Part 01

92 14 6
                                    

"Bikin surprise buat Sapi bisa kali." batin ku yang duduk di belakang kursi kemudi.

"Pak." panggil ku terhadap sopir sedikit memajukan badan.

"Ya, ada apa Non?" tanya pak sopir bernama Rudi.

"Kita mampir ke sekolahan kak Savi ya, Pak!" pintaku tak yakin bila beliau akan menyetujui.

"Aduh Non, kan ga di bolehin masuk kalau bukan murid sana. Mending pulang aja ya, emang Non ga capek apa habis dari bandara langsung mau mampir?" bujuk Rudi kepada anak bungsu majikannya.

Tuh kan sudah tertebak dari awal. Baiklah aku akan berusaha lebih keras lagi.

"Oh ayolah Caca laper nih. Yayaya kita kesana pliss. Bentar lagi Caca juga bakal sekolah disana kok." ucap ku manja. Yeah namaku Shevalonica Aquinsha.

"Mampir ke Restoran aja gimana? Lagian makanan di Restoran kan lebih enak daripada di sekolahan Non Savi."

"Sialan." umpatku dalam hati, tidak mungkin aku mengumpati beliau secara terang-terangan, tentu saja aku bisa menjaga perasaan pria paruh baya ini.

"GAK! Caca pengennya makan di sekolahan kak Savi! Caca bosen tauk makan makanan cepat saji terus." Caca kesal karena Pak Rudi tidak menuruti permintaannya. Ia lebih memilih merajuk menatap bangunan dari luar kaca mobil memikirkan cara lain.

Pak Rudi terdiam sebentar lalu menghela napas panjang sebelum memutuskan, "Oke kita ke sekolahan Nona Savi."

Bibir Caca dengan cepat merekah, akhirnya. Jadi ia tidak perlu memikirkan cara untuk membujuk sopirnya lagi.

Pak Rudi ikut tersenyum melihat anak majikannya. "Akhirnya senyum itu kembali, semoga bertahan lama." batinnya berharap.

*****

"Tunggu sini yaa, Pak." Caca langsung keluar tanpa melihat jawaban Pak Rudi.

Ia lalu menyapu penglihatannya, Caca mengetuk kaca mobil tempat Pak Rudi duduk.

"Pak Rudi mending ke warung sana aja! Daripada duduk di mobil." Caca menunjuk warung yang berada tak jauh dari sekolahan tersebut.

Pandangan Rudi mengikuti arah tangan Caca lalu mengangguk dan pamit.

Berdiri didepan gerbang SMA GALAKSI 69, bangunan bertingkat entah milik siapa, sekedar rumor anak pemilik sekolah itu juga berada disini, tetapi belum ada yang tau pasti.

Tak ingin membuang waktu lebih lama lagi Caca masuk setelah mengobrol dengan satpam. Ia melirik jam di tangannya, Pas banget jam istirahat.

Pukkk

Ia merasa ada sebuah tangan menepuk bahunya, ternyata seorang gadis imut nan menggemaskan dan seorang gadis yang cukup tomboy. Hampir mirip tapi bukan dia.

"Hai, aku Adelicia. Panggil aja Cia." Cia mengulurkan tangan di depan ku disertai senyum manis.

"Sheva." balas ku memperlihatkan senyum tipis.

Merasa tak penting gadis bernickname Sisca lebih memilih pamit, "Ci, duluan ya."

"Okey hati-hati di jalan ya, Sis." Hanya di ajungi jempol.

"Sheva murid baru ya?" tanya Cia, ia mulai melangkah dan aku hanya mengikuti mensejajarkan langkah agar berada di sampingnya.

Aku hanya tersenyum tipis memaklumi karena gadis imut itu belum pernah bertemu dengan ku, "Em sebenarnya bukan, aku juga ga tau mau masuk kapan. Tapi yang pasti aku kesini mau bertemu dengan kakak perempuan ku. Berhubung perutku lapar, jadi aku mau ke kantin terlebih dahulu."

Sementara Cia menatap ku polos. Terlalu banyak bicara kah aku atau dia yang tidak paham? Asumsi ku lebih mengatakan bahwa Cia tidak paham.

"Yaudah ayok Sheva ke kantin bareng Cia, nanti Cia juga bakal kenalin sahabat-sahabat Cia ke Sheva." Ia langsung menarik tangan ku dan sedikit lari.

Dukkk

Bola basket dari arah lapangan keluar mengenai kepala Caca.

"Aww, SIAPA YANG MAIN BASKET TADI?" suara teriakan Caca membuat semua memperhatikan ke double C (Caca dan Cia).

Mereka bertanya-tanya "siapa gadis di samping Cia?" Dan mereka pun mulai berbisik.

Caca semakin geram karena tidak ada yang menjawab pertanyaan nya tadi, "MULUT KALIAN TIDAK BISU KAN? MASIH BISA BERFUNGSI KAN? KALAU MASIH JAWAB SIALAN!"

"Udah ya Shev, ke kantin aja yuk. Tadi katanya tadi laper." Cia mencoba membujuk Caca. Ia merasa tak nyaman karna di tatap semua angkatan, apalagi angkatan kakak kelas menatap sinis.

"Gak bisa dong Ci, dia har---"

"Sorry, aku ga sengaja." suara cowok memotong perkataan Caca dan mulai mendekat.

Caca mendongak melihat cowok tersebut. Mereka sama-sama kaget.

Cowok tersebut mengukir senyum membuat siapapun tersepona kecuali bagi Caca itu sangat menyebalkan!

Sementara Caca sendiri berusaha menetralkan emosinya agar tak menonjok cowok di depannya itu.

"Kau lagi kau lagi. 2 taun aku gak ngeliat muka kau hidup aku tentram. Kenapa harus muncul lagi sih? Sengsara lagi kan aku." ketus Caca menatap cowok tersebut dengan sinis.

"Ketemu lagi kita, kok tau aja sih kalo aku sekolah disini. Fiks kita jodoh!" cowok tersebut mengabaikan ucapan pedas dan lebih memilih menggoda Caca.

"Don't call me ex! I'm not your ex!" ucap ku penuh penekanan. Cowok menyebalkan ini selalu saja memanggilku mantan padahal aku sama sekali tidak pernah memiliki hubungan dengan nya.

"Wajar aku manggil kamu mantan. Jangan bilang kamu lupa kalau kita pernah pacaran?"

"Jangan kan mantan, punya pacaran aja enggak!" bantah ku. Enak saja dia dari awal selalu memanggil ku 'mantan'.

Aku lihat dia masih bisa tersenyum. Entah kenapa aku sangat tidak suka melihat senyumnya, yeah itu senyum terpaksa dan aku benar-benar membenci senyuman itu entah dibuat oleh siapapun termasuk diriku sendiri!

"Emang kau tau nama ku siapa?" pertanyaan ku tanpa sadar meluncur begitu saja membuat dia diam tak berkutik, tidak-tidak aku tidak mungkin menyakiti perasaan cowok menyebalkan itu. Yah semoga saja.

SHEVALONICA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang