Selamat pagi, siang, sore, atau malam.
Capek ya? Gapapa terus berjuang bareng-bareng sama Bubu juga. Kalau ada yang mau curhat dengan senang hati Bubu tanggapin, itu pun kalau saya bisa kasih saran.
Saya boleh minta tolong? Rekomendasikan cerita SHEVALONICA ke teman-teman kalian supaya makin banyak yang baca.
Jangan jadi sinder readers ya? Hargai saya sebagai penulis.
Btw, ini double up. YEYYY!!!!!!!
Note: Kalau ada bahasa asing dan tidak ada translate-nya tolong bilang yaa. Mungkin kelewatan jadi lupa translate. Makasih...
*****
HAPPY READING SAYANG
*****
Jangan lupa vote kalau bisa komen juga.
Karena semangat Bubu ada disitu.Caca lari terburu-buru disusul Ken yang kebingungan. Lorong sepi lantaran semua murid masuk ke ruang kelas masing-masing. Caca menekan engsel ke bawah berkali-kali. “BANGSAT!”
Caca mundur beberapa langkah lalu berlari dan menendang pintu. Mata Caca melotot kaget begitu juga Ken yang baru datang dengan nafas tersengal-sengal melihat seorang gadis tergeletak dengan penampilan berantakan.
“SAVINA!!!”
*****
“I'm sorry, Mom. I'm late to help sister,” Caca memeluk Sofiya yang datang bersama sang suami, Dalbert.
Translate: “Maafkan aku, Mom. Aku terlambat membantu kakak,”
“No problem honey. This is not your fault,” Caca semakin mengeratkan pelukan dan terus meminta maaf ke Sofiya.
Translate: "Tidak masalah sayang. Ini bukan salahmu,”
Sofiya menghela nafas panjang, “Tatap Mommy, Ca!” Caca mendongak menatap Sofiya yang menatapnya teduh.
“Kamu tidak salah sayang. Hari ini kamu bisa nangis sepuasnya tapi tidak untuk besok. Kamu sampingkan dulu masalah dia, urus masalah Savina dulu ya? Cari siapa pelaku, tunjukkan bahwa dia telah salah bermain dengan keluarga William.”
Caca terdiam, tangisnya sudah mereda, tak lama senyum miring menghiasi wajah cantiknya. “Dia sama.”
Wajah Sofiya terkejut mendengar penuturan putri bungsunya. Diam-diam dia juga mengukir senyum yang sama dengan Caca.
Ken dan Dalbert? Mereka memilih pergi ke kantin Rumah Sakit, membiarkan Sofiya menenangkan Caca.
*****
Caca menatap Ken, karena gadis cuek itu menyenggolnya. Caca mengikuti arah mata Ken. Terdapat beberapa orang lelaki dan perempuan berjalan tergesa-gesa kearah mereka.
“Hai, maaf sebelumnya. Ini bener ruangannya Savina kan?” Ken mengangguk sebagai jawaban, “Jangan masuk.”
Sebelum Jafina berkata kembali, Ken terlebih dahulu memotong. “Pesan dokter bukan saya,”
“Tante Sofiya sama Om Dalbert udah kesini?”
“Udah, sekarang mereka pulang. Jangan berisik! Aku sama Ken mau pulang. Kalian kalo mau pulang, telepon Tante Sofiya.”
Caca menarik tangan Ken agar beranjak pergi sebelum ditanya lebih lanjut. Jujur saja, dia tidak memiliki tenaga lagi untuk menjawab pertanyaan tidak penting yang dilontarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEVALONICA [ON GOING]
Teen FictionMaaf ceritanya sempat di unpub karena sesuatu, dari awal part hingga beberapa part berikutnya mungkin ada kesamaan seperti cerita sebelum di unpub. Jika ada kesalahan kata bisa diingatkan atau kurang menarik bagi kalian mohon maaf sebesar-besarnya k...