08 ✓

2.5K 274 16
                                    

Happy reading-!!♡













Berada dalam dekapan seseorang yang dipuja-puja banyak orang merupakan sebuah hal yang sangat beruntung, tetapi tidak dengan Haechan.

Sekarang ia berada dalam pelukan seorang Jung Jaehyun, atasannya yang dengan tidak sopannya, masuk kedalam hatinya yang ia tutup rapat dari dulu.

"Presdir, kau sedang banyak pikiran?" Tanya Haechan tanpa memandang wajah si lawan bicara.

Jaehyun mengangguk. "Iya, aku berharap semoga masalahku ini cepat terselesaikan dan aku bisa mendekapmu seperti ini tanpa ada rasa gelisah."

Haechan mengerti, masalah bosnya ini sebenarnya sepele, jika orang yang dihadapi tidak memiliki kekuasaan penting apapun. Tapi, kenapa bosnya ini tidak langsung menghancurkan ia tidak tahu.

"Kau tau Hyung? Jika kau pria biasa, bukan seorang pemilik perusahaan besar, akan sangat mudah kita menjalin hubungan ini."

Melepas pelukan nyaman itu Haechan sedikit menjauhkan diri pada Jaehyun. "Hyung, ini terlalu cepat tapi ya, aku menerima mu. Bodohnya aku mudah mencintaimu dengan waktu sesingkat ini."

Jaehyun terkejut bukan main, keinginannya memiliki pria manis yang ada dihadapannya terwujud, dengan senyum bahagia ia kembali memeluk Haechan dengan perasaan hati yang sedikit lega.

"Sayang, aku benar-benar mencintaimu saat pertama kali kita bertemu. Terimakasih sudah mencintai pria bodoh ini, aku harap kau tetap sabar dan mau menungguku."

Haechan tersenyum, dalam hati ia berdoa semoga rasa cinta ini terus selalu ada baik dihatinya maupun dihati Jaehyun.

"Aku juga mencintaimu, Jaehyun."

...






Haechan pulang dengan hati yang sangat amat bahagia. Entah kenapa pernyataan cintanya pada Jaehyun melegakan hatinya.

Namun rasa takut menjalin hubungan kembali akan selalu ada, dan ia berjanji satu hal pada hatinya.

"Jika hati ini disakiti lagi, kau harus pergi jauh." Begitu janjinya pada dirinya sendiri.

Saat membuka pintu apartemen, ia terkejut melihat Ryujin sedang mengacak-acak isi apartemennya.

Dasar wanita gila! Rutuknya.

"Heh wanita jadi-jadian! Kau sedang apa bodoh, aku sedang lelah dan kau malah mengacak-ngacak apartemen ku!"

Ryujin hanya mendelik, mencari sesuatu yang ia butuh jauh lebih penting sekarang.

"Haduh Chan, aku sedang mencari sesuatu yang sangat penting dan itu terjatuh saat aku makan."

"Lalu apa hubungannya dengan mengacak-acak lemari bajuku!"

Ryujin terkekeh. "Hehe, aku sedang mencari cincin, sekaligus meminjam bajumu. Aku kan akan ke Jepang besok."

"Aku juga akan ke Jepang besok, jadi kemungkinan baju yang kau pinjam akan aku bawa. Lebih baik kau berkemas saja, jangan merecoki ku terus!"

"Aish dasar uke galak! Bantu cari cincin dulu, ya? Please. Ngomong-ngomong kau ke Jepang dengan siapa?"

"Dengan bosku. Dan apa kau bilang? Cincin?"

"Iya, cincin pemberian Hyunjin tadi. Sengaja nggak di pake, eh malah jatoh."

Haechan mengerti, ia lupa jika wanita dihadapannya ini bucin akut dengan yang namanya Hyunjin. "Nanti aku cari, pulanglah dulu, nanti aku kabari."

Ryujin berteriak lalu memeluk sahabat manisnya ini erat. "Ah, terimakasih. Kau selalu bisa diandalkan. Kalau begitu aku pulang dulu ya."

Ryujin pun pergi menuju apartemennya, Haechan hanya menggeleng sambil berdecak. "Dasar wanita bucin, tomboy."

Ia sangat kesal sekarang, gara-gara Ryujin ia harus membereskan seluruh apartemennya sekarang. Percuma Jaehyun menyuruhnya pulang cepat jika seperti ini.

Pekerjaan rumah pun dimulai, setelah mandi ia langsung merapihkan ruang tamu terlebih dahulu, dilanjut membersihkan dapur dan terakhir kamarnya.

Cincin sahabatnya itu ia temukan di kolong meja makan, membuat ia ingin mengumpat saja rasanya.

"Aku tidak bertanya pada presdir akan pergi ke Jepang berapa lama? Aish bodoh sekali." Haechan pun segera menelepon bosnya yang merangkap sebagai ekhem kekasih sekarang.

"Halo sayang? Ada apa menelepon?"

"Eum hyung? Aku lupa bertanya padamu, kita akan pergi ke Jepang berapa lama?"

Jaehyun terdiam beberapa detik. "Aku juga tidak tahu sayang, yang pasti sangat lama." Helaan napas terdengar setelahnya.

Lalu? Jika lama bagaimana pekerjaannya dengan Sungchan kalau begitu.

"Agar lebih jelas Hyung akan datang ke apartemenmu ya sayang? Bagaimana?"

"Baiklah, aku tunggu." Setelah telepon tertutup, Haechan merebahkan dirinya diatas kasur.

Ia lelah sekaligus senang saat ini, jujur saja ia sendiri kaget dengan tingkahnya tadi pagi. Mencintai orang yang memiliki kekuasaan tinggi seperti Jaehyun adalah sebuah mimpi yang mungkin tidak akan pernah tercapai.

Meskipun ia mendapat ketenangan batin karena pernyataan tadi pagi.

Suara bel membuyarkan lamunannya, iapun berjalan menuju pintu lalu membukanya. Terlihat Jaehyun dengan pakaian santainya tengah tersenyum mengarah padanya. Membuat Haechan terperangah sebentar.

"Sayang? Aku tidak dibiarkan masuk?"

Haechan pun tersadar. "Masuklah Hyung, maaf apartemen ku agak berantakan."

Jaehyun terkekeh, lalu ia masuk ke apartemen sederhana itu. Ia sedikit terkejut sebenarnya, apanya yang berantakan disini, malah apartemen ini terlihat bersih dan minimalis.

"Kau ingin minum apa Hyung? Akan aku buatkan." Tanya Haechan saat Jaehyun mendudukkan dirinya di sofa.

"Tidak usah sayang, Hyung hanya ingin berbicara hal penting padamu sekarang." Jawab Jaehyun.

"Bicaralah Hyung."

Jaehyun menarik napas perlahan, siap tidak siap ia harus mengatakan semua ini pada sang pujaan hati. Ia tidak mau menyakiti Haechan nantinya.

"Sayang, disana kita akan sangat lama tinggal atau mungkin menetap aku tidak tau. Selagi masalah ini belum selesai dengan tuntas, aku tidak akan pergi."

"Hyung, aku harus melakukan apa? Disatu sisi aku bingung sebenarnya, aku tidak tahu apa yang kau rencanakan."

Berat sekali menjelaskan semua ini pada Haechan, tapi perlahan ia harus menjelaskannya. "Hamada, kau tau marga keluarga itu? Anak perempuan dan satu-satunya penerus keluarga Hamada adalah mantan kekasihku dulu. Tapi dia hamil."

Deg.

Apa katanya? Hamil? Perempuan Hamada itu hamil anak Jaehyun?

Banyak sekali pertanyaan yang langsung terlintas dibenak Haechan membuat ia pusing karena terkejut.

"Tapi sayang, aku bersumpah itu bukan anakku. Bahkan aku tidak pernah menyentuhnya sama sekali."

"Aku bingung Hyung."

Jaehyun menggeleng. "Tidak tidak tidak sayang kau harus percaya pada Hyung, dia berselingkuh dengan mantan kekasihnya. Aku yang melihatnya sendiri."

Menghela napas lelah Haechan mengangguk. "Aku tidak tahu menahu lebih dalam soal masalahmu, tapi tolong buat aku percaya ya, hyung."



















Tbc.
Revisi ✓

Love? (Jaehyuck) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang