03 ✓

3.6K 374 14
                                    

Happy reading-!!♡








Jung Jaehyun yang biasanya tidak dapat bangun pagi-pagi itu seolah tersihir pagi ini. Mengingat hukuman yang ia beri pada haechan-membuat secangkir kopi di pagi hari untuknya, ia menjadi semangat pergi ke kantor di pagi buta.

Ah tidak pagi sekali, pukul 7 ini ia sudah memeriksa dokumen, duduk di kursi besar kebanggan ya dengan senyum terukir di bibirnya, membentuk lesung pipi diwajahnya membuat ia semakin tampan dan segar di pagi hari ini.

Seolah lupa jika ia awalnya merasa kesal dan lelah kemarin malam, dirinya menunggu Haechan berjam-jam, namun pria manis incarannya malah sudah pulang.

Jaehyun menghela napas, berusaha mengatur detak jantungnya yang berdetak kencang.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengar, apakah se semangat itu Haechan menjalankan hukuman darinya? Sepagi ini sudah ada yang mengetuk pintu ruangannya, eumm presdir Jaehyun ini sangat tidak sadar diri.

"Masuk!" Setelah perkataan itu terdengar pintu pun terbuka, menampakkan sekretarisnya. Lee Jeno.

"Ah presdir, tumben sekali anda sudah datang sepagi ini." Sapa Jeno dengan senyuman.

"Hanya ingin, oh iya Jeno. Jika ada seorang pria manis datang bernama Lee Haechan, suruh saja ia langsung masuk, tidak perlu mengetuk pintu terlebih dahulu."

"Ah, baiklah presiden."

"Oh iya, mau apa kau datang sepagi ini juga Jeno?" Tanya Jaehyun.

Jeno tersenyum. "Saya memang selalu datang di jam ini presdir, saya kesini karena ingin memberi dokumen pada anda. Saya tahu anda sudah datang karena para karyawan membicarakan anda."

Rupanya tindakannya yang datang lebih awal menjadi pembicaraan bagi karyawan nya, memang apa yang salah jika ia datang jam segini.

Ah sudahlah, mereka juga tidak akan tahu maksud dan tujuannya.

"Berikan padaku, kau bisa pergi sekarang. Dan ingat pesanku." Ujar Jaehyun tegas. Jeno pun mengangguk lalu pamit undur diri meninggalkan sang penguasa terbesar di Jung Corp sendirian, dengan raut wajah yang terlihat sumringah.

Sementara itu Haechan saat ini nampak ogah-ogahan masuk bekerja, sapaan para karyawan yang biasanya ia balas dengan sapaan yang riang, kini terganti dengan senyuman yang seadanya. Ia malas sekali hari ini.

Karena presiden Jung Jaehyun itu, ia harus bangun sepagi ini, sialnya bosnya yang bernama Sungchan itu menghubungi nya hanya demi mengingatkan ia agar cepat-cepat datang ke kantor.

Astaga, dia sangat tidak bergairah bekerja, awalnya ia akan cuti saja dan menonton series bersama Ryujin di apartemen, namun wanita itu juga sangat bersemangat saat tahu ia dihukum.

"Yak Lee Haechan yang aku kenal tidak pernah dihukum, tapi karena my baby bear aku sekarang dihukum, jadi cepetan sana berangkat kerja!"

Begitulah kata-kata mutiara yang ia dengar pagi ini, niat hati ingin diberi solusi, malah diberi sebuah olokan yang sangat amat menyebalkan.

Setelah meletakkan tas nya di meja, ia datang ke pantry kantor, masa bodo ia membuat kopi apa ia tidak peduli. Yang ia pedulikan saat ini adalah mengerjakan tugasnya yang menumpuk di mejanya, mengikuti Sungchan kemanapun, karena itu memang tugasnya.

Kembali, lantai 25 ini ia pijak. Membawa nampan yang diatasnya terdapat secangkir kopi dengan asap yang masih mengepul, ia mencoba tersenyum.

"Selamat pagi Lee Jeno-ssi, saya ingin menemui presiden Jung." Sapa Haechan saat tahu ada sekretaris Jaehyun disini.

"Langsung masuk saja, presiden Jung sudah menunggumu." Ujar Jeno ramah. Haechan pun masuk keruangan itu.

Karena mendengar seseorang masuk keruangan nya, perhatian Jaehyun pun teralihkan. Ia tersenyum tipis saat tahu orang yang masuk ada yang ditunggu-tunggu sedari tadi.

"Selamat pagi presiden, ini kopi untuk pagi yang cerah dengan cuaca yang hangat. Semoga hari anda menyenangkan, saya permisi." Haechan meletakkan kopi itu dimeja lalu berjalan mudur, bermaksud untuk segara pergi dari ruangan ini.

"Siapa yang menyuruhmu pergi?" Kata Jaehyun, ia sebenarnya ingin berucap terimakasih karena Haechan meletakkan kopi ini dengan perkataan yang sangat manis. Tapi, perasaan ini harus ia tahan terlebih dahulu, seperti kata adiknya.

"Ya?" Haechan bingung, dirinya sudah melaksanakan hukuman, kenapa ia harus ditahan-tahan seperti ini.

"Temani aku mengobrol, lagi pula ini masih sangat pagi untuk bekerja."

Haechan tertawa canggung. "Eumm, bos Sungchan yang menyuruhku datang sepagi ini." Ah, Jaehyun harus berterimakasih pada adiknya itu, janjinya untuk membantu Jaehyun bersama Haechan bersatu ternyata bukan omong kosong.

Namun rencana belum dilaksanakan.

"Ah begitukah? Kau duduk di sofa sekarang. Temani aku mengobrol."

"Baiklah." Lalu hening.

Jaehyun canggung sebenarnya, astaga karena cinta Jung Jaehyun yang terkenal dingin ini bisa canggung dan gugup dihadapan orang yang ia suka. Pembodohan, tetapi perasaan berdetak ini membuatnya nyaman dan hangat.

"Kau sudah mempunyai kekasih?" Tanya Jaehyun.

Haechan ingin amarah sebelumnya, presidennya ini tahu bukan jika ia memiliki kekasih, kenapa ia bertanya lagi?

Daripada ia dipecat dan tidur disisi jalan lebih baik ia menjawab. "Iya, aku memiliki kekasih."

"Namanya?"

"Ryujin." Jaehyun mengangguk.

"Apakah kau pernah menjalin hubungan dengan seorang pria?"

"Pernah." Hey, apakan Sungchan berbohong padanya? Sungchan bilang pria ini tidak pernah berhubungan dengan pria, bahkan saat kuliah pun ia sudah berhubungan dengan Ryujin itu bukan?

"Bukannya kau belum pernah berhubungan dengan pria?" Haechan menukik alisnya bingung, sepertinya ia sudah diselidiki sebelumnya oleh bos nya ini.

"Dan bukankah presiden bisa mengetahui itu semua tanpa menanyakan nya padaku?"

Jaehyun tersenyum. "Aku ini mencintaimu, bukan terobsesi padamu. Jadi lebih baik aku mengetahui semuanya dari mulut manis mu itu, daripada menguntit dirimu. Aku ingin dekat denganmu bukan sebagai seorang Jung Jaehyun pemilik perusahaan terbesar di bumi ini."

Haechan terperangah, bosnya ini melantur terus dari hari ke hari, mencintainya? Rasanya tidak mungkin. Lagipula ia memiliki kekasih dan Ryujin adalah kekasihnya. Meskipun pura-pura.

"Maksud Hyung? Mencintaiku? Bukan sebagai Jung Jaehyun? Apa maksudnya? Aku tidak mengerti." Tanya Haechan bertubi-tubi.

Jaehyun tersenyum. "Ia, aku mencintaimu. Bukan sebagai Jung Jaehyun. Tetapi manusia biasa yang mencintai salah satu makhluk manis ciptaan tuhan. Aku menyayangimu, Lee Haechan."

Oke, sepertinya Jung ngegas Jaehyun tidak bermain-main dengan ucapannya, dan Jaehyun terpaksa harus mengatakannya terus saat ada kesempatan.

Karena,

Tidak banyak waktu yang ia miliki untuk menjadikan Haechan miliknya.











Tbc.
Revisi ✓

Love? (Jaehyuck) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang