35 ✓

1.7K 158 3
                                    

Happy reading-!! ♡
Buat menemani malam libur kalian, maaf kalo bosen.

































Kelopak mata yang tertutup cukup lama itupun terbuka, pemandangan yang pertama ia lihat adalah ruangan putih yang begitu menyesakkan. Semua tubuhnya seolah kaku dan mati rasa.

Namun ia dapat merasakan ada sedikit beban pada tangan kirinya, terlihat Jaehyun yang sedang tidur di atas tangannya. Kekasihnya itu terlihat sangat lelah, kantung mata jelas terlihat disana, membuat Haechan khawatir.

Seberapa lama ia tidur sebenarnya? Ah bahkan, ia seperti bermimpi hanya satu malam, menghabiskan obrolan dengan kedua orangtuanya. Namun orangtuanya meyakinkan dia untuk pulang.

"Kembalilah Haechannie, anakmu sudah lahir. Beri nama dia Donghyuck, itu nama kecilmu dulu." Kata sang ibu saat mereka berdua berpelukan.

Sementara pesan ayahnya tidak jauh dari petuah untuk Taeyong. "Katakan pada Taeyong untuk terus meneruskan perusahaan, jaga keluarganya. Kami akan menunggu disini kalau memang waktunya tiba kalian datang."

Begitulah, obrolan singkat yang Haechan kira ternyata sangat lama jika dibandingkan disini.

Sementara Jaehyun merasa ada tangan yang mengelus kepalanya, pria dominan itu mendongak. Terlihat Haechan tersenyum meskipun tersenyum kecil.

Jaehyun secara refleks langsung memeluk tubuh itu, rasanya sudah sangat lama ia tidak merasakan pelukan ini. "Sayang, kau baik? Ingin apa?"

Haechan mengangguk saja, ia masih lemah untuk berbicara. Jaehyun pun memanggil para medis keruangan, dokter tersenyum simpul pada Jaehyun, pertanda kabar baik akan dokter itu ucapkan.

"Nyonya Jung sangat baik, tapi untuk sekarang jangan terlalu mengajaknya bicara apalagi memaksa untuk bicara, saraf-saraf nya masih kaku, kemungkinan kondisinya akan pulih seminggu lagi."

Jaehyun tersenyum lega mendengar nya, seketika beban dalam pundaknya menghilang entah kemana, terganti dengan rasa senang seperti sekarang ini.

"Terimakasih." Dokter pun mengangguk lalu membiarkan Haechan dan Jaehyun berdua.

Hari sudah larut malam, Jaehyun yang tadi tertidur karena lelah menangis pun kembali segar, ibu dari anaknya sudah sadar sekarang.

"Sayang, kau tau? Bayi kita sudah lahir, kau bilang Hyung harus memberinya nama bukan? Tapi sekarang, biar kau saja yang beri nama, nanti saat anak kedua kita lahir, Hyung akan beri nama." Jelas Jaehyun, Haechan hanya menatap lekat Jaehyun saja.

Masih lemah kondisinya untuk membalas perkataan Jaehyun.

"Hyung tau, kau sudah sangat berfikir ke depan. Bahkan saat kau memberi tahu Hyung untuk cepat, Hyung malah lalai. Untuk surat dan sepatu kecil itu, Hyung sudah melihatnya sayang. Kau tau? Sebuah keajaiban kau ada disini lagi, dan sebuah tanggung jawab bagi Hyung untuk terus membahagiakan mu

Lee Haechan, Hyung tidak akan menunda lagi, mari menikah di Korea, kita akan pulang."

Terlihat air mata bahagia keluar dari pelupuk mata Haechan, ia hanya berfikir, bosnya yang dulu sama sekali tidak ingin ia inginkan hadir dalam cerita hidupnya sudah bertindak sejauh ini.

Memiliki anak, hidup bahagia, semuanya terlalu cepat. Satu tahun lebih yang begitu bermakna, namun menyesakkan kedua hati itu.

Namun semua pasti ada pahit manisnya, dan ya. Haechan dan Jaehyun sudah membuktikan, jika dalam sesuatu hal yang buruk pasti akan ada hal baik yang terjadi.

Kebahagiaan pun dimulai.

...

















Taeyong yang mendengar jika adiknya sadar tanpa pikir panjang langsung menuju rumah sakit dimana Haechan dirawat. Ia terlampau bahagia, sampai pagi-pagi sekali ia datang.

Tidak pagi si, karena Haechan sudah duduk dan makan, disuapi Jaehyun tentu saja.

"Astaga, terimakasih. Akhirnya kau bangun juga." Taeyong berjalan menghampiri Haechan lalu memeluk tubuh ringkih itu.

"Aku baik hyung, seberapa lama aku tidur?"

"Lama sekali, sampai bayimu lahir." Jawab Ten, karena suaminya itu masih asik memeluk sang adik.

Soal bayinya dan Jaehyun, Haechan mengucap syukur karena bayinya baik-baik saja. Ia sudah memberi tahu jika nama anak mereka adalah Jung Donghyuck.

"Hyung, aku bertemu ibu disana. Katanya kau harus rajin bekerja, dan terus lindungi keluarga."

Ah Taeyong jadi ingin menangis sekarang, andai saja ibu ayahnya masih disini. Pasti mereka akan senang karena sudah memiliki cucu.

"Cengeng sekali Lee Taeyong ini." Ejek Jaehyun, dibalas selokan tajam oleh yang diejek.

"Kau tidak ingat! Kau juga menangis saat alat Haechan akan dilepas. Dasar payah."

"Jelas saja! Aku ditinggal mati olehnya tentu saja aku menangis!"

Ten menghela napas. "Bisa tidak kalian jangan bertengkar? Kalian sama saja, nah Haechan kau ada terapi kan sekarang?
Ayo, biar Hyung saja yang antar."

Sudah satu Minggu Haechan menjalani berbagai macam tetapi untuk membuat kondisinya cepat membaik, selama itu pula Haechan menahan dirinya untuk tidak menyentuh sang anak.

Haechan sedang berdiri dan melihat dimana sang anak sedang tidur dengan nyaman dikotak inkobator, sementara Jaehyun menemani Haechan sambil terus menggenggam tangan itu erat.

"Hyung? Kapan kita membawa baby? Aku ingin menggendong nya."

"Sabar sayang, sebentar lagi. Kau harus semangat memulihkan dirimu sendiri, hm?"

"Aku selalu semangat, demi kau dan anakku. Aku harus kuat, maafkan aku kemarin membuatmu khawatir dan membuatnu kacau."

Jaehyun menggeleng, kenapa Haechan yang minta maaf? Harusnya dia, pria pecundang ini yang meminta maaf. "Justru Hyung yang minta maaf, Hyung menjanjikan banyak hal, tapi Hyung juga yang mengingkarinya, sudah cukup tuhan menghukum Hyung seperti itu, kini saatnya Hyung membahagiakan kalian."

"Kenapa Hyung jadi melankolis seperti ini? Aku jadi semakin cinta padamu." Haechan terharu, sungguh.

Dengan Kekehan kecil, Jaehyun mendekap Haechan kedalam pelukannya "Hyung juga mencintaimu, lebih dari apapun."

Sehari setelah pernyataan melankolis Jaehyun, bayi mereka sudah boleh keluar dari ruangan steril. Haechan yang diperbolehkan pulang, membuat Jaehyun sigap untuk menyiapkan kepulangan dua kesayangannya itu.

Mereka bertiga masuk, terlihat Taeyong Ten, Winwin Yuta, dan Doyoung Johnny menyambut kepulangan Haechan dan Donghyuck.

"Astaga, aku tidak menyangka, bayi menggendong bayi." Pekik Winwin, membuat semua orang tertawa mendengarnya.

"Aku bukan bayi, aku seorang ibu sekarang." Haechan tersenyum sembari menimang Donghyuck, namun pandangannya teralihkan pada tangga dimana Eunwoo menyeret nya.

Tiba-tiba sekelebet kejadian itu hinggap, ia takut sungguh. Apakah pria itu akan terus emnganggu hidupnya yang sudah bahagia ini?

"Ada apa sayang?" Jaehyun khawatir, ia cukup peka kalau Haechan gelisah saat melihat mansion disini.

"Aku baik hyung, eum aku mau tidur di kamar bawah saja? Tidak apa-apa kan?" Tanya Haechan, Jaehyun tentu saja mengangguk.

"Boleh, nanti Hyung suruh Asahi membersihkannya."

Oh, ngomong-ngomong Asahi, bagaimana dia sekarang?
















Tbc.
Revisi ✓

Love? (Jaehyuck) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang