.
.
.
.
.Disinilah Jeno sekarang, putra sulung keluarga Histro itu benar benar tidak menelan perkataan nya. Setidaknya inilah salah satu sifat baik dari Jevino Zefferey Histro yang dikenal serampangan nan buruk.
Sejelek-jelek apapun dia, Jeno adalah tipe laki-laki yang bertanggung jawab dan memegang segala perkataan yang telah ia keluarkan dari belah bibirnya. Ia menarik sebuah senyuman tipis ketika melihat teman satu geng nya sedang bergerombol diarena balap.
Jeno tidak akan berhasil sampai kemari, berbuat nekad sejauh ini tanpa bantuan dari Jisung Samuelle Histro, laki-laki yang berbagi marga yang sama dengan nya.
"Kak Jev, ingetloh sekarang lo lagi dihukum sama mama. Gua cuman mau ngingetin sebagai adek, dan kalau emang setidaknya Lo gabisa menuhin permintaan mama, tapi setidaknya pikirin seberapa sering lo bikin mama kecewa kak" Jeno mendengus mendengar ceramah dari laki-laki yang berjarak dua tahun darinya itu.
"Ji, gua lagi-"
"Lo terlalu sering terjebak kak di lingkaran setan. Alangkah baiknya kalo lo tobat sesegera mungkin" Remaja itu bahkan tidak mau repot-repot membiarkan sang kakak menyelesaikan perkataan nya. Setidaknya untuk jisung, menyela ucapan kakaknya adalah yang terbaik.
Karena satu hal yang ia yakini adalah, kakaknya tidak sudi mendapatkan petuah darinya, dan ia akan segera melancarkan ulah baru yang akan menyebabkan kehebohan lebih parah lagi dari sebelumnya.
Jisung mengenal sang kakak lebih baik dari siapapun, bahkan kedua orang tuanya pun tidak bisa memahami dengan pasti isi hati dari si sulung. Duo J ini telah membagi otak yang sama semenjak balita, dan membagi kisah hidup bersama.
Dan alasan lain nya adalah......
Karena Jeno membangun tembok yang begitu jelas diantara dirinya dan keluarganya. Seakan ia tidak ingin tersentuh sama sekali, tetapi nyatanya Jeno tetaplah Jeno yang sebenarnya menginginkan kasih sayang dari kedua orangtuanya.
Sampai kapan kedua orangnya bisa mengerti? Bahwa yang ia inginkan adalah kebahagiaan keluarganya kembali. Masa kecilnya yang berharga, dimana sang mama dan papa terus berada di sisinya dan mendengarkan segala kisahnya.
Masa dimana kisah ini belum menjadi keliru dan hidup menjadi begitu rumit bagi nya. Apakah permintaan nya terlalu sulit untuk dikabulkan? Ia benci melihat keluarganya yang tidak lagi bersama.
Baik mama dan papanya memang masih bersama, namun Jeno memiliki artian lain tentang bersama dalam keluarganya. Bisakah ia berharap waktu dapat terputar kembali?.
Kini ia sendiri, tidak ada tempat nya untuk bersandar. Mama dan papa yang dahulu selalu mendengarkan dan menyayanginya pun berubah, tidak ada lagi tangan yang merengkuhnya kedalam pelukan setiap kali dia pulang kerumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐬𝐡𝐭𝐨𝐧𝐢𝐬𝐡 𝐋𝐢𝐟𝐞𝐞*
Fantasy"Are curses really real? Isn't that one of the myths that are believed by many people even though it is just a myth?" Pertanyaan yang dulunya dianggap sebagai bualan belaka dan diremehkan oleh nya kini menjadi bumerang untuknya. Bagaimana tidak? Je...