“Beberapa saat lagi, hanya...beberapa saat lagi, Jimin.” Gadis berhoodie itu menatap bingkai foto dibalik rak kaca dengan mata berbinar. “Penantian. Aku telah lama menunggu saat-saat ini. Aku telah lama memantaunya dan bersabar.” Kedua jemarinya terjalin lebih erat. Tak sedikit pun kedua netranya beralih, sesaat tetes air mata meluncur dari sana.
“Dia akan membayar kematianmu, Jimin. Oh, tidak, tidak...” Ia sejenak menggeleng, bibirnya kini membentuk seringai. “Itu tidak benar. Yang benar adalah, aku akan membuatnya membayar semua yang ia lakukan padamu, Jimin. Si jalang Son Raena itu...” Suara tawa tertahan menggema, menguar bersama udara. “Ia akan mati malam ini.”
○♤○
Raena masih mengedarkan netra. “Tae,” lirihnya, ketika kakinya serasa melemas, berakhir berjongkok dan menelungkupkan kepala.“Rae!” Jungkook setengah berteriak. Tergesa mendekati si Son. Ia menghela napas pendek. “Maaf.” Pemuda itu berujar ragu, ikut menyetarakan diri. “Apa kau baik-baik saja—“
“Apa kau mengenalinya? Apa kau tak melihat ke mana dia pergi?” Raena menukas. Ia mendongakkan kepalanya, menatap netra Jungkook yang tampak memancarkan rasa bersalah. Melihat itu, samar Raena mengerti sekaligus juga menyesali pertanyaannya.
Bagaimana mungkin laki-laki di depannya akan mengenali Taehyung? Raena bahkan tak pernah menceritakan tentang Taehyung secara mendetail kepada siapa pun. Jungkook hanya mengetahui sekilas, sekadar tahu bahwa Taehyung adalah bagian dari masa lalu yang sangat membekas baginya. Pertanyaan menggebunya hanya akan berakhir tak terjawab.
“Aku...aku tak tahu kau akan menjadi seperti ini.” Pemuda itu berucap penuh sesal.
“Tak apa, Jung. Ini bukan salahmu.” Raena perlahan berdiri. Jemarinya menghapus bekas air mata yang masih berusaha meloloskan diri dari netra hitamnya. “Ini juga bukan masalahmu. Maaf, membuatmu harus melihat ini.” Ia hendak berbalik sebelum pemuda itu menggapai pergelangan tangannya.
“Jika itu membebani, kau bisa berbagi, ingat? Kita teman—“
“Tidak, Jung.” Raena menoleh sendu. “Tidak untuk masalah ini. Kurasa bahkan dari awal aku tak perlu berbagi apa pun denganmu.”
Netra hitam pemuda itu seketika meredup.
“Banyak hal yang sangat sulit dijelaskan. Dan aku seharusnya menyimpan itu sendiri. Terima kasih atas perhatianmu selama ini.”
Gadis itu hendak beranjak tetapi langkahnya kembali tertahan. Jungkook masih menahan pergelangan tangannya.“Tu-tunggu,” Laki-laki bersurai coklat itu berucap ragu. “Aku...aku ingat sedikit tentang orang itu. Kau pasti khawatir tentang keadaannya’kan? Memang aku tak mengetahui wajahnya tetapi aku samar mengingat semua pelanggan yang datang tadi, kurasa tak ada dari mereka yang keadaannya buruk. Maksudku, orang itu, keadaannya mungkin baik-baik saja jadi kau—“
“Jungkook,” Raena berbalik. Pandangan matanya menyorot, sarat akan kekosongan. “Sudah kubilang, kau tak perlu terlibat lebih jauh, ini masalahku.” Gadis itu berusaha melepas pegangan lembut Jungkook tetapi si Jeon itu kini menariknya lebih dekat.
“Aku hanya tak suka melihatmu seperti ini!”
Nada suara Jungkook meninggi. Raena kini terpaku bisu. Lelaki itu terasa berusaha menyelaminya lewat sorot mata.“Aku hanya berusaha menjadi teman yang baik. Ah tidak, lupakan.” Pemuda itu kini melepas pergelangan tangannya. Bibir si Jeon berkerut sesal kala melanjutkan, “Kau benar, ini masalahmu. Aku tak ada hak sedikitpun. Aku hanya orang asing, hanya sebatas rekan kerja—“
“Mengetahui tentangnya sejauh ini sudah cukup bagiku.” Raena menukas. Gadis bermarga Son itu kini mengedip lelah.
Jungkook menelan kalimatnya, berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hydrangea || ✔
Fanfiction[The Sequel of Eglantine] Tujuannya hanya untuk membuat sang gadis menjalani hidup bukan dalam remang kelam masa lalu, memperhatikan gadisnya dalam balutan kebohongan dari sisa reruntuhan waktu yang ia miliki. "Siapa lagi yang harus kubunuh?" ©️Pure...