Kelopak netra Raena perlahan-lahan terbuka. Kepalanya berdenyut, keringat dingin terasa merembes dari pori-pori kulitnya. Bahkan butuh beberapa saat bagi Raena untuk benar-benar mengenali dengan jelas pemandangan di sekelilingnya.
Ia tengah terbaring di atas ranjang di kamarnya, terbungkus selimut tebal serta kompres penurun panas yang masih setia tertempel pada kening. Juga...seseorang yang membaringkan kepala tepat di sampingnya, menggenggam tangannya begitu erat. Raena meringis ketika kepalanya kembali berdenyut sakit.
“Yoon,” panggilnya tipis, tangannya mengelus puncak kepala sang kakak. “Yoongi,”
Pemuda bermarga Min itu akhirnya terbangun, “Kau baik-baik saja, Rae?” Ucapnya tergesa, memandang sang adik dengan kekhawatiran pekat.
Si Son tersenyum getir, “Ya, kurasa begitu,” Ia berusaha menegakkan punggung.
“Hati-hati,”
“Berapa lama aku seperti ini?”
Yoongi menghembuskan napas pendek, terlihat was-was. “Hampir dua hari,”
Sang lawan bicara sejenak menatap tirai jendela yang tersingkap pelan dan membiarkan cahaya matahari menyusup bebas darisana. “Ah, aku pasti sangat merepotkan, ya?”
“Tentu saja tidak. Kau adikku, mana mungkin aku merasa kerepotan hanya karena mengurusmu,” Yoongi menekan dua belah bibirnya, masih diselimuti kekhawatiran pekat. Bukan lagi karena demam tinggi serta tubuh mengigil sang adik beberapa jam yang lalu melainkan kelanjutan dari masalah yang kian merajut benang kerumitan.
Bagaimana jika Raena menanyakan Jungkook? Ah, bodoh. Tentu saja Ia akan menanyakannya. Itu hanya perihal waktu. Masalah masih terbentang antara mereka berdua, belum ada penyelesaian. Tapi, jika itu terjadi maka... darisinilah Ia akan berbohong’kan? Seperti janjinya malam itu.
“Yoon,” Raena berujar tipis, segera menarik sang kakak tiri dari perdebatan dikepalanya.
“Iya?” Netra Yoongi terlihat bergetar semakin giat, meremat kedua jemari tangannya sendiri yang membentuk jalinan.
Sang gadis meringis tipis, “Aku lapar,”
“Apa?” Netra pemuda di depannya membulat. Benar-benar terkejut.
“Perutku lapar,” Raena mengulangi.
“Ah, lapar...” Yoongi mangut-mangut, mencoba menyembunyikan ekspresi kebingungan. “A-aku akan membuatkan bubur untukmu. Tunggu sebentar ya,”
Raena tersenyum tipis, sebelum menganggukkan kepala.
Yoongi perlahan bergerak menjauh dan menghilang begitu saja dibalik pintu. Meski kemudian pemuda itu tak langsung melesat ke dapur, melainkan Ia memilih menyandarkan punggungnya pada pintu kayu kamar Raena. Yoongi setengah menunduk.
Mengapa Raena tidak menanyakan pria itu?
○♤○
“Apakah aku membuatmu menunggu lama?” Yoongi menarik kursi kayu di seberang Raena, mendudukinya sambil menyodorkan semangkuk bubur ke arah sang adik.Si Son menggeleng, “Kau sangat gesit membuatnya Yoon, sampai-sampai aku berpikir untuk mendaftarkanmu ke restoran ternama, mungkin mereka akan menjadikanmu chef.”
Yoongi tergelak canggung, “Ayolah Rae, itu hanya bubur.”
“Hei, aku serius.” Raena menyendok kecil bubur dalam mangkuk tersebut, “Menu sarapanmu juga enak, loh.”
“Itu hanya pancake dan jus jeruk Rae, astaga.” Pemuda bermarga Min itu akhirnya melepaskan tawa singkat.
Raena mengunyah bubur tersebut pelan sambil menahan tawa, sedang sang kakak masih memamerkan senyum tipis setelah sempat tertawa singkat sebelumnya.
Tangan Yoongi kini menyambar segelas kopi dan menyesapnya sambil menatap lurus sang lawan bicara. Senyum lelaki itu kini memudar. Tak butuh memperhatikan lebih jauh lagi. Tak perlu menatap netra kehitaman Raena dengan banyak asumsi lagi. Sesuatu serasa tak benar—ada hal yang aneh.
Perhatian Yoongi pada akhirnya jatuh pada pergelangan tangan Raena. “Rae, tanganmu?”
Raena mendongak bingung, “Kenapa?”
“Gelang,”
Si Son menoleh kearah pergelangan tangannya, “Ah, gelang pemberianmu?” Ucapnya menyentuh detail kecil hiasan bunga mawar pada gelang tersebut. Ia melanjutkan, “Ada apa?” Raena kembali memfokuskan perhatian pada bubur di dalam mangkuk yang setengah tandas itu.
Yoongi sejenak terdiam. Ia meremas cangkir kopinya sebelum meletakkannya di atas meja hingga menimbulkan suara denting. Yoongi meremas jalinan jemarinya, penuh keraguan dan dibalut emosi. Pemuda itu lalu berujar serak, “Lalu gelang yang satunya?”
Raena menghentikan kunyahannya. Ia menaruh sendok yang sedari tadi dipegangnya erat itu di samping mangkuk. “Oh, gelang itu...” Tangan Raena menyambar segelas air, sejenak menyesapnya sebelum menjawab, “Aku lepaskan. Apa ada yang salah?”
Iya, sangat.
Keanehan ini serasa hampir meledakkan kepala Yoongi. Setengah dirinya memang merasa lega karena Raena tak menanyakan pria itu lagi. Sang adik tiri akhirnya bisa memulai hidup dengan tenang’kan? Raena tak perlu lagi berhubungan dengan masa lalu dan terpuruk. Tetapi, setengah dari dirinya menemukan kejanggalan yang sulit untuk diabaikan begitu saja. Sorot netra kehitaman Raena berbeda, tawa dan lelucon yang dibuatnya serasa asing.
“Apakah salah jika aku melepas gelang itu?” Raena menatap datar.
“Tidak, tapi—“
“Kurasa ini saatnya memulai sesuatu yang baru’kan?” Raena menyelipkan anak rambutnya, menghela napas tipis, “Dia menyuruhku pergi, lalu sekarang aku melepasnya. Masalah sudah selesai’kan? Semuanya sudah sangat jelas.”
“Rae...” Yoongi tampak begitu tertegun. Kata-kata di pikirannya serasa menguap, tak ada yang bisa Ia lontarkan dari bibirnya.
Raena kembali menenggak air hingga tandas, meletakkan benda dari kaca itu dengan begitu tenang di atas meja. Sudut bibirnya tertarik tipis, “Tak ada yang perlu kita bahas lagi tentang dia, Yoon.” [♤]
A/N: Hello!
Hydrangea hanya tersisa part terakhir + epilog. Seperti biasa aku akan memublikasikan mereka bersamaan nanti. Jadi, ini akan jadi note terakhirku di cerita ini. Terima kasih atas dukungannya dari Eglantine sampai Hydrangea, baik itu berupa vote dan komen. Karena kalianlah aku tetap bisa menulis. Semoga cerita ini memiliki kesan yang membekas di benak kalian. Sampai jumpa lagi di karyaku yang lain💜.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hydrangea || ✔
Fanfiction[The Sequel of Eglantine] Tujuannya hanya untuk membuat sang gadis menjalani hidup bukan dalam remang kelam masa lalu, memperhatikan gadisnya dalam balutan kebohongan dari sisa reruntuhan waktu yang ia miliki. "Siapa lagi yang harus kubunuh?" ©️Pure...