“Astaga! Mataku ternodai!”
Kedua insan itu sontak menoleh ke belakang, sebelum refleks meregangkan jarak yang sempat tak bersisa di antara mereka.
“Pagi, boss.” Jungkook memamerkan senyuman lebar sambil melambaikan tangan.
Namun, pemuda bermarga Jung itu tak menjawab, ia memilih menyisir rambut blondenya ke belakang sambil menggeleng.
“Yah, dengarlah. Aku setuju kalian bersama, tetapi kurasa tempat sepi masih tersisa di dunia.”Hoseok tampak melirik Raena yang tersipu. Lelaki itu menahan senyum setelah sedari tadi menonton adegan gratis yang dilihatnya dari belakang—menyadari apa yang terjadi di antara kedua pegawainya itu, tetapi ia tetap berpura-pura memasang ekspresi terganggu, tergoda untuk menjahili. “Kalian ingin mengumumkan hubungan kalian, huh? Astaga, pagi-pagi sudah mengumbar kemesraan di depan umum.” Hoseok kini memasukkan tangannya ke dalam saku jas, berlalu begitu saja, meninggalkan kedua insan yang saling menyenggol siku.
“Sudah kubilang’kan? menjauhlah sedikit,” Bisik Raena.
“Ti-dak-ma-u.” Si Jeon menjawab dengan nada menggemaskan.
Hoseok yang samar masih mendengar percakapan di belakangnya kembali didera nafsu untuk tertawa. Sahabatnya itu kini telah kembali seperti dulu.
○♤○“Woah, sekarang kurasa energiku benar-benar full.”
“Asupan wajah tampan itu memang penting.”
“Hari-hariku rasanya bergerak lambat tanpa memandang wajahnya.” Gadis di depan sana melanjutkan manja. “Dia itu seperti matahari, pertanda hari yang baru. Ketampanannya begitu bersinar.”
Si Son menekan dua belah bibirnya.
Melempar pelanggan dengan kain bekas pembersih meja tak akan membuatnya berada dipenjara’kan?
Tangannya begitu gatal untuk melaksanakan ide liarnya. Gadis-gadis manja pencari perhatian itu seakan tak pernah habis, seakan mata mereka bisa tak berkedip hanya untuk memandang sosok bersurai dicat coklat yang mondar-mandir dari satu meja ke meja lainnya. Dengan lengan kemeja yang digulung, urat tangan yang menyembul ketika menyerahkan pesanan, apron hitam yang memeluk pinggang atletisnya, bibir menggoda yang—tunggu, apa yang baru saja ia pikirkan?
“Sadar Rae, sadar.”
“Sadar kenapa?” Gadis itu hampir saja terlonjak akan presensi mendadak di depannya.
“Tak ada. Kembalilah bekerja Jung, kau tak lihat gerombolan gadis di sana? Mereka menanti pesanan darimu.” Raena mengalihkan pandangan, menyembunyikan kesal yang masih betah mampir di benaknya.
Namun, lelaki itu malah mengulum senyum. “Kau merasa terganggu’kan dengan ucapan manja mereka?”
Ya, apa kau tak menyadarinya? Mereka memandangmu dengan tatapan lapar setiap waktu! Tapi, kau malah tetap santai! Aku itu cem—
Raena berdeham. “Tentu saja tidak. Mereka’kan pelanggan.”
Jungkook menyipitkan mata ragu.
“Ini. Cepat antarkan.” Lanjut Raena dengan menyodorkan nampan berisi pesanan.
“Baik, sayang.”
“Cepat pergi.”
Si Jeon memamerkan cengiran, melihat lekukan bibir cemberut pada wajah gadisnya.
Dia masih saja tak sadar kalau perasaannya itu seperti papan iklan. Cemburu’kah? Manis sekali.
Pemuda itu segera berlalu sebelum disambut teriakan gadis-gadis pada salah satu meja.
“Woah-woah kami merindukanmu!”
“Kenapa kau manis sekali?”
Raena mendesah panjang. Wah, sampai kapan ia harus mendengar ini?
Si Son berusaha menarik napas lebih teratur. Andai telinganya memiliki pengaturan on-off maka ia akan segera mengaktifkan mode masa bodoh, menolak suara-suara yang siap mengaduk perutnya dengan rasa geli yang melilit-lilit. Tetapi, bukannya segera menjauh, ia malah menemukan Jungkook bertahan diam di sana, membuat mata sekumpulan gadis pada meja di seberang sana serasa siap menerkam pemuda itu.
Dia benar-benar tebar pesona rupanya. Batin Raena ketus.
Beberapa saat kemudian Jungkook tampak mengobrol lebih intens, sesekali melempar pandangan ke arahnya. Sukses mengirim kecurigaan. Apa sekarang ia sedang membicarakanku?
Gejolak perdebatan asumsi diotaknya seakan tak mengenal akhir belum lagi pandangan gadis-gadis di sana yang tampak berubah drastis. Ah, ini tak bisa dibiarkan berlanjut lebih jauh.
Namun, belum sempat ia menyeret tungkai untuk menyusul ke meja tersebut, Jungkook telah berjalan menuju tempatnya. Mau tak mau ia mengurungkan langkahnya dan langsung mendera pemuda itu dengan pertanyaan.
“Apa yang kau bicarakan dengan pelanggan? Tampaknya seru sekali,”
“Ya, aku sangat senang membicarakan topik tadi.”
Astaga, si playboy ini.
“Oh, begitu.” Gadis itu belum ingin menyerah atas keingintahuan yang sudah terlanjur disulut. “Memangnya apa yang kau bicarakan?”
“Sungguh? Kau sangat ingin tahu? Benarkah itu?”
Raena berusaha tak tergoda untuk menggoreng Jungkook di atas wajan saat ini juga.
“Iya.” jawabnya menahan emosi.
Pemuda itu kini mendekat, berbisik rendah, “Aku hanya mengatakan, mereka seharusnya tak mengejarku karena...calon istriku sedang memperhatikan dari meja kasir.”
Raena mematung di tempat.
Jungkook melanjutkan tepat ditelinganya. “Aku hanya milikmu, Son Raena.”
○♤○
“Seharusnya aku memotongnya sejak kemarin.” Pemuda itu merebah. Ia menyandarkan diri pada sofa, beralih dari pekerjaan memotong-motong kertas kecil berwarna-warni sejak petang tadi yang merupakan bagian dari kejutan untuk si Son.“Apa ia akan menyukainya?” Jungkook bermonolog, memandang benda yang tengah memancarkan kilauan dari dalam kotak beludru merah. “Semoga saja,” lanjutnya kini melirik jam yang tergantung pada dinding. Masih dua jam lagi sebelum gadis itu akan datang ke rumah seperti permohonannya.
Mengingat semburat malu pada pipi sang gadis akan ucapannya di kafe tadi siang, malah membuatnya semakin berdebar. “Aku bersungguh-sungguh akan ucapanku, Rae. Aku ingin berada disisimu selamanya dan melupakan masa lalu.”
Pemuda itu memasukkan kotak beludru tadi ke dalam saku jaketnya, sejenak memejamkan mata. Rasa kantuk sebenarnya telah menggoda sejak beberapa waktu yang lalu akibat terlalu fokus memotong kertas hiasan dinding dan kartu ucapan.
Namun, hanya selang beberapa menit, netra pemuda itu kembali terbuka. Tampak linglung dan bangun dengan tatapan penuh selidik ke sekeliling ruangan, sebelum matanya berbinar menemukan sesuatu di atas meja, menyambar benda itu dengan cepat.
“Siapa lagi yang harus kubunuh?” [♤]
Double update check Pt. 20👇👉
KAMU SEDANG MEMBACA
Hydrangea || ✔
Fanfiction[The Sequel of Eglantine] Tujuannya hanya untuk membuat sang gadis menjalani hidup bukan dalam remang kelam masa lalu, memperhatikan gadisnya dalam balutan kebohongan dari sisa reruntuhan waktu yang ia miliki. "Siapa lagi yang harus kubunuh?" ©️Pure...