11-Cinta

120 15 0
                                    

"Oi oi. Kalau kau mau lewat sini sebaiknya siapin uang yang banyak." Ucap seorang wanita berambut merah mohawk dengan rokok sebatang rokok di bibirnya.

"Maafkan aku bellemere-san. Aku buru-buru karena anakku sakit di rumah." Jawab pria yang di todong tadi.

"Kalau kau buru-buru belum tentu anakmu selamatkan. Manusia pasti akan mati kan?" Jawab bellemere meremehkan.

"Saya tidak mau kehilangan anak saya. Jadi bisakah saya bayar nanti saja." Ucap pria itu yang sekali lagi memohon kepada bellemere.

"Aah oke-oke. Pergi sana." Ucap bellemere, dan juga pria itu yang lari langsung terbirit-birit.

"Apa gunanya dia melakukan semua itu. Manusia juga tidak akan hidup lama. Kekuatan cinta bisa membuat manusia hidup lebih lama kah? Omong kosong." Gumam bellemere kepada dirinya sendiri.

Secara tiba-tiba lewat seorang anak kecil sambil menggendong bayi. Anak kecil itu terlihat rusuh, dan secara tidak sengaja itu membangkitkan nurani bellmere.

"Oi bocah. Untuk kali ini aku melepaskanmu. Cepat pergi." Ucap bellemere kepada anak tadi. Namun dalam hati bellemere juga berkata,

'Kenapa aku merasa kasihan ya? Tapi yaudahlah. Anak ini juga tak ada duit.'

Perut anak itu langsung berbunyi kencang dimana bahkan bellemere sekalipun dapat mendengarnya, dan anak di pangkuannya tidak berhenti menangis.

"Ini. Ada roti. Makan dulu." Ucap bellemere sambil melempar roti, dan mengambil bayi di pangkuan anak itu supaya dia bisa makan.

Bayi itu berhenti menangis, dan mulai tersenyum. Senyum bayi itu hampir mendorong senyuman keluar dari seorang wanita preman.

"Dia bukan adikku. Aku menemukannya di tempat sampah." Ucap anak perempuan tadi.

"Eeh. Masa' tega ada orang tua membuang bayi di tempat sampah." Ucap bellemere yang bahkan tidak tahu kenapa ucapan itu keluar dari wanita berhati batu sepertinya.

"Namaku nojiko. Ibuku membuangku ke desa ini karena tidak cukup biaya makan, dan aku menemukan bayi itu. Aku tidak punya tempat tinggal." Ucap nojiko kepada bellemere.

"Jadi bayi ini tidak punya nama?" Tanya bellemere kepada nojiko yang di balas anggukan.

"Baiklah. Kalau begitu namamu sekarang nami. Artinya ombak, atau gelombang. Itu menandakan arus ombak yang naik turun seperti hidup kita yang kadang baik, kadang buruk." Ucap bellemere kepada bayi itu, dan di sertai senyuman.

"Okelah. Mungkin kalian bisa jadi anak buah berguna. Jadi tinggallah denganku!" Pinta bellemere kepada nojiko yang juga disertai anggukan. Secara tidak sadar senyum mulai terukir di wajah gais itu hari ini.

                                     🍊 

10 tahun kemudian.

Warga desapun terheran-heran dengan perubahan sikap bellemere yang drastis tahun ke tahun. Sekarang bellemere beralih profesi dari preman menjadi petani jeruk.

Warga juga bertanya-tanya. Apakah kedua anak itu yang jadi penyebabnya? Dan mereka juga langsung tau jawabannya adalah iya.

"Oi bellemere-san. Aku memetik jeruk yang banyak loh." Ujar nojiko sambil menampakkan keranjang jeruknya.

"Kerja bagus nojiko. Karena kita lagi panen kita bakal makan enak malam ini." Jawab bellemere sambil tersenyum tulus. Hati batu yang sangat keras itu telah luluh oleh setetes air.

"Bellemere-san. Karena kita panen. Apakah kau bisa membeliku baju baru seperti anak-anak lain?" Tanya nami bersemangat.

"Tapi nami. Baju baru itu terlalu mahal. Uang kita hanya cukup untuk makan sehari-hari." Ucap bellemere kepada nami yang di sambut wajah kecewa oleh nami.

Straw Hat BandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang