.
.
.
.
.Jeno membanting pintu kamarnya kencang, masa bodo dengan para maid ataupun mertuanya yang menatap dirinya aneh.
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dia kembali pulang ke mansion Keluarga Geovanni. "Jenica dengerin saya dulu, jangan berlagak kayak anak kecil terus"
Setelah pintu terkunci sempurna, Mark meremat rambutnya gusar sambil menyenderkan punggungnya di pintu kamar.
"Ngak ada yang perlu aku dengerin dari kamu, toh semua yang kamu bilang cuman bullshit" mata Jeno berkilat marah, dengan kristal bening yang terus keluar dari kelopak matanya, ia melemparkan sebuah tas ransel dan memasukkan beberapa baju.
"Ya saya tahu saya salah, tapi selama ini saya ngak pernah mainin perasaan kamu" Suara yang membalas ucapan nya barusan membuat ulu hati Jenica semakin pedih.
"Please berhenti bohongin diri kamu, sir ngak capek udah bodohin aku selama ini? Aku nganggap sir udah cinta sama aku, padahal kenyataan nya apa? Bukan cuman sama Hina, tapi juga sama cewek lain sir main. Kalau bukan kata brengsek, kata apa yang cocok sama kamu? Mikir dong" dada gadis itu bergerak naik turun, berusaha meredam emosinya yang memuncak.
Selama ini rasanya dia udah lebih dari cukup nyetok kesabaran buat ngehadepin Mark. Dia salah udah jatuh cinta sama cowok yang ngehamilin dia diluar nikah, apalagi sampai percaya sama perasaan fake dari suami yang juga ngerangkap jadi gurunya.
"Saya minta maaf Jen, saya ngelukain hati kamu. Tapi satu yang harus kamu tau, saya dijebak-"
"Sir waktu itu juga kepaksa nikah sama saya karena utang papa ke keluarga sir, ditambah kecelakaan yang kita alamin. Kalau kali ini sir bilang selingkuh sama cewek itu secara ngak sadar, dimana hati nurani lo?....."
"Kalau dia hamil sir bakal nikahin dia juga, selayaknya aku? Atau malah gua yang bakal didepak karena lu cinta sama Mina?" Semakin lama suara Jeno semakin memelan, sejalan dengan hatinya yang serasa dihujam puluhan pisau.
"Ngak Jenica, saya ngak main apapun sama dia! Saya tidak setega itu menceraikan kamu dalam keadaan hamil" vokal Mark terdengar frustasi, sekembalinya dari sekolah ia malah harus dihadapkan dengan bukti perselingkuhan nya dengan mantan kekasihnya dulu.
Jenica menarik sebuah senyuman remeh, sambil menyeka air mata disudut pipinya ia berkata, "jadi kalau anak ini lahir, ngak ada alasan lain buat sir pertahanin aku kan? Walaupun aku bilang udah jatuh cinta sama sir, aku ngak bakal menang dari dia".
"Saya ngak cinta sama mina, yang terjadi semalam itu cuman sebuah kecelakaan. Saya ngak pernah berniat main api dibelakang kamu Jen, meskipun awal kita menikah cuman karena paksaan" sang gadis menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya, balasan dari Mark membuatnya semakin yakin untuk berpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐬𝐡𝐭𝐨𝐧𝐢𝐬𝐡 𝐋𝐢𝐟𝐞𝐞*
Fantasy"Are curses really real? Isn't that one of the myths that are believed by many people even though it is just a myth?" Pertanyaan yang dulunya dianggap sebagai bualan belaka dan diremehkan oleh nya kini menjadi bumerang untuknya. Bagaimana tidak? Je...