39

5.5K 586 59
                                    

☠☠☠

Taeyong memegang lengan kiri Jaehyun yang memeluknya dengan sebelah tangan, sedang tangan kirinya membelai rambut bowl cut Taeyong dengan lembut.

"Hyung... apa aku boleh tanya?"

Taeyong yang bersandar di dada Jaehyun sedikit mendongak untuk melihat reaksi pria itu. Jaehyun hanya berdeham sebagai jawaban.

"Satu pertanyaan, satu round,"

Taeyong berdecak dan memanyunkan bibir.

"Baiklah. Apa?" tanya Jaehyun kemudian.

"Renjun tanya, apa kita ini pacaran? Kalau tidak, kenapa pergi liburan berdua saja? Tunangan? TTM? Atau tinggal bersama?"

Jaehyun sedikit menegakkan tubuhnya yang meringsut.

"Kapan dia bertanya begitu?"

"Tadi.. sebelum dia pulang ke hotelnya. Dia bilang kalau pacaran tidak boleh satu kamar, kalau tunangan harusnya aku pakai cincin, kalau TTM harusnya kita sembunyi-sembunyi, tapi ibu dan adik-adikku tahu kan kalau kita dekat? Dan kalau tinggal bersama... juga tidak kan? Hyung tinggal di penthouse dan aku masih tinggal dengan keluargaku? Aku tidak mau dituduh jual diri atau jadi simpanan, tapi aku juga bingung harus bilang apa. Menurut hyung, hubungan kita disebut apa?"

"Kita tidak pacaran,"

"Tidak?"

"Tidak."

"Lalu apa?"

"Kita.." kedua mata Jaehyun mendelik ke sekitar sambil memutar otak, memikirkan sepenggal kata yang tidak akan menyakiti Taeyong atau membuat Taeyong merasa bahwa ia menjanjikan sesuatu, namun tetap bisa menjawab pertanyaan polos Taeyong.

Taeyong menunggu beberapa detik, sampai kemudian Jaehyun memberikannya jawaban.

"...pasangan," akhir Jaehyun. Taeyong sedikit mendongakkan kepala.

"Pasangan?" tanyanya sedikit tak mengerti mengapa Jaehyun bisa menyebut mereka sebagai pasangan. Jelas-jelas mereka tidak pacaran, apalagi menikah.

Jaehyun mengangguk meski otaknya masih memikirkan alasan yang bisa menjadi dasar mengapa mereka dapat disebut pasangan.

"Ya. Pasangan,"

"Dalam hal apa?" Tanya Taeyong lagi.

"Apa saja. Dalam hal curhat, jalan-jalan, makan malam, mengobrol.” Jaehyun membelai lembut surai caramel Taeyong.” Kalau menurutmu kita lebih pantas disebut sebagai pasangan apa?"

Taeyong mencebikkan bibir. "Tidak tahu juga sih. Memangnya 'pasangan' itu ada berapa macam?"

"Banyak. Tapi karena sekarang kita diatas ranjang—"

Jaehyun kembali menindihi tubuh naked Taeyong dan memposisikan diri agar bisa lebih mudah memasukinya.

"—jadi kau adalah pasangan seksku.."

☠☠☠

“Aku akan tunggu disini,” ujar Doyoung. Sementara yang ditunggunya memasuki toilet untuk buang air besar karena—ya, Taeyong bilang dia suka keringat dingin dan berakhir dengan sakit perut ketika sedang panik atau gugup. Contohnya seperti saat meengikuti ujian yang akan berlangsung pagi ini.

Tetapi justru berbeda dengan sepengetahuan Doyoung, ketimbang sakit perut Taeyong justru lebih merasa bahwa perutnya mual. Entahlah, mungkin karena sarapan yang dikonsumsinya pagi ini, atau karena ia menaiki bus yang agak ugal-ugalan. Padahal ia rasa juga bus hari ini memang menggunakan kecepatan seperti itu, dan Taeyong bukan pertama kalinya menaiki bus paman tersebut.

Taeyong berdenyit. Apa benar ia salah makan? Perutnya benar-benar semakin tidak enak.

Menampung air dengan kedua tangan, Taeyong kemudian berkumur dengan air dari wastafel tersebut. Berharap perutnya sedikit lebih baik.

“Kepada murid-murid diharapkan untuk segera memasuki ruang kelasnya masing-masing karena ujian akan dimulai lima menit lagi.”

Baik Doyoung yang menunggu diluar maupun Taeyong mendengar pengumuman yang diberitahu melalui alat pengeras suara tersebut. Doyoung kemudian masuk untuk menyusul.

“Kau tidak jadi buang air?” tanya Doyoung lantaran melihat pemuda bermata doe yang berstatus sebagai sahabatnya hanya berdiri didepan cermin wastafel.

Euh.. iya. Tiba-tiba tidak sakit perut lagi,”

“Ya sudah. Ayo ke kelas,”

Um.” Tepat setelah Taeyong mengangguk Doyoung menyadari warna wajah Taeyong sedikit memudar dari biasanya; kata lainnya, pucat.

“Kau baik-baik saja?” tanya Doyoung menahan kepergian Taeyong dengan menyentuh bahunya. Taeyong sedikit tidak mengerti mengapa Doyoung bertanya demikian, namun ia memilih untuk mengangguk karena mereka tidak memiliki banyak waktu.

Doyoung membiarkan Taeyong melanjutkan langkah meski ia tidak yakin dengan jawaban pemuda manis itu.

☠☠☠

Taeyong menggenggam erat pena ditangannya. Apa yang ia rasakan pada perutnya sejak satu jam lalu semakin tidak tertahankan.   Bahkan kali ini ditambah pusing.

Sekuat tenaga ia menahan diri agar bisa tetap fokus pada lembar soal ujiannya. Namun nyaris dari seluruh tubuhnya tak bisa diajak kompromi. Bahkan keringat menjalar di kedua pelipisnya.

Beberapa menit kemudian berlalu hingga membuat Taeyong lekas berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan apa yang sejak tadi mengganggu perutnya setelah menyelesaikan ujiannya.

HWWUUEE—“

Keadaan toilet yang kosong membuat suara Taeyong menggema. Tetapi syukurlah belum ada seorangpun disana selain dirinya. Beberapa murid dari kelas lain banyak yang belum selesai dan dikelas Taeyong hanya beberapa orang saja termasuk ia.

Taeyong bernafas terengah setelah berusaha memuntahkan isi perutnya namun tak ada yang keluar sedikitpun dari mulutnya ke kloset didepannya itu.

Sementara Doyoung hanya kurun waktu beberapa detik setelah kepergian Taeyong ia juga mengumpulkan jawaban dan segera menyusul. Dan saat ini menunggu didepan bilik pintu yang dimasuki Taeyong dengan perasaan cemas.

Menyeka bibir, Taeyong keluar dan sedikit tertegun dengan kehadiran Doyoung yang entah sejak kapan sudah berdiri disana.

Lama Doyoung mengamati wajah pucat Taeyong dan kondisinya pagi ini sebelum kemudian bertanya.



Tbc

[ 2020.07.27 14:27 PM – WIB ]

《END》Devil With Love☠[JaeYong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang