Happy reading-!! ♡
Jaehyun berjalan ingin menyusul Haechan, lama sekali kekasihnya itu pergi. Padahal hanya memberitahukan satu berita pada Asahi yang jelas-jelas seatap dengan mereka.
Ia tidak ingin posesif, tapi keadaan memaksanya begitu. Jika semua orang menganggap cintanya hanya sebatas obsesi maka semua tuduhan itu salah, ia tidak akan melarang Haechan melakukan sesuatu yang dia inginkan.
Setelah bertanya pada para penjaga yang bertugas, ia dapat informasi jika Haechan dan Asahi berada di taman.
Langsung saja, pria tampan itu berjalan kembali menyusul Haechan. Saat dilihat, keduanya seperti sedang mengatakan hal yang serius.
"Sayang? Sudah kau beritahu Asahi? Dan kenapa kau menangis." Khawatir jika sang kekasih curiga Haechan langsung menghampiri Jaehyun.
"Aku tidak apa, soal air mata aku sangat senang Asahi akan bertemu kembali dengan suaminya. Kenapa Hyung kesini?"
"Ah begitu. Hyung cemas karena kau tidak kembali, kalau begitu ayo. Kita bermain ke luar."
Haechan menatap Jaehyun berbinar. "Benarkah? Ayo Hyung, aku ingin main." Haechan menarik tangan Jaehyun, lalu pergi tanpa berpamitan pada Asahi.
Asahi mengangguk paham, ia harus mencoba dan mencerna semua apa yang terjadi nanti. Haechan Hyungnya sudah banyak menderita, saatnya ia juga berbalas Budi atas kebaikan pria manis itu.
Flashback on.
"Baiklah Hyung, aku ijinkan. Semoga dengan kematian orangtuaku dendammu terbalaskan. Dan jika masih belum puas kau bisa membunuhku."
"Tidak. Aku pernah kehilangan seseorang, dan aku tidak akan kehilangan seseorang lagi. Dan Asahi, jika aku hilang nanti atau celaka, kau harus selalu ada disamping Jaehyun Hyung ya? Kumohon."
Asahi menggeleng. "Hyung tidak akan kemana-mana, Hyung akan selalu disini bersama dengan tuan Jaehyun."
"Semua akan terjadi, entah itu kapan. Aku juga sebenarnya tidak ingin melakukan semua ini, ini terlalu tiba-tiba. Tapi menurutku, tindakanku ini akan sedikit memberi kelegaan pada diriku sendiri." Berujar dengan lirih, Haechan seperti punya masalah yang sangat berat.
Dan Asahi akan melakukan apapun, agar Hyungnya ini bisa selamat, selalu sehat, dan juga mendapat kelegaan hati.
"Hyung, tolong jika ada apapun aku akan menolong mu. Kau hyung ku, kau sangat berarti, dan aku berharap semuanya akan berjalan sesuai dengan keinginan mu."
Haechan tersenyum kemudian mengangguk. Rasanya lega, saat ada orang yang tahu semuanya, kecuali dirinya, temannya dan orang terpercaya ayahnya.
Flashback off.
Jaehyun dan Haechan pergi ke taman hiburan yang cukup terkenal di Jepang. Jaehyun ingin membawa kekasih manisnya itu untuk bersenang-senang hari ini.
Cukup ia akui, pasti Haechan bosan ia kurung terus menerus di mansion, bahkan para istri dari sahabatnya juga tidak bisa terus menerus menemani Haechan.
Jaehyun merasa bersalah akan hal itu, jadi ia putuskan untuk membawa Haechan bermain sebentar.
"Hyung, aku ingin memakan permen kapas pokoknya. Lalu, aku juga ingin makan makanan yang enak disana, bolehkan?"
Jaehyun yang sedang menyetir tersenyum, merasa gemas dengan tingkah laku sang kekasih. "Apapun Hyung bolehkan, asal itu baik dan tidak merugikan mu sayang. Dan saat disana, kamu jangan berjauhan dengan Hyung."
Haechan mengangguk, "Terimakasih Hyung, aku cukup bosan tinggal terus di mansion. Semua orang sibuk dengan urusan mereka, harusnya aku dibiarkan bekerja saja dengan Sungchan."
"Maafkan Hyung karena membuatmu seperti itu, dan soal pekerjaan, kau berhenti saja bagaimana? Saat kita menikah, biar Hyung saja yang bekerja."
"Tidak mau Hyung, aku mau bekerja. Jadi sekretaris Sungchan."
Jaehyun cukup kesal perintahnya diabaikan Haechan. "Sayang, mengertilah. Hyung tidak mau kau kelelahan."
"Aku tidak lelah ish, jadi bolehkan ?" Aegyo Haechan membuat Jaehyun lemah, tolonglah dirinya sedang menyetir, ia tidak mau mati hanya karena melihat sekilas aegyo itu.
"Baiklah, tapi jika kau mengandung anakku. Kau harus berhenti."
Dengan tubuh yang terbelenggu sabuk pengaman, Haechan mengecup pipi Jaehyun, merasa senang karena permintaannya dituruti.
"Sayang Jaehyun."
Ah, Lee Haechan. Menyiksa batinnya, tapi juga candu baginya. Bagi Jaehyun.
...
Saat sampai di tempat tujuan, Haechan berbinar karena banyak sekali orang disini. Tempatnya asri, banyak permainan dan juga jajanan. Rasanya sudah lama ia tidak datang ketempat seperti ini.
"Suka sayang?" Tanya Jaehyun, mengelus Surai hitam si manis, yang tidaknya tentu saja mengangguk.
"Ayo, kita habiskan hari menyenangkan disini." Jaehyun menggandeng tangan Haechan, keduanya berlari dan mulai menapaki satu persatu stand makanan dan permainan.
Raut wajah bahagia keduanya begitu terlihat, semua orang mengira pasti pasangan itu sangat berbahagia, namun nyatanya kejahatan dan masalah ada dibalik semua senyum itu.
Haechan mencoba abai dengan semua itu, baginya sekarang Jaehyun adalah dunianya. Ia sudah sangat percaya pada Jaehyun, meskipun Hendery memperingatinya untuk selalu berhati-hati tapi ia tidak bisa.
Rasanya ia selalu hilang akal disamping pria sesempurna Jaehyun.
"Bagaimana? Suka?" Saat ini Jaehyun dan Haechan sedang duduk disalah satu bangku dengan tangan Haechan memegang permen kapas besar, pria manis suka makanan manis, makanya dirinya juga ikut manis.
Ya begitu persepsi seorang Jung Jaehyun, CEO yang katanya dingin, padahal bucin dan lemah pada Haechan.
"Sangat, dan sekarang aku lelah Hyung." Haechan menghabiskan permen lengket itu cepat, lalu mencium Jaehyun tiba-tiba.
Jaehyun yang mendapat serang dadakan tersebut terdiam mematung. "Hyung, apapun yang terjadi tetaplah jadi orang kuat. Lakukan apapun yang menurutmu benar ya, dan jangan menunda-nunda terus pekerjaan Hyung, itu tidak baik."
"Kenapa berbicara seperti itu sayang? Seperti kamu akan pergi jauh dari hidup Hyung."
"Hidup tidak ada yang tahu Hyung, ingat pesanku ya."
Jaehyun mengangguk saja tidak terlalu menanggapi ucapan ngawur sang kekasih. "Iya, Hyung percaya juga pasti kau akan selalu ada bersama Hyung."
Haechan tersenyum miris, menangkap pipi sang dominan lalu mencium bibir tebal itu lembut. Seolah tidak ada hari esok untuk melakukan hal itu.
Lama kelamaan ciuman itu semakin menuntut, Jaehyun jadi terbawa suasana. Ia menggigit bibir sang submisif tanpa memperdulikan jika banyak Padang mata yang melihat aksi mereka.
Haechan melepas ciuman itu, telinga Jaehyun memerah. Terlihat sekali menahan nafsu, membuat ia terkekeh. "Astaga sayangku sedang menahan sesuatu, hm?"
Jaehyun menggeram. "Sayang jangan menggodaku."
Haechan menatap mata Jaehyun menggoda. "Hyung lakukanlah. Sentuh aku, aku ingin Jung kecil ada diperutku."
Nggak bisa bikin nganu, maaf kalo chap selanjutnya adegan tidak senonoh nya kurang memuaskan, karena aku nggak niat bikin Rated-M ini cuman buat alur aja😭🙏🏻
Tbc.
Revisi ✓
KAMU SEDANG MEMBACA
Love? (Jaehyuck) END
Random[Jaehyuck story] Kedua insan itu dipertemukan oleh hal terduga, cinta pandangan pertama. Tentang Jung Jaehyun yang jatuh cinta pada sekretaris adiknya, Lee Haechan. Sosok manis itu dapat merenggut seluruh harinya dalam sekejap. Lee Haechan itu laki...