Epilog

3.2K 268 84
                                    

WARNING⚠️
Karena ini sudah memasuki Epilog aku butuh banget dukungan dari kalian lewat vote dan komen.

Tolong vote ya , gak maksa kok tapi buat ngehargain jerih payah aku selama ini aja.

Okeeee Scroll kebawah.

Selamat membaca!!

"Uwes to, Kent. Gak usah ditangisin. Biarin Lera tenang dialam sana. Cukup kirim doa saja biar Lera damai."

Kenath yang mendengar perkataan sang Ayah langsung menoleh kearah pria paru baya itu. Alex duduk disamping Kenath sambil membawa kopi hitam nya.

Alih-alih menjawab Kenath hanya diam. Alex memang memiliki logat bicara jawa campur kalau sedang mengobrol. Karena kota kelahiran pria paru baya itu dari Semarang.

"Tahu orak pepatah jawa yang bunyinya. Beras wutah arang bali menyang takere? Itu artinya sesuatu yang sudah rusak tidak akan bisa kembali sama seperti semula. Koyo Lera, seng uwes lungo orak iso bali meneh. Yang sudah pergi gak bisa kembali lagi. Kita beda alam sama Lera, Kent. Ayah tahu kamu pasti terpukul dengan meninggalnya Lera. Ayah juga sama, sangat terpukul. Apalagi Ayah selalu keluar kota jadi gak tau kalau ternyata kamu sama ndok Lera punya masalah waktu itu."

Dengan sarung cap gajah duduk, pria baru baya itu duduk bersila disamping bungsu. Menatap jalan halaman rumah mereka. Lalu menyusrup kopi hangatnya. Malam ini awan kelihatan gelap tanpa hujan, hanya mendung saja.

Kenath menarik napas panjang, lalu berangsur menyender tembok yang ada dibelakang nya. Teras rumah kediaman Algero didepan terdapat kursi beton besar untuk mereka kumpul kalau jenuh didalam rumah. Apalagi tempat mereka duduk sangat jelas memandang langit penuh gemercik bintang yang indah diatas sana.

Selang beberapa menit, Keno keluar membawa setoples keripik kentang yang tadi ia goreng, lalu duduk dikiri si bungsu. Seketika mata Kenath memanas saat tak sengaja melirik rumah Lera dari tempat ia duduk. Memang rumah mereka dekat hanya ada batas rumah tetangga ditengah-tengah saja. Biasanya malam-malam seperti ini Lera selalu duduk dibalkon kamarnya sambil memperhatikan bintang.

Tapi, kini tempat itu sudah sepi tanpa pengunjung setianya. Gelap dan sunyi.

Keno mengikuti arah pandang adiknya, mengetahui apa yang ia lihat ia hanya menghela napas panjang. Lalu menepuk pundak bungsu Algero itu dengan halus.

"Ikhlasin." Keno tersenyum, tapi cuma ditatap dingin oleh Kenath. Entah kenapa akhir-akhir ini semangat laki-laki itu seketika memudar begitu saja.

"Dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan." Ucapan Alex membuat kedua putranya menoleh kearahnya secara bersamaan.

Pria baru baya itu selesai menyusrup kopi hangatnya. Lalu mulai melanjutkan perkataannya, " Meskipun tidak ada ikatan darah, namun terasa sudah seperti bagian dari keluarga, yang jika ada duka, ikut merasa sedih dan kehilangan. Kadang kita juga harus melepaskan seseorang yang kita sayangi untuk pergi selamanya. Siap tidak siap kita harus pasrah bukan? "

"Karena sejatinya, manusia akan pulang juga kepada pencipta nya. "

Kata-kata Ayahnya seketika membuat laki-laki itu sadar. Sekali lagi ia memandang kediaman Grissham dilantai atas. Entah kenapa rumah itu kelihatan sangat sepi. Hanya tertinggal kenangan yang menyakitkan bagi Kenath. Setahu Kent, Pak Arnes masih membutuhkan penanganan dari dokter, karena kondisi yang belum stabil.

AIR MATA LERA 💦 [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang