29. Yang sebenarnya

1.6K 227 98
                                    

Kenath meluruskan pandangan. Mengaduk teh hangat nya sambil bertopang dagu. Wajah nya sedikit tidak bersemangat. Laki-laki itu tengah sibuk melamun.

Jam rumah telah menunjukan pukul delapan malam. Rumah kediaman Algero tampak sepi hanya ada Dian-Mamanya dan Kenath.

Kenath bertanya, "Mam, Bang Keno mana?"

Merasa terpanggil, Dian yang tengah terduduk sambil bersender di punggung sofa menoleh ke arah Kenath.

"Ke jogja katanya. Ada urusan kerjaan, besok juga pulang."

Hening. Mereka berdua kini asik dengan dunia nya sendiri. Kenath ingin menemui Lera, tapi seperti nya gadis itu sudah membenci dirinya. Semenjak perlakuan Kenath beberapa minggu ini, mungkin sudah membuat gadis itu sangat membenci nya.

Dian mengernyit. "Kamu belum juga baikan sama Lera? Mau sampai kapan Kent? "

Kenath menoleh dengan wajah lempeng, menatap sang Ibu. "Gak tau," jawab nya.

Dian menghela napas. "Mama dengar, Pak Arnes masuk rumah sakit karena serangan jantung."

Mendengar ucapan Dian, Kenath menghentikan aktifitas nya. Laki-laki itu menahan napas sebentar, lalu membalikan badan sepenuhnya menghadap Mama nya.

"Terus Lera sudah tau mam?" tanya laki-laki itu antusias.

"Mama rasa sudah."

"Terus Om Arnes di mana?"

Dian memutar matanya tampak berpikir. "Mama dengar dari Bi Menir. Pak Arnes di rawat di Thailand," Dian diam sejenak. "Penyakit Pak Arnes sudah semakin parah, makanya dia di bawa ke sana."

Kenath mengangguk, kemudian memposisikan badan nya seperti posisi sebelum nya.

"Kent, " panggil Dian.

Kenath menoleh. "Kenapa mam?"

"Kamu beneran gak mau jenguk Lera? Dia sudah di tinggal Mama nya. Itu juga belum ada satu bulan setelah kepergian Mb Monica. Dan sekarang, gadis itu harus di sudut kan tentang kabar ayahnya yang sakit."

Memang benar, entah seberat apa lagi ujian hidup yang harus Lera lewati demi menggapai masa depan yang indah. Gadis itu juga tidak meminta penderitaan yang bertubi-tubi. Hanya saja, Tuhan terlalu menyayangi Lera, hingga membuat dirinya harus melewati setiap cobaan yang Tuhan berikan.

Dian berdiri kemudian menepuk pundak putra bungsu nya halus. "Kent, Mama harap kamu segera berbaikan dengan Lera sebelum semua nya terlambat. "

Kenath diam, ia tak bisa berkutik. Laki-laki itu memandang depan dengan tatapan kosong, mencerna setiap perkataan sang Ibu. Apa yang harus Kenath lakukan?

"Pikirkan baik-baik. " Dian melenggang pergi meninggalkan Kenath sendiri.

Laki-laki itu tampak tersadar kemudian mengusap wajah nya kasar. "Aku harus apa Ya-Tuhan," cibir nya frustasi.

***

"Mang Ujang, " panggil Lera kepada pria tua yang sedang menggunting daun-daun kering di taman.

Serasa di panggil Mang Ujang menoleh. Ia tersenyum ke arah Lera.

"Non Lera sudah pulang?" Mang Ujang memandang Lera dengan keadaan senyum ramah nya.

Lera mengangguk. "Iya Mang." Gadis itu memainkan daun yang ada di sebelah nya.

"Mang Ujang kalau capek istirahat dulu, " ucap gadis itu lagi, lembut.

AIR MATA LERA 💦 [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang