Pt. 24 (That Night)

302 47 12
                                    

‘Maafkan aku. Entah siapapun sebenarnya dirimu. Kau tak seharusnya terseret. Tetapi, aku juga tak bisa menyelamatkanmu.’

Pemuda itu menghela napas untuk ke sekian kalinya, berusaha membuang perasaan bimbang yang bergumul di dalam benaknya, seakan mengikuti di setiap pijakan yang ia ambil. Kini, langkah jenjangnya telah mencapai lantai tertinggi gedung usang tersebut. Cahaya redup bulan menyambutnya sebagai satu-satunya pencahayaan di atas sana. Sebentar lagi orang-orang yang telah menjadikannya buronan selama ini akan menemukannya.

Seokjin berjalan pelan menuju pembatas gedung sebelum gemeresik suara drum tersenggol tiba-tiba terdengar. Sedetik kemudian netranya melebar menangkap sosok yang kini berjalan mendekat ke arahnya, “Taehyung? A-apa yang kau lakukan di sini?”

“A-aku tak ingin berpisah denganmu, hyung. Aku takut sendirian.”

Kepalanya terasa dihantam begitu saja, Seokjin mendesah frustrasi, “Kau—“ Pemuda itu kini memilih menarik Taehyung menuju sekumpulan drum-drum besar. “Kau tak boleh mengikutiku. Kembalilah, di sini berbahaya.”

“Lalu hyung kenapa datang kesini?”

“Aku—“ Seokjin menggigit bibir bawahnya, “Dengar, pokoknya kau harus kembali.”

“Aku tak akan meninggalkanmu sendirian.”

“Taehyung,” Seokjin kini menurunkan lututnya, memegang pundak Taehyung dan merendahkan tinggi tubuhnya. “Kau masih ingat ibu pernah berkata bahwa kau harus mendengarkan perkataan siapa saja?”

“Aku harus mendengarkan perkataan ibu dan—“

“Aku. Kau harus mendengarkan perkataan kakakmu. Jadi, kau harus kembali sekarang lalu—“

“Aku tidak mau.”

“Taehyung—“

“Aku tak akan kembali tanpamu.”

Seokjin sekilas memejamkan matanya, menarik napas pelan, berusaha menenangkan diri. “Baiklah. Aku sudah berkata tadi bahwa aku akan kembali’kan? Tapi, setelah urusanku selesai. Aku berjanji, Tae, aku akan kembali.”

Taehyung belum menjawab. Kedua netranya bergerak mengamati seakan menelisik ekspresi sang kakak dan mencari kebohongan yang mungkin terlihat. Tetapi, pada akhirnya pemuda itu menganggukkan kepala pelan. “Kau harus kembali, hyung.”

“Tentu saja. Sebagai gantinya kau harus—“ Seokjin menghentikan kalimatnya ketika menyadari getaran ponsel pada saku celananya, Ia  bergerak menjauhi Taehyung ketika sekilas melihat pada layar ponsel nama orang yang menghubunginya.

[“Kau ternyata tak mendengar perkataanku. Kau berani menyeret pemberontak kecil berhargaku bersama rencanamu itu. Aku sudah tahu apa yang akan kau lakukan Seokjin, kau pikir kau bisa mengungkap segalanya hanya dengan melakukan itu?”]

Seokjin meremas ponsel dalam genggamannya. Ah, seharusnya Ia memang tak meremehkan mata-mata sang ibu yang berkeliaran. Mustahil baginya untuk bersembunyi.

“Apapun yang kau katakan aku tak peduli. Aku hanya mencoba menghentikan kegilaan ini agar tak berlanjut lebih jauh.” Seokjin berujar tipis. Biar bagaimanapun, Ia masih menginginkan sang ibu tersadar dengan cara apapun.

Suara di seberang sana terdengar terkekeh.

[“Ya, dan aku juga tak peduli jika berhubungan dengan orang-orang yang tak berguna bagiku. Jangan pernah berani menyeret Junho lebih jauh dari ini. Dan untuk dirimu, menghilang atau matilah seperti ayahmu.”]

Bibir Seokjin terkatup rapat. Satu jejak tangis tanpa sadar telah terbentuk pada pipinya. Ia menurunkan ponsel itu, sebelum membiarkan benda tersebut jatuh menghantam beton gedung, ketika jemarinya melepas ponsel itu begitu saja.

Hyung, kau baik-baik saja?” Suara serak dari balik drum-drum besar menarik kembali kesadarannya.

Seokjin berbalik, menatap Taehyung hangat sebelum mengisyaratkan agar sang adik bersembunyi dibalik drum.

Suara-suara langkah kaki bergerombol orang yang menaiki anak tangga menuju tempatnya berada, samar-samar telah dapat Ia dengar. Waktunya tak banyak lagi.

Namun, sebelum Seokjin melangkahkan kakinya kembali menuju pembatas lantai tertinggi gedung itu, Ia malah kembali mendekat ke arah Taehyung dengan tergesa. “Dengarkan perkataanku, kau...kau sebenarnya—ada sesuatu yang berbeda dalam dirimu. Kau tidak hanya hidup sebagai Kim Taehyung tetapi kau juga adalah Kim Junho.”

Taehyung mengerutkan dahi. Seokjin bergerak gelisah ketika suara-suara gaduh dari tangga kian mendekat, Ia menggenggam tangan Taehyung erat. “Kau pasti akan mengetahui kebenarannya nanti. Bersembunyilah di sini, jangan sampai tertangkap.”

Taehyung hendak menghentikan kepergian Seokjin, tetapi sang kakak telah melepas tangannya dan dengan cepat bergerak menjauh.

Segera setelahnya Taehyung dapat mendengar segrombolan orang terdengar datang meski yang pertama sampai didepan kakaknya malam itu adalah seorang lelaki bersurai hitam dengan pistol yang digenggam erat. Rasa sesak mulai  merangkak naik ke dadanya disertai ketakutan yang mencekik. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Namun, malam itu ia malah mendengar bisikan serak laki-laki yang tengah menodongkan pistol kearah kakaknya. “Berhenti disana, jangan bergerak atau kau bisa ditembak.” Tangan lelaki itu bergetar, perlahan menurunkan pistol. “Kumohon Seokjin, serahkan dirimu. Ungkapkan segalanya. Itu adalah jalan yang terbaik.”

Seokjin malah tersenyum getir, mengirimkan kebingungan dan pertanyaan yang serasa akan meledakkan kepala Taehyung. Kenapa? Kenapa kau tak melakukan suruhannya, hyung?

“Kubilang kau bisa ditembak!” Yoongi kini berteriak panik.

Namun, Seokjin tak bergeming akan teriakan orang yang pernah menjadi temannya itu. Ia memilih perlahan melangkah kebelakang mendekati pembatas gedung. Sekali lagi Ia menatap netra Taehyung yang bersembunyi dibalik drum-drum.

Aku sudah benar-benar kehilangan pijakan. Seharusnya, aku tahu bahwa aku memang tak diinginkan oleh siapapun untuk tetap bernapas. Sekali lagi aku seharusnya tak meyakini bahwa aku bisa mengubah sesuatu dari kehidupanku yang sudah hancur. Ini pilihan terakhirku.

Didetik berikutnya Seokjin berkata lirih dengan pistol ditangannya yang telah menghadap tepat kearah pelipisnya. “Coba saja. Tapi kau tak akan berhasil menghentikanku.”

Dua tembakan berturut-turut terdengar memekakkan telinga sebelum tubuh Seokjin tumbang dan melewati pagar pembatas. [♤]

Hydrangea || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang