Keempat gadis berseragam sama berjalan secara dua baris menuju kantin, perjalanan mereka diselingi berita hot yang sudah dipilih dan terpikirkan matang-matang oleh admin gosip.
Admin tersebut tidak mau mengambil resiko terlalu bahaya dan hanya mengambil apa yang sesuai fakta alias tidak asal ambil. Ia juga tidak akan menyebarkan berita hoax or drama.
"I-itu tadi Bryan? Sumpah demi apa sampai speechless aku." kaget salah satu gadis di depan sambil menoleh kebelakang.
"Sama, apalagi dibuat tak berkutik, sama cewek lagi. Biasanya yang buat kayak gitu cuma si Adit." sahut gadis di belakang.
Gadis penggemar warna putih mengetuk dagu, "Kira-kira apa pembahasan mereka ya?" tanya nya penasaran.
Tidak hanya gadis itu, sahabatnya pun ikut penasaran. Pasalnya mereka hanya melihat dari kejauhan dan itu lah mengapa mereka tidak bisa mendengarkan perdebatan Bryan dan si cewek.
Jafina mengendikkan bahu tak acuh, "Tunggu Cindy update."
"Dari penampilan si cewek kayak kenal, atau itu Caca? Masa dia udah pulang dari Spanyol? Awas aja kalau itu beneran dia tak laporin ke Mommy!" batin Savina geram, kakak kandung Caca.
"Mikirin apa, Sav?" tanya Lavina si penggemar warna putih itu heran pasalnya tak biasanya Savina diam.
"Tidak ada, cuma mikirin Alvin tadi kemana soalnya tadikan tidak ada disana." bohongnya.
"Positif thinking saja dia melihat dari jauh. Tidak mungkin dia pisah sama Bryan kan? Mereka saja seperti anak kembar, dimana ada Bryan disitu ada Alvin." Savina hanya mengangguk, ia juga tau fakta itu.
"Udahlah lupain, aku sama Alvina aja yang mesen. Kalian cari aja tempat duduknya."
"Cih awas aja, tunggu sampai waktunya datang! " batin seseorang tersenyum devil menatap punggung Savi menjauh.
*****
"Hai gays, Cia datang dengan selamat dan juga bawa cewek cantik yang bentar lagi jadi populer disini." Cia duduk di samping gadis berambut tergerai lurus berwarna hitam sedikit kecoklatan.
Sementara Caca duduk di depan mereka.
"Lama banget Ci. Gatau apa aku sama Ken nungguin daritadi? Mana Ken belum balik lagi." ketus gadis disamping Cia.
Cia hanya meringis, "Ya maap Rhe tadi ada sedikit masalah."
Mimik wajah Rhea seketika panik, "Sama siapa kamu bikin masalah? Terus di apain aja? Siapa orangnya? Sini kasih tau aku, biar aku hajar orangnya."
"Eh b-bukan Cia yang kena tapi temen baru Cia." jelas Cia gelagapan.
Pandangan Rhea beralih ke Caca dan mengubah ekspresinya menjadi datar, "Siapa? Kenapa ngelibatin Cia?"
Caca mengernyitkan dahinya, "Aku Sheva dan aku enggak sama sekali ngelibatin Cia tadi!"
"Loh, Ken kemana?" Cia mencoba mengalihkan topik. Ia tak mau teman barunya di introgasi Rhea lebih lanjut.
"Toilet. Makan Ci! Dari pagi kamu belum makan loh." Cia pun memakan makanan yang ada di depannya tanpa debat terlebih dahulu.
"Emang apa masalahnya? Dan sama siapa?" tanya Rhea menatap Caca tajam.
"Biar Cia yang jelasin, sekalian nunggu Ken, sabar ya Rhe."
Suasana kini hening, mereka diam menikmati makanan masing-masing termasuk Caca. Ralat Caca memakan makanan milik seseorang bernama Ken.
Brakkk
"Kurang ajar!" Rhea menatap pelaku kesal. Bagaimana tidak kesal? Orang lagi minum di kagetin kan jadi keselek!
Sang pelaku hanya nyengir tanpa dosa.
"Ken sudah berada disini. Jadi jelasin sekarang!"
Cia menaruh sendok dan tangannya bergerak mengambil minuman disamping dengan cepat meneguk hingga tersisa setengah gelas. Masalah bercerita tentu saja itu menjadi kebiasaan gadis bersifat kekanak-kanakan. Kemudian Cia menceritakan awal ketemu Caca dan pertengkaran kecil di dekat lapangan basket.
Sementara gadis asing sibuk menghabiskan makanan milik gadis tomboy bermulut pedas. Ia tidak mendengarkan cerita gadis dihadapannya, padahal dia lah yang menjadi pembahasan.
Suara sendawa terdengar tak begitu keras keluar dari mulut Caca, mungkin terkesan tidak sopan tapi apalah daya, ia bersendawa tanpa diminta. Efek kekenyangan, ya itu akan menjadi jawaban Caca jika dibilang 'jorok', membuat mereka menatapnya yang tengah minum jus alpukat serta mangkok berisi mie ayam kosong.
Mereka (Rhea dan Cia) membelalakkan mata masing-masing. "Itukan makanan Ken, mampus! Bintang dimana?!" batin mereka celingukan mencari laki-laki pemilik mata coklat. Mereka benar-benar lupa jika laki-laki tersebut sedang melakukan perpindahan pelajar.
"ANJING! KENAPA MAKANAN SAYA BISA MAKAN HA?! KALAU ANDA LAPAR, PESEN SENDIRI KAN BISA! JANGAN MALAH MAKAN PUNYA ORANG." bentak Ken sembari menggebrak meja. Lagi-lagi seluruh murid menatap ke meja Caca Dkk. Mereka sudah terbiasa mendengar Ken meluapkan emosi dengan panggilan formal.
Caca berhenti menyeruput minumannya kemudian menatap Ken dari atas ke bawah. "Tidak ada yang berubah, tetap temperamen." batin Caca tersenyum tipis.
"NGAPAIN NGELIHATIN SAYA SEGITUNYA? IRI KARENA TIDAK BISA BERPENAMPILAN SAMA SEPERTINYA SAYA?" Ken risih saat Caca melihat nya begitu intens.
"Udah Ken, maafin Sheva ya. Mau Cia pesenin lagi?"
Ken menatap Cia sejenak dan itu bukan tatapan tajam, "Kamu tau aku kan, Ci? Aku paling tidak suka jika seseorang menyentuh apa yang aku miliki sekalipun itu sepele!
Kalau dia menginginkan makanan itu dia bisa menunggu pemiliknya dan meminta ijin."
Ken berhenti sejenak mengambil nafas dalam-dalam lalu ia keluarkan secara perlahan mengatur agar tidak semakin menjadi-jadi. Apalagi 'si pengontrol emosinya' sedang berada di sekolah berbeda, huh ia cukup sadar diri untuk itu.
"Anda juga kenapa tidak memperingati bocah itu." ia melanjutkan bicaranya yang sempat tertunda menunjuk Rhea menggunakan jari telunjuk beralih ke Caca.
"Saya tidak pernah melihat anda sebelumnya. Pindahan dari sekolah mana? Atau perpindahan pelajar dari negara mana? Bisa hancur ini sekolah jika memiliki murid seperti anda." Tatapan Ken beralih ke gadis berpakaian bebas namun cukup sopan dan tatapan Ken kembali menatap Caca seperti sebelumnya.
Caca mendongak lantaran gadis temperamen itu berdiri, tak lupa membalas tatapan Ken tetapi dengan bingung, "Sepertinya kamu terlalu banyak bicara dan pertanyaan jadi aku bingung mau menjawab pertanyaan yang mana terlebih dahulu." ujarnya.
Sudah cukup! Ken muak melihat Caca apalagi dengan sengaja gadis itu memancing amarah yang jelas-jelas sudah ia atur agar normal kembali. Ia jadi berpikir apakah gadis dihadapannya memiliki pola pikir sama seperti Cia? Lambat!
Sangat tidak mungkin!
"Pergi."
"HA?!" jawab serentak sehingga mengangetkan kedua oknum.
Memang hanya satu kata, tapi mampu membuat penduduk SMA GALAKSI 69 terkejut. Wajar saja para siswa-siswi terkejut, tidak macam biasa Ken melepaskan target begitu saja. Apakah benar jika gadis temperamen di hadapan gadis asing adalah Ken? Kompak pikiran mereka sama.

KAMU SEDANG MEMBACA
SHEVALONICA [ON GOING]
Roman pour AdolescentsMaaf ceritanya sempat di unpub karena sesuatu, dari awal part hingga beberapa part berikutnya mungkin ada kesamaan seperti cerita sebelum di unpub. Jika ada kesalahan kata bisa diingatkan atau kurang menarik bagi kalian mohon maaf sebesar-besarnya k...