chapter 32

75 21 0
                                    

Jangan lupa vomments!♡

Illyans pov

Semenjak kejadian dimalam itu aku selalu terjaga setiap malam, berkeliling disekitar rumah dengan tongkat baseball milikku. Walaupun kami memakai jasa security, itu tak menjamin hal itu tak akan terulang lagi, ditambah mom yang memutuskan untuk pulang membuatku kian khawatir.

Orang orang dirumah kadang menemukanku diruang tengah atau ruang tamu sedang duduk sembari menggenggam tongkat baseballku. Harry dan gemma mulai pulang kerumah harry kami hanya berkabar melalui ponsel, luke juga mulai tidur dirumahnya karena dadnya-uncle andrew membantuku dalam kasus ini. Sedangkan sisanya masih sering tidur dirumah kami.

Aku tak menyangka hidupku akan serumit ini, aku selalu berusaha menjaga keluargaku dari apapun meskipun perjuanganku tidak seberapa. Sering kali salah satu dari mereka menemukanku dikala aku menangis, entahlah aku hanya ingin semua ini berakhir.

"mom, aku akan keluar bersama luke dan uncle andrew ya. Kemungkinan juga aku akan mengecek toko.." ujarku sembari mencium pipi mom, "hati hati ya, jika ada sesuatu terjadi hubungi aku. Jangan dilawan sendiri" yang benar saja aku mengorbankan ibuku untuk melawan masalah dan ancaman ini.

"kemana kita uncle?" tanyaku, aku duduk dikursi belakang sendiri sedangkan luke dan uncle andrew didepan. "kita mengobrol ditoko saja bagaimana?", "setuju dad, simple but affective.." ujar luke disertai seringainya. Kami hanya mengangguk setuju.

Sesampainya ditoko luke bergegas mengecek stok dan pegawai, aku dan uncle andrew berada dirooftop bangunan ini dengan segelas kopi. "jadi bagaimana? Coba ceritakan semua yang kau curigakan" ujar uncle andrew sembari menyesap kopinya.

"clue clue yang diberikan si pengirim sangat mudah untuk ditebak, bahkan sepertinya aku tau siapa pelakunya.." ucapku, "ahh ya, tentang rem mobil itu?" aku hanya mengangguk mantap.

"ya aku setuju, masalah ini tak sesulit yang dibayangkan, kita tinggal melacak dipengirim surat. Si pengantar sudah siap disergap" lanjutnya, "sepertinya penyusup ini mempunyai akses lebih untuk bisa masuk ke balkon kamarku, you know what i mean right?" tanyaku, uncle andrew hanya mengangguk sembari terkekeh.

"bagaimana tentang lelaki yang aku hajar waktu itu?" tanyaku untuk kesekian kalinya, "ia hanya mengatakan hal yang sama dengan william austin kala itu. Tak ada yang dapat diharapkan darinya, tanpa bantuan ia pun kita berdua dapat memecahkan ini dengan mudah. Omongan lelaki itu hanya menjadi beban dan membuat pusing saja illyan" ujarnya sembari terkekeh.

"kau hebat, otakmu cukup cerdas. Kita tinggal melacak si pengirim, aku dan teamku sedang menyadap telpon keluarga william austin dan lelaki yang entah siapa namanya itu. Kita akan mendapat banyak dari itu" tegasnya.

"terima kasih uncle.." ujarku sembari mendekat padanya, ia memelukku dengan hangat. "tak usah berterima kasih illyan, kau adalah keponakanku, kau sama berharganya dengan luke dan yang lain. kalian adalah tanggung jawab terbesarku" ujarnya sembari mengelus rambutku.

Setelah percakapan kami tadi, uncle andrew pergi untuk menemui rekan kerjanya. Aku dan luke masih ditoko, untuk sekedar menenangkan pikiran, juga membantu pegawai lain untuk bekerja. "sudah lama kita tidak menghabiskan waktu berdua seperti ini ya" ujarnya ditengah keheningan, kami sedang makan siang disalah satu restoran didepan toko, "ya, aku merindukan ini".

"louis dan zayn akan menjemput kita" ujar luke, aku hanya mengangguk mendengar ucapannya, "nah, kekasihmu datang, aku kembali ketoko ya. Kasihan ben belum makan siang" lagi lagi aku hanya mengangguk.

Diujung jalan nampak harry dengan tuxedo nya tengah menyapa luke, ia menghampiriku sembari tersenyum. "maaf aku jarang menemuimu.." lirihnya sembari duduk dihadapanku, "hey its fine, kau sibuk begitu juga dengaku. Dengan kami semua" ujarku sembari menggenggam tanganya.

"bagaimana kabarmu?" tanya sembari memakan kentang goreng milikku, "aku baik, banyak kemajuan juga dalam kasus ini. Bagaimana kabarmu mr.ceo?" tanyaku sembari terkekeh, "aku baik baik saja, apalagi setelah melihatmu" kamia hanya tertawa mendengar ucapannya.

"kurangi khawatir dan gelisahmu ya? Jangan terjaga setiap malam, apalagi menangis sendirian ya?" pintanya, "aku takut orang orang terdekatku dalam bahaya, apalagi mom" lirihku dengan suara yang mulai parau, "everythings gonna be alright, we'll be alright" ujarnya sebari mencium punggung tanganku.

How lucky im to have them all.


The Good And The Broken [HARBARA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang