19. Bertambah nya beban

1.7K 241 156
                                    

Seseorang yang paling setia menemani kita di saat sedih dan duka hanyalah diri kita sendiri.

Lera Dandelion Grissham

Pasang mata masih memandang Lera jijik. Beberapa dari mereka melontarkan sumpah serapah yang sangat menusuk hati.

Lera masih diam ia meremat rok nya sangat kuat menahan hinaan setiap perkataan orang.

Tega. Itu yang di pikirkan Lera. Siapa yang menyebar video fitnah itu sangat jahat.

Kenapa semua orang ingin dirinya hancur? Apa tidak puas dengan derita nya selama ini?

Satu kaki menghalangi jalan Lera. Membuat gadis itu terjatuh. lutut nya tergores dengan lantai yang kasar membuat bercak luka di sana.

Lera tampak meringis kesakitan memegang lutut nya yang sudah mengeluarkan darah.

"Eh anak pelacur jatuh hahaha." Gelak tawa menggema di seantero koridor sekolah.

Semua siswa di sana menertawakan Lera puas. Gadis itu menghela nafas sabar berusaha tersenyum walaupun itu sangat pahit rasanya.

"Mau gue bantu?" tandas seorang lelaki tampak mengulurkan tangan nya.

Lera mendongak menatap laki-laki itu dengan ekspresi wajah yang datar.

"Upss najis tangan gue kena lo," tutur nya lagi menarik tangan nya kembali.

"Masih berani juga lo dateng ke sekolah?" sarkas seorang siswi yang tengah berdiri menyender kan badan nya di tembok.

"Gak nyangka gue Ra. Ternyata lo serendah itu," cetus gadis di sebelah nya.

"Dia sultan kali jadi bebas berkeliaran di sekolah ini tanpa malu."

"Urat malu nya sudah putus kali ya. Makanya selalu dateng ke sekolah."

Lera tersenyum hambar menahan semua luka batin yang kian hari kian melebar di dalam hati nya.

"Anak malang hhh," terang seorang gadis yang memainkan kunci motor nya.

Lagi dan lagi mereka menghina Lera sesuka mereka. Mereka melupakan seribu kebaikan Lera hanya karena satu kesalahan yang tidak gadis itu perbuat.

Dari kejauhan tampak Arlan menatap ke arah Lera tak perduli ia melihat gadis itu yang tengah terduduk menunduk ke bawah kerumunan yang menertawakan nya. Tidak ada setitik saja niatan Arlan untuk menolong Lera.

"Maaf," lirih Arlan kemudian melenggang pergi.

Lera masih diam ia tak membela diri. Buat apa membela jika mereka saja memandang Lera dari sudut pandang yang mereka artikan seenak nya.

Gadis itu menekan dadanya yang semakin sesak sesekali menepuk nya pelan.

Ia berdiri menepuk rok nya yang kotor karena terjatuh tadi. Lera berjalan lagi menuju kelas nya.

Sepanjang koridor para siswa melemparkan gulungan kertas ke arah Lera membuat gadis itu sesekali menghindar.

Ia semakin mengerat kan tangan di punggung ransel nya.

Lera sudah ada di depan kelas. Gadis itu berdiri di ambang pintu melihat teman sekelas yang tengah menatap Lera dengan bengis.

Terlihat Kenath, Dion, dan Kristal di bangku belakang. Arlan beda kelas dengan mereka berempat.

Mereka berempat terlihat sedang bercanda dengan sangat bahagia bercengkrama seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

Apa segitu mudah nya bagi mereka melupakan Lera?

AIR MATA LERA 💦 [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang