"Are curses really real? Isn't that one of the myths that are believed by many people even though it is just a myth?" Pertanyaan yang dulunya dianggap sebagai bualan belaka dan diremehkan oleh nya kini menjadi bumerang untuknya.
Bagaimana tidak? Je...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . . .
"Kak jen baik-baik aja kan? Sumpah kak gua khawatir banget sama lu" si bungsu keluarga Histro menghamburkan diri ke pelukan Jeno, wajah khawatir nya membuat tatapan yang lebih tua menyendu.
"I'm fine, liat sekarang aku masih bisa nafas" balas Jeno cekikikan, berusaha untuk menghilangkan pikiran negatif sang adik. Rasanya senang mengingat jisung perduli padanya, bahkan menghilangkan kesendirian nya.
"Semua ini karena sir mark kan? Coba aja kalo lu gak perlu nikah sama dia, gak kecelakaan sama dia, lu gak bakal kayak begini kak" Jisung mencengkram bahunya kuat, membuat jeno kewalahan sendiri.
"Gak ada yang perlu disalahin di sini ji, gua emang lagi gak enak badan aja. Lu tau kan keadaan gua gimana?" Gadis itu mengangkat satu alisnya, mengeluarkan sebuah pertanyaan retoris di akhir kalimatnya.
"KALAU BEGITU AYO KABUR SAMA GUA KAK, GUA BAKAL GANTIIN POSISINYA SIR MARK. GUA BISA JAGAIN LU LEBIH BAIK DARIPADA DIA. KAWIN LARI SAMA GUA KAK, GUA CINTA SAMA LO" Manik sabit itu membola mendengar ide gila Jisung, dan seburuk apapun hidupnya jelas Jeno gak bakal setuju sama pilihan yang jisung ambil.
Jeno gak bakal ambil pilihan salah untuk yang kedua kalinya, dia milih buat berhenti dan berputar arah.
"JISUNG"
"Kalau lu gak nikah sama gua, gua mending mati"
"PLAK"
Jisung tidak bergeming saat wajah sisi kirinya ditampar oleh sang kakak, boleh dibilang langkah yang dia pilih itu memang sangat sangat salah. Tapi siapa yang bisa nyalahin perasaan dia?
"Ji plis hargain gua, ini pilihan hidup satu-satunya yang gua punya. Kalau gua ngak nikah sama Sir Mark, apa ada orang lain yang mau nerima gua? Dan stop bilang kalau lu cinta sama gua, karena kita saudara sedarah yang terikat satu sama lain. Kenapa lu maksain banget? Gua udah bekas ji, dan lu harus tau gimana perjuangan gua biar Sir Mark mau nerima perasaan gua......." Nafas Jeno tercekat saat Jisung mulai membenamkan wajahnya di perpotongan lehernya, hembusan nafas jisung yang menerpa permukaan kulitnya terasa menderu deru.
"Gua sayang sama lu, sebagai seorang kakak. Gak ada yang lebih berharga dibanding punya lu sebagai adik gua, yang selalu care dan overprotektif dibandingkan gua yang notabene nya kakak. Maaf kalau gua nyakitin perasaan lu, tapi please jangan ngelukain lebih banyak orang dengan cinta yang lu kasih ke gua. Masih banyak cewek diluar sana yang berhak buat nerima itu, dan orangnya bukan gua."
"Gua gak bisa lupain perasaan gua begitu aja. Kalau katanya cinta itu anugerah dari Tuhan, lalu kenapa aku harus ngelepasin cinta ini? Aku gak punya siapa-siapa selain kakak, aku bakal sendirian tanpa kak jeno" pelupuk mata jeno memanas, kristal bening yang memenuhinya hampir tumpah bagaikan air hujan.
