 89
                                    

Jantung Lera seakan berhenti berdetak, darahnya seakan membeku. Gadis itu berlari menuju ruang dimana Ayahnya sedang di rawat.

Panik, cemas, takut tercampur jadi satu. Dengan ditemani Ardo gadis itu masih berlari sekuat tenaga. Sial! Kenapa rumah sakit begitu luas? Butuh beberapa menit agar mereka bisa sampai tepat waktu.

Tanpa di sadari pula, cairan bening berhasil menerobos dari benteng mata Lera. "Ayah, Lera mohon bertahanlah." Lera berlari sekuat tenaga. Dadanya semakin sesak.

Gadis itu menangis sejadinya. Ia tidak ingin kehilangan Ayahnya seperti ia kehilangan Ibunya. Lera tidak ingin kehilangan siapa-siapa lagi. Gadis itu menyeka air mata di tengah-tengah ia berlari.

Raut wajah Lera sangat panik, Ya-Tuhan Lera mohon agar semua baik-baik saja mulai sekarang. Lera akan hidup damai setelah ini, ia tidak ingin menderita lagi.

Kehilangan seorang ibu sudah cukup, jangan sampai Lera kehilangan sosok Ayah. Walaupun perlakuan Arnes selama ini menyakitkan. Tapi, bagaimana pun sikap orang itu, ia tetap lah Ayah kandung Lera.

Mereka sudah sampai di ruangan Arnes, Lera dan Ardo mengatur napas nya. Di sana sudah ada Veronica yang sedang menangis dari balik kaca. Para dokter dan suster tengah menangani kondisi Ayahnya. Alat ventilator terpasang jelas di sana.

Kondisi Ayah Lera benar-benar sedang kritis.

Veronica menyadari keberadaan Lera. "Mau apa kamu ke sini hah!"

Lera tak menghiraukan Veronica, gadis itu masih memandang Ayahnya dari balik kaca di luar. Lera menangis menekan dadanya yang sesak karena kondisi Ayahnya yang semakin buruk.

Veronica mendekat, lalu menyeret tubuh Lera. "Pergi! "

"Bunda, Lera mohon. Lera cuma mau lihat Ayah," tutur gadis itu menyatukan kedua tanganya tampak memohon.

"Mas Arnes seperti ini juga gara-gara kamu Lera!"

"Lera mohon! Lera juga gak mau kehilangan Ayah."

"Kehadiran kamu di sini cuma pembawa sial! Pergi!"

"Bunda Lera mohon, apa bunda gak puas dengan perlakuan bunda selama ini? Apa bunda gak puas kalau aku menderita selama ini." Gadis itu menatap Veronica berharap, berharap kalau wanita itu mendengar jerit pilunya.

Lera selama ini sudah sangat menderita, Lera selama ini sudah menanggung sakit yang amat menyakitkan.

Veronica mendorong Lera, membuat gadis itu tersungkur ke lantai. "Cih, lihat wajah mu saja aku sudah muak!"

"Stop! Berhenti menghina keponakan saya, sudah cukup buat anda mengambil setiap inci kebahagiaan dari keluarga Bang Arnes."

Veronica tersenyum licik, ia masih dalam keadaan menangis. "Kamu! Juga buta karena gadis jalang ini!"

"Mbak stop!"

"Apa Ardo! Saya juga istri sah dari Arnes."

"Tapi, Lera juga anak kandung dari Bang Arnes. Sebelum anda hadir di kehidupan Abang saya, mereka sudah cukup bahagia. Anda yang selama ini mengusik kehidupan Abang saya!"

Veronica terdiam, memandang Ardo bengis lalu memandang Lera yang masih menangis.

"Ayah, Lera mohon bertahan. Lera gak mau kehilangan seseorang yang Lera sayangi lagi." Lera tumbang, ia meremat kemeja putihnya. Dadanya sangat-sangat sesak, ia menangis parau di balik ruang UGD.

"Berhenti buat drama! " Veronica mendekat lalu menarik Lera menjauh dari UGD. Ardo yang tahu hal itu langsung menyusul mereka.

"Bunda!" Lera berteriak di sela-sela Veronica menarik paksa gadis itu, tangan nya memerah karena cengkraman Veronica yang kuat.

AIR MATA LERA 💦 [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang