06 ✓

2.7K 300 12
                                    

Happy reading-!!♡













Haechan duduk termenung di balkon apartemen nya,
bohong jika ia tidak terbawa perasaan oleh tindakan Jaehyun selama ini, apalagi saat mengetahui langsung dari mulut Sungchan.

Setiap pagi mengantar kopi, memberi kata-kata semangat, melihat senyuman berdimple itu tiap pagi.

Terhitung sudah satu bulan pria gila itu mendekatinya.

"Aku heran dengan kakakmu! Mendekatiku dengan iming-iming mengantarkan kopi di pagi hari!"

"Itu semua ada alasannya, dia cinta padamu Hyung."

Haechan mendelik. "Jangan bohong, lagipula aku mempunya kekasih."

"Yakin? Aku dengar-dengar Ryujin sedang dekat dengan pria bernama Hyunjin. Dan apa kau tidak menyadari perasaan tulus kakakku?"

"Sialan, banyak hal yang tidak kau tahu tentang ku!"

"Aku tahu semuanya, Hyung."

Dan bayang-bayang pembicaraan nya dengan Sungchan membuat ia sakit kepala, sudahlah. Daripada memikirkan hal yang tidak berguna lebih baik ia pergi tidur.

Mungkin hari esok akan lebih melelahkan dari hari ini. Melelahkan untuk hatinya.

...











Pagi ini adalah kesempatan terakhir Jaehyun untuk mendekatkan diri pada Haechan. Waktunya sudah habis, ia harus segera pergi ke Jepang sebelum tuan Hamada memporak-porandakan perusahaanya disini.

Sialan sekali hidupnya ini, seharusnya ia yang menjadi korban karena gadis sok lugu itu yang bersalah, tapi semua masalah malah berbalik padanya, sungguh sial.

Jaehyun duduk di kursi kebanggaannya itu dengan hati yang gelisah, tidak tahu jika semua ini akan terjadi pada hidupnya, semoga Haechan akan menjadi miliknya, bukan akan, tetapi harus!

Tok tok tok

Ketukan pintu membuat perhatian Jaehyun beralih, sosok yang ia harapkan hadir datang, membawa secangkir kopi dengan senyuman yang ingin ia miliki untuk dirinya sendiri.

"Selamat pagi presdir, saya membawa kopi untuk pagi yang cerah ini." Ujar Haechan tersenyum.

Jaehyun termangu, heran dengan perubahan Haechan, seolah lupa dengan kejadian tadi malam. Apa pria itu melupakan kejadian tadi malam?

Haechan pun meletakkan kopi yang ia bawa, tersenyum pada Jaehyun lalu beranjak pergi kembali.

"Tunggu Haechan!"

"Iya presdir? Ada yang bisa saya bantu?"

"Kenapa kau berubah?"

Haechan tertawa. "Berubah? Saya masih Haechan yang sama, seperti sebelumnya."

"Kau tidak lupa tentang yang semalam? Kau tidak marah?"

"Untuk apa marah presdir, jika kau mencintaiku cintailah aku." Ucap Haechan yakin.

What! Apakah tuhan mengirimkan sebuah keajaiban padanya? Kenapa mendadak seperti ini?

Jaehyun beranjak dari duduknya, lalu mencium lembut Haechan, ia sudah bersiap dengan segala kemungkinan. Termasuk Haechan yang akan menamparnya mungkin.

Namun kali ini Jaehyun salah, lelaki manis itu membalas ciumannya, bahkan niatnya yang hanya ingin menempel bukan melumat, tetapi Haechan melumat bibirnya lembut.

Astaga, Jaehyun bisa gila.

Ciuman pun terlepas. "Presdir mencintaiku kan? Cintailah aku. Jika memiliki ku akan membuatmu merasa bahagia dan lepas dari segala masalahmu, aku siap membantu mu."

"Masalah? Maksudmu? Aku benar-benar mencintaimu sungguh!"

"Aku tidak tahu kau benar-benar mencintaiku atau tidak, jadi sekarang buat aku percaya padamu."

Jaehyun mengangguk, yakin ia akan membuat pria didepannya ini jatuh cinta.

Haechan memeluk tubuh atasannya itu, seolah takut kehilangan Jaehyun. "Aku tahu semua masalahmu, soal Mina, perusahaan mu aku tahu."

"Kau tahu darimana? Sungchan yang memberi tahu mu?"

Haechan mengangguk. "Ya, dan aku sudah jatuh padamu, jadi kau harus bertanggung jawab atas semua itu."

Jaehyun terkekeh. "Astaga sayang, jika kau seperti ini dari kemarin, aku akan sangat bahagia dan memiliki waktu banyak untuk berkencan."

Seketika Jaehyun meringis akibat cubitan Haechan. Membuat pelukan itu terlepas.

"Aku akan membantumu, dan kita bicara nanti. Aku harus pergi sekarang."

Haechan pergi, mendaratkan kecupan singkat di atas pipi berdimple itu.

"Selamat bekerja sayang."

Percayalah, Jaehyun pingsan ditempat.

...









"Astaga apa yang aku lakukan tadi!" Haechan menyentuh dadanya yang berdegup sangat kencang.

Ia berfikir, saat ini tak jauh berbeda dengan seorang jalang karena begitu mudah jatuh pada seorang Jung jaehyun.

"Apa keputusan ku benar? Astaga semua ini karena si gila Jung Sungchan."

Pagi tadi ia malas ke kantor, banyak sekali pertanyaan yang terlintas dibenaknya, apa Jaehyun benar-benar mencintainya? Kenapa juga ia harus terus memikirkan perkataan gila bosnya itu.

Hampir sebulan lebih laki-laki itu mendekati nya, bohong jika Haechan tidak jatuh cinta. Tapi apakah ia bisa percaya semua itu?

"Halo Jung Haechan, bagaimana soal semalam?"

Haechan melotot. "Apa maksudmu?"

"Ku kira kakakku sudah melamar mu tadi malam. Sebelum dia benar-benar pergi, dia ingin melamar mu."

"Pergi? Pergi kemana?"

Sungchan terkejut, sepertinya sebelum kakaknya menyatakan cinta pada Haechan, Jaehyun sudah mendapatkan tamparan.

"Jepang, ada masalah disana dan itu akan cukup memakan waktu yang sangat lama. Kecuali kau ingin membantu."

"Membantu bagaimana maksudmu?"

"Kau tahu maksudku Hyung, kau menguping pembicaraan ku saat itu di telepon."

Haechan gelagapan, ia tertangkap basah sekarang.

Sungchan terkekeh. "Hyung, tolong percaya pada Jaehyun Hyung, jika dia berkhianat aku yang akan langsung mengambil mu."

"Kau pikir aku barang!" Haechan makin kesal.

"Aku serius, aku tahu kau mulai menyukainya jadi tolong bantu dia Hyung. Soal perasaan kalian dan hubungan kalian kedepannya bicarakanlah setelah semua masalah ini selesai."
















Tbc.
Revisi ✓

Love? (Jaehyuck) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang