9. Kenath

2.4K 404 129
                                    

" Kamu memang Dandelion, tapi aku tidak akan pernah membiarkan sang angin meniup bunga mu. Karena kamu, akan selalu menjadi Dandelion ku, Lera."

~Kenath Algero~

Kenath melepaskan genggaman tangan nya dari Lera. Ia menatap Lera penuh sendu termasuk marah kepada gadis itu.

"Kenapa akhir- akhir ini kamu menjauh dari aku, Ra? " ucap Kenath.

"Kent, Aku nggak menjauh, dari tadi pagi kita masih baik-baik aja, kenapa jadi gini?"

"Cuma heran aja, kamu nggak pernah nolak pemberianku, tapi tadi..."

"Kenath. "

"Hm, kenapa?"

Lera diam sejenak, memandang Kenath dengan tatapan sayu. "Ehm, nggak apa-apa. "

"Loh, kenapa? Coba bilang sama aku. "

"Nggak ada apa-apa, Kent. Lupakan"

"Lupakan? Kamu nggak kayak biasanya, Ra. Ada yang kamu sembunyiin dari aku?" ucap Kenath lagi berharap di jawab oleh gadis yang ada di depan nya.

Lera menunduk, gadis itu tampak memikirkan sesuatu kemudian kembali menatap Kenath masih setia menunggu jawaban dari pertanyaan yang ia lontar kan.

"Kent maaf, tapi aku nggak mau merepotkan kamu terlalu lama. Cara ini lah yang bisa membuat kamu bebas dari aku, " ujar Lera yang masih menatap Kenath penuh rasa penyesalan.

Kenath kaget, ia marah kepada dirinya sendiri . Entah apa yang di pikirkan Kenath sampai ia melupakan Lera. Terlalu bodoh jika Kenath meninggal kan Lera sendirian hanya karena seorang gadis yang baru saja Kenath kenal.

Laki-laki itu menghela napas panjang,  dia berkata, "Nggak ngerepotin sama sekali. "

"Kamu bisa cerita sama aku kalau kamu kesepian Ra," pungkas Kenath lembut, memandang ke arah Lera. Lera hanya diam.

"Oke oke Maaf." Kata itu yang berhasil keluar dari mulut Kenath.

Kenath menarik tubuh Lera dan mendekap tubuh gadis itu kuat. Mengusap rambut nya halus, begitu juga Lera ia membalas pelukan Kent.

"Memang ya, pasangan romantis itu beda dari yang lain, cocok pake banget," kata teman sekelas mereka yang sedang berlalu-lalang di samping Kenath dan Lera.

Kenath dengan sangat lembut melepaskan pelukan nya. Kenath memandang sekitar dengan ekspresi bingung. Mereka berdua menjadi topik perhatian seisi sekolah.

Koridor sekolah tampak sangat ramai, tapi kenapa mereka tidak menyadari hal itu? Dengan wajah yang sangat malu Lera dan Kenath berjalan menuju kelas.

Lera terkekeh pelan saat melihat tingkah malu seorang Kenath Algero. Pipi laki-laki itu berubah menjadi merah semerah tomat.

"Nggak apa-apa," bisik Lera yang membuat Kenath langsung menatap wajah gadis itu dari dekat.

Kenath melongo saat di kejutkan dengan tatapan indah bak surga yang ada di depan nya. Pipi bulat Lera sangat lucu apalagi saat ia menatap Kenath dengan wajah polos nya.

"Woi!! Main pandang-pandangan lagi," teriak laki-laki tepat di telinga Kenath

Kenath melonjak kaget, lalu menoleh kearah laki-laki itu.

"Dion?" ucap Kenath

"Kenapa? Lo ketemu gue kayak ketemu setan," ucap Dion sambil menggaruk kepala nya yang sedikit agak gatal.

"Emang setan. " Ucapan Kenath berhasil membuat Dion menatap laki-laki itu dengan tatapan tajam.

"Ngadi-ngadi lo Samsul!"

Kenath hanya diam. Dion menghela napas panjang, repot kalau berurusan dengan sahabat yang dingin nya lebih dari kulkas.

"Nanti jangan lupa latihan Kent," ucap nya lagi kemudian berjalan menjauh dari mereka berdua. Rasa tak ingin mengganggu Lera dan Kenath.

Kenath hanya menunjukan jempol dan telunjuk nya yang sudah menyatu membentuk kata 'Ok'

"Kent, tadi waktu Flora bikin keributan di kantin. Kamu datang lagi ke sana kenapa?" tanya Lera tiba-tiba. Fokus Kenath yang tadi pada Dion sekarang beralih ke arah Lera.

"Tadi ada yang bilang sama aku, Ra. Jadi aku langsung kesana."

Lera hanya mengangguk. Mungkin tanpa Kenath, Lera hanyalah seorang pengecut sama seperti apa yang Flora katakan tadi.

"Ya sudah yuk ke kelas," ajak Kenath sambil memegang tangan Lera.

Lera melepaskan genggaman tangan Kenath, ia menatap Kenath dengan tatapan sedih, "Maaf sudah menyusahkan mu terlalu lama, Kent."

"Gak boleh bilang gitu, itu sudah urusan aku buat jaga kamu,"balas Kenath memegang kedua bahu Lera.

"Ya udah sekarang ke kelas?" tanya Kenath lagi.

"Iya," balas Lera yang tak bertenaga.

Setelah masuk ke dalam kelas seperti biasa Lera duduk di tempat nya begitu juga dengan Kenath. Kedatangan mereka di sambut hangat oleh semua teman sekelas nya. Simpang siur tentang keributan di kantin sudah menyebar luas di sekolah.

Beberapa teman mereka mendekati Kenath dan Lera untuk bertanya apa yang terjadi di kantin tadi? Tapi pertanyaan mereka akan sia-sia. Tahu sendiri lah Lera orangnya seperti apa.

Kristal memasuki kelas dengan perasaan kacau. Ia sangat letih karena si gila Arlan yang selalu mengejar nya selama 24 jam. Kristal berharap Arlan berhenti mengejar gadis itu walaupun cuma satu hari saja.

Kristal dengan malas nya membanting kan bokong di kursi lalu meletakan kepalanya di atas meja. Menghela nafas sabar dan menatap Lera beberapa detik, tanpa gadis itu sadari ia tertidur dengan sendirinya.

Mata pelajaran fisika akan segera di mulai. Bu Erlin-guru fisika sudah memasuki kelas mereka.

"Kristal. jika ingin tidur pulang saja," ucap Bu Erlin menegaskan Kristal.

Dengan rasa malas dan harus menahan kantuk ia mulai Memfokuskan pandangan nya ke arah depan.

Dua jam pun berlalu. Bu Erlin dengan sopan menyelesaikan pelajaran untuk hari ini dan izin meninggalkan kelas. Setelah guru itu keluar keluh kesah mereka lontarkan.

"Gila mau pecah kepala gue mikir pelajaran ini," seru laki-laki di sebelah bangku lera tampak meregang kan otot nya pegal.

"Salah ambil jurusan gue."

"Mumet tenan."

"Ke kantin yok kawan-kawan," ujar salah satu dari mereka.

Benar pelajaran Fisika adalah pelajaran terberat bagi mereka semua kecuali Kenath.

Lera pintar dalam hal berhitung tapi itu di mata pelajaran Matematika tidak untuk fisika.

Sedangkan Kenath sendiri laki-laki itu lebih pintar dalam hal fisika tapi tidak dengan Matematika.

Kebalikan dari Lera bukan? hm mungkin semua orang benar kalau mereka itu cocok.

Ehem gimana makin tertarik sama cerita ini? Ya maaf kalau garing xixi

AIR MATA LERA 💦 [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang