Jam dinding telah menunjukkan pukul 09.00 namun anak perempuan berumur 16 tahun masih belum beranjak dari meja rias. Dia masih menatap dirinya melalui pantulan cermin selama kurang lebih 30 menit dan sesekali berkata, "Kenapa aku secantik ini?"
Tak lupa bergaya dengan sesuka hatinya. "Aduh-aduh betapa beruntungnya calon suami mu kelak dapat istri seperti kamu." ujarnya melirik jam tangan yang ia kenakan.
Tersenyum miris setelah memastikan ia tidak salah lihat, "Bagus, Ca. Beruntung banget sampai kamu telat."
Ia bergegas mengambil tas selempang di ranjang, kembali berdiri didepan cermin merapikan penampilan. Lalu, melangkah cepat keluar kamar dan turun kebawah melalui tangga.
"Ya ya ya selalu seperti ini." gerutu Caca memakan roti dengan kasar.
Bi Sekar hanya membalas dengan senyuman, beliau meletakkan segelas susu putih sesuai keinginan anak majikannya.
"Maaf sedikit menyela, Non. Nona kan anak terakhir di keluarga ini selain itu juga karena kejadian masa lalu yang bikin Nona trauma, jadi menurut Bibi itu hal wajar jika Tuan, Nyonya, dan Nona Savi posesif."
Caca mengangguk paham membenarkan bahwa ucapan Bi Sekar ada benarnya. Ia lalu membayangkan jika mempunyai suami posesif terhadap istri dan anaknya. Kemudian ia menggelengkan kepala berkali-kali.
"Amit-amit lah jangan sampai Caca punya suami kayak Dad, bisa gila Caca. Cukup di keluarga Wiliam deh. Keluarga suami jangan, bisa-bisa mati berdiri Caca punya keluarga isinya posesif semua." keluh Caca sedikit ngeri.
*****
Aku memberhentikan mobil kesayangan di samping bangunan berwarna biru dongker. Bangunan itu cukup besar, ku lihat beberapa anak kecil bermain mengikuti instruksi pengurus disini. Aku berjalan perlahan memasuki tempat ini, tak lupa membalas senyuman dan sapaan yang dilontarkan.
Ternyata di ruang tengah terdapat lebih banyak orang daripada di luar.
"Permisi adik-adik. Assalamu'alaikum." sapa ku mengejutkan semua orang.
"Waalaikumusalam." jawab mereka.
"KAKAK,"
"MYMY,"
Sekitar 10 anak kecil seketika berlari menghampiri ku padahal jarak kami tidak terlalu jauh. Aku pun menekuk lutut supaya setara tinggiku pada anak-anak. Membalas pelukan mereka semua, pelukan yang sangat aku rindukan selama 8 tahun.
Seusai melepas pelukan mereka, mata ku bergerak mencari seorang gadis kecil yang memanggil ku dengan sebutan 'Mymy'
"Hey little girl, you don't want to hug me like the others?" kata ku merentangkan kedua tangan.
"Don't expect that to happen! You promised to visit me 2 years ago, why only now?" desisnya menatapku tajam.
"Sialan mengapa dia mirip dengan ku? Aish sekarang aku tau betapa repotnya Mommy ketika mengurusku dan Sapi." batinku mengeluh.
"Sorry little. Mymy sibuk mengurus sesuatu."
"Alasan!"
"Fine. Sebagai permintaan maaf Mymy, besok kita jalan-jalan mau? Terserah kamu mau kemana, Mymy turutin." Aku mencoba negosiasi dengan gadis kecil itu.
"I want it now!"
Tiba-tiba seorang wanita paruh baya menyela pembicaraan kami, "Kamu baru sembuh sayang, besok saja ya? Mymy juga besok masih kesini lagi dan kemungkinan Mymy akan tinggal disini."
Aku mengangguk membenarkan ucapan wanita tersebut tapi aku tidak yakin dengan gadis kecil ini karena mungkin dia merasa aku berbohong.
"No, aku mau sekarang! Mymy sering mengatakan itu padaku
entah itu pada saat telepon atau saat menjenguk ku, tapi tiba-tiba dia membatalkan begitu saja dengan alasan ada pekerjaan mendadak."

KAMU SEDANG MEMBACA
SHEVALONICA [ON GOING]
Novela JuvenilMaaf ceritanya sempat di unpub karena sesuatu, dari awal part hingga beberapa part berikutnya mungkin ada kesamaan seperti cerita sebelum di unpub. Jika ada kesalahan kata bisa diingatkan atau kurang menarik bagi kalian mohon maaf sebesar-besarnya k...