32. Dulu

1.5K 205 60
                                    

Sepuluh tahun yang lalu
Gadis kecil dengan surai coklat tampak meringkuk kesakitan di bawah pohon mangga, hujan deras kini tengah mengguyur bumi. Ada beberapa bekas lebam di area sekitar kaki dan tangannya, seperti terkena cambuk.

Ia menangis membenamkan kepala di antara dua lutut yang tertekuk. Rambut nya menjadi lepek karena terguyur hujan.

Dari kejauhan tampak seorang anak laki-laki berlari kencang ke arah pohon mangga. Laki-laki  itu mengangkat ransel nya di atas kepala yang ia jadikan sebagai payung

"Aduh, jadi basah." Anak laki-laki dengan surai hitam pekat itu tengah berteduh di pohon yang sama. Ia menyibak kemeja putihnya yang terlihat basah kuyup.

Sepertinya baru pulang dari sekolah.

Anak itu membuka ransel nya, mengeluarkan coklat dari dalam sana. "Untung deh, masih sisa tiga coklat. Jadi, selagi nunggu Bang Keno jemput, aku makan dulu."

Satu suap

Dua suap

Tiga suap

Suara rintihan terdengar dengan jelas dari balik pohon yang masih ia singgahi. Ia terdiam membeku tak berkutik. Matanya mendelik memeluk erat ransel nya.

Dengan keadaan yang bergemetar anak laki-laki itu menghentikan makanya, badan nya tiba-tiba membeku, ketika mendengar rintihan dari balik pohon. Tangannya tiba-tiba bergemetar hebat, ia menelan salivanya ketakutan.

Ia memang tidak percaya hantu, tapi jika hantu benar-benar ada apa mungkin dari balik pohon ini ada Mbak Kunti yang sedang menangis? Hih membayangkan saja bikin bulu kuduk merinding.

Dengan keberanian yang setengah-setengah, bocah yang masih berumur delapan tahun  mulai melangkah menuju sumber suara. "Semoga saja bukan setan," celetuk nya.

Ia melangkah secara perlahan ingin mengetahui siapa di balik pohon, walaupun rasa takut masih menjalar di dalam tubuh. Lagi pula, jam telah menunjukan pukul setengah setengah dua siang. Tapi, karena keadaan masih hujan dan mendung jadi terlihat sudah gelap.

Anak laki-laki itu berhenti sejenak, menelan salivanya dan memejamkan matanya sesaat. "Aaa setan!" teriak nya ketika melihat seorang gadis yang tertunduk.

Keadaan nya sangat berantakan, rambut yang tergerai hampir menutupi wajah, ia meringkuk membenamkan wajah nya.

Mendengar teriakan anak laki-laki itu, gadis dengan surai coklat  mulai mengangkat kepalanya. Menatap dingin ke arah depan.

"Ka-kamu siapa?" ucap anak laki-laki terbata.

Tak ada jawaban dari gadis yang ada di depanya, ia masih memandang dirinya dengan tatapan dingin. Wajah yang pucat pasi, seperti mayat yang bangkit dari kubur.

Anak laki-laki itu mengernyit bingung, ia menelusuri setiap badan gadis di hadapannya. Ada bekas luka cambuk di kaki dan tangan perempuan seumuran nya. "Kamu, terluka?"

Ia hanya mengangguk sekali, kemudian menatap kebawah dengan tatapan nanar.

Tanpa pikir panjang, anak itu membuka ransel nya mengeluarkan obat merah dan kapas. "Biar aku obatin."

Ia mendekat, lalu duduk di sisih gadis itu. "Siapa yang berbuat seperti ini?" lagi-lagi tak ada jawaban. Anak laki-laki itu hanya bisa menghela napas berat. Ia melepas dasi dari kemeja putih nya, lalu memasukan ke dalam ransel.

Gadis itu mendongak menatap wajah tampan laki-laki yang ada di samping nya. "Makasih, " gumamnya lirih.

Ia berhenti sejenak, tersenyum simpul ke arah gadis kecil seumuran dengan nya. "Kenalin, nama aku Kenath. Kalau kamu? " Anak itu mengulurkan tangan nya.

AIR MATA LERA 💦 [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang