16-crocodile??

90 12 2
                                    

"Vivi-san. Aku merangkai bunga loh. Bagus gak?" Ucap seorang anak kecil kepada vivi.

"Waaah kiree. Kau punya bakat loh." Balas vivi atas pertanyaan anak itu.

Di alabasta yang kering ini terdapat sebuah keceriaan yang datang dari sebuah panti asuhan. Vivi mengharapkan panti ini akan ceria selamanya.

"Oooh vivi. Bagaimana keadaan panti ini sekarang?" Ucap seorang pria tua dengan rambut rapi disisir ke belakang.

"Ooh ayah. Baik-baik saja kok. Masih ceria seperti biasanya." Ucap vivi mengahampiri orang itu yang termasuk ayahnya.

"Oh syukurlah. Melihat anak-anak itu ceria juga membuatku senang." Ucap cobra ayahnya vivi.

"Iya. Apalagi di alabasta adalah daerah padang pasir. Apabila anak terlantar mengemis pun. Di sini mereka tidak bisa mendapatkan air, dan makanan." Ucap vivi tersenyum.

"Terima kasih karena telah memberikan tanah ini ayah untuk membangun panti." Ucap vivi tersenyum ke arah ayahnya.

"Jangan di pikirkan." Ucap cobra singkat tanpa bisa menyembunyikan wajah malunya.

Nafertari cobra adalah keturunan bangsawan. Dia dikatakan memiliki tanah yang sangat luas bahkan sampai seperempat alabasta.

Dia menjalani berbagai bisnis seperti perdagangan, dan perkebunan sawit. Namun cobra tidak pernah membuka bisnis minyak yang menjadi ciri khas alabasta. Hal ini sontak membuat perusahaan lain tertarik mendapatkan tanahnya.

Alasan cobra tidak ingin membuka bisnis ini karena takut menghabiskan wilayah penduduk karena bisnis ini perlu wilayah besar, dan juga polusi.

Beberapa kali tim penelitian datang untuk memastikan tempat adanya minyak, dan mereka menemukannya di banyak tempat.

Namun ada satu hal yang membuat banyak pembisnis geram adalah karena tanah dengan potensi minyak tinggi malah di bangun panti asuhan olehnya.

"Ngomong-ngomong aku belum mengerti tuan cobra. Kenapa kau harus menggunakan tanah itu untuk membangun panti?" Tanya igaram sekretarisnya cobra yang sudah lama bingung.

"Dengan kita bangun fasilitas umum di situ mengurangi minat orang untuk mengincar tanah itu." Jelas cobra kepada igaram sambil mereka berjalan menjauhi panti.

"Tapi kenapa kau malah membuat panti asuha?" Tanya igaram yang masih merupakan sekretaris baru.

"Vivi kehilangan ibunya saat dia masih kecil. Jadi dia mengerti rasa anak-anak yang kehilangan orang tua mereka. Jadi aku bangunlah panti asuhan dengan syarat dia harus mengurusnya." Jelas cobra lagi kepada igaram.

Namun tebakan cobra tentang tidak ada yang akan melirik tanah itu sepenuhnya salah. Seseorang baru saja tersenyum di balik bayangan.

🐊🐊

Beberapa bulan telah berlalu sejak hari itu. Vivi masih bersyukir anak-anak di panti ini masih ceria seperti biasanya. Namum di sekitar kampung terdapat desas-desus yang tidak ingin di dengar.

Banyak orang mengatakan bahwa cobra akhirnya menyepakati kerja sama dengan sebuah perusahaan untuk membangun tambang minyak.

Vivi yang tidak percaya dengan apa yang di dengar akhirnya pulang kerumah untuk bertanya langsung ke ayahnya.

"Aku pun tidak mengerti. Salah satu direktur kita tiba-tiba menyetujui kerja sama dengan perusahaan itu. Dia bahkan memiliki tanda tangan, dan sidik jariku untuk persetujuan." Ucap cobra yang tengah panik kepada vivi.

"Kenapa ayah tidak pecat saja orang itu? Dan membatalkan perjanjiannya." Tanya vivi memberi saran.

"Sudah terlambat vivi. Kontrak itu memiliki persyaratan yang cukup besar. Apabila kita membatalkan secara sepihak kita terpaksa menghanti seluruh modal mereka." Ucap cobra yang tak bisa tenang.

Straw Hat BandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang