chapter 10

98 33 1
                                    

Jangan lupa vomments!♡

Illyan pov

Semalam aku menghabiskan waktuku untuk bernyanyi, merokok dan minum berkaleng kaleng bir. Aku merokok hanya diwaktu waktu tertentu saja, dikala stress dan tertekan misalnya. Kadang jika emosiku memuncak aku juga melempar lempar barang. Sungguh kebiasaan buruk!

Aku sangat terkejut tat kala harry melihat hal yang kulalukan dan hal yang tak kalah mengejutkannya adalah harry tidak berbicara apapun tentang kejadian semalam.

Buktinya tidak ada pertanyaan aneh dari kakak kakakku pagi ini, aku takut harry akan bertanya tentang apa yang kulakukan tadi malam. Mungkin aku akan menghindar darinya untuk beberapa hari.

Kami semua sampai diparkiran, mobil kami berjalan berbarengan. “aku, ash, louis dan gigi duluan ya kami ada kelas 5 menit lagi, bye guys” ujar zayn sambil merangkul bahu gigi, gigi dan louis hanya melambaikan tangannya padaku. “illyan, harry, aku dan calum ada kelas sebentar lagi kami duluan ya. Sampai bertemu dikantin. Bye guys” ujar luke sambil melangkah pergi.

Kini tinggal aku, harry dan mike diparkiran, mike sedang mengambil tasnya dan mengunci mobil miliknya. “sepertinya aku akan ke perpustakaan dulu” ujar mike sambil merapikan kemejanya. “aku iku-” “tidak illyan kau menemani harry mencari kelasnya. Ia belum tau seluruh bagian kampus ini.

Kelasmu dimulai satu jam lagi, bye guys” ujar mike melangkah pergi seraya menepuk pundak harry dan pundakku bergantian.
Sial, aku tak berhenti mengumpat dalam hatiku, yang benar saja. Niatku hari ini untuk menghindari harry jadi gagal. “illyan, ayo?” ajak harry, akupun hanya mengangguk malas.

“wow, siapa itu?”, “illyan mempunyai kekasih? Kukira dia lesbian”, “itukan mahasiswa baru? Sayang sekali dia mengencani illyan, padahal banyak wanita lebih cantik dan baik dibanding illyan.”
Demi tuhan aku tidak dengar, persetan ucapan mereka.

“aku izin untuk merangkulmu ya, semoga mereka diam” bisik harry, aku tak kuasa menjawab pertanyaanya badanku beku seketika. Ia merangkulku dengan lembut sepanjang koridor, kadang ia pun mengusap rambutku dengan gemas.

Mereka semuapun semakin terbakar atas perlakuan harry padaku, “mereka memang seperti itu ya?” tanya harry, “ya, tapi aku tidak peduli akan itu semua” harrypun hanya tersenyum. “h-harry ini kelasmu..” ujarku canggung, “aku tidak tau arah kantin, setelah kelasmu selesai temui aku disini ya” ujar harry seraya merapihkan rambut yang menutupi wajahku, akupun hanya mengangguk.

“damn, illyan memang benar pacar mahasiswa baru itu.” Ujar para gadis yang menyaksikan adegan  tadi. Akupun membiarkan mereka mati penasaran, setelah harry masuk, akupun masuk kekelas ku yang hanya berbeda dua kelas dengan kelas harry pagi ini.

“gadis gadis sialan, bisa bisanya dia menyebutmu lesbian lagi, kau kenapa diam illyan? Mereka berusaha menjatuhkanmu dengan kata kata yang mereka keluarkan” ujar zayn menaikan nadanya yang sedikit menyentak, ya kami semua sudah dikantin sekarang tak terkecuali harry.

“tidak ada fungsinya zayn, aku tidak peduli. Biar saja mereka berkata apapun yang mereka mau hingga mereka mati mengangapun aku tidak peduli” ujarku santai, “tapikan kau harus membela dirimu illyan reign!” sentak luke menyusul, aku sangat tidak suka dengan keadaan seperti ini harry dan gigi tampak bingung dan canggung berada disini.

“diamlah! Kalian membuatku semakin muak!” teriakku sambil beranjak pergi. Zaynpun menarik tanganku dan menenggelamkan wajahku didadanya, luke hanya mengusap rambutku dengan lembut.

“aku tidak bermaksud seperti itu illyan, aku hanya muak saja melihatmu direndahkan seperti itu. Kumohon mengertilah, kami menyayangimu illyan” ujar luke yang masih mengusap rambutku lembut. “maafkan kau..” lirih zayn sembari melepas pelukannya.

“kau gadis yang kuat illyan, aku tau itu tapi jika mereka berkata berlebihan kau berhak membela dirimu sendiri” ujar louis seraya merapihkan rambutku, akupun hanya mengangguk malas. “aku masih ada beberapa kelas lagi, tak usah menungguku” tukasku.

Mereka semua tidak berhentinya menghujamiku pesan, semua kelasku telah selesai hari ini. Sesampainya didepan pintu tangaku ditarik oleh laki laki berlengan kokoh dengan beberapa tattoo ditangannya, sontak akupun menepis tangan itu.

“aku minta maaf, ayo aku antar kau pulang, aku tak suka penolakan” ujar harry dingin, kenapa sekarang malah ia  yang dingin padaku?, “tidak peduli, aku bisa sendiri”, “ikutlah denganku illyan.” Tukasnya dingin, jujur saja aku lelah jika harus berdebat dengan harry.

“fine!” tukasku tak kalah dingin, aku berjalan mendahuluinya. “aku ingin ke lokerku dulu sebentar, tunggu sebentar” ujarku dengan kesal, ia tetap mengikuti kemanapun aku pergi, sekarang ia berada tepat dibelakangku.

Dilokerku hanya ada beberapa buku, tapi aku menemukan sesuatu yang baru dilokerku hari ini. Disana terdapat sebuah amplop berwarna merah bertuliskan nama lengkapku didepannya. “apa itu?” tanya harry yang hendak merebut amplop itu dariku, “bukan apa apa ayo pulang” ujarku sembari memasukan amplop itu kedalam tas.

Aku memang sudah biasa mendapat note seperti ini dilokerku, biasanya isinya hanya cacian atau ejekkan. Tapi sepertinya ini berbeda, bila saja harry tidak mengikutiku, aku tidak akan sepenasaran ini.

The Good And The Broken [HARBARA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang