.
.
.
.
.
.Disaat Jeno tengah terbaring di ranjang rumah sakit dalam kesendirian nya, berbeda lagi dengan kedua orang tuanya yang tengah sibuk di lab untuk melakukan eksperimen gila mereka.
"Kai kamu gak mau pulang dan cek keadaan anak kita dulu nih?" Sebastian menaik turunkan alisnya seakan menunggu jawaban yang akan dilontarkan oleh sang istri.
Yah walaupun pertanyaan itu hanyalah sebuah Albi belaka untuk menutupi kebosanan nya yang sudah terkurung selama kurang lebih semalam suntuk bersama isterinya yang tengah bersemangat memberikan kado ulang tahun, sekaligus hukuman setimpal untuk putra sulungnya.
"Buat apa? Lagipula dia pasti lagi gak ada dirumah, paling-paling masuk rumah sakit. Mendingan aku disini siapin obat buat dia biar seneng dianya, ah aku gak sabar liat muka tersiksa jenoku" ucapnya sambil tersenyum setan.
"Toh selama enam belas tahun menjabat jadi emaknya dapet pahitnya terus, berulah aja terus dianya. pas ulang tahun kali ini biarin dia dapet pelajaran berharga sekaligus kado terindah biar terus dikenang ahahahaha" tawa wanita itu menggelegar di malam itu, membuat sang suami yang duduk tepat dihadapan nya itu merinding.
"Sayang, makin lama kamu serem banget yaampun-"
"APA KATA KAMU? MAU AKU CABEIN MULUT NYA?" Suara kai meninggi begitu mendengar ucapan suaminya.
"Ngak jadi sayangku, aku tarik balik semua kata-kata ku tadi. I love you dan bakal ngedukung apapun pilihan kamu, whatever you choose" ujarnya dengan nada bergidik.
"Yaudah, bantuin aku bikin ramuan ini. Ah atau apa yang harus aku namain ini ya? Kan padahal ini bukan obat beneran" Kai meletakan jarinya didahinya, berpikir dua kali apa yang harus dilakukan nya setelah ini.
"Eh kamu jadi bikin apa kai? Ini beneran bakal kamu kasih ke jeno kita?" Tanya Sebastian sambil menatap horor bermacam-macam botol ramuan atau cairan yang tidak ia ketahui, ah lagipula itu kan urusan kai yang berprofesi sebagai seorang professor.
Entah kenapa malam ini menjadi begitu menyeramkan baginya. Padahal ia bersama dengan seseorang yang dicintainya.
"Oh tentu, kan sudah kubilang aku akan memberikan balasan yang setimpal pada anakmu itu. Berani-beraninya dia membuat ulah padahal sudah kuperingatkan kemarin?" Geram kai.
"Tapi dia kan anakmu juga, kesempatan kedua akan baik untuk nya. Semua orang kan berhak untuk kesempatan kedua" Sebastian menarik tangan Kai dan mengelusnya lembut.
Perlahan raut wajah sang istri mulai melembut, diusapnya dengan sayang surai hitam arang sang suami. "Aku senang kau perhatian dengan putra kita, namun kesempatan yang kuberikan sayangnya sudah habis. Aku minta maaf tidak dapat mengabulkan nya".
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐬𝐡𝐭𝐨𝐧𝐢𝐬𝐡 𝐋𝐢𝐟𝐞𝐞*
Fantasy"Are curses really real? Isn't that one of the myths that are believed by many people even though it is just a myth?" Pertanyaan yang dulunya dianggap sebagai bualan belaka dan diremehkan oleh nya kini menjadi bumerang untuknya. Bagaimana tidak? Je...