"Are curses really real? Isn't that one of the myths that are believed by many people even though it is just a myth?" Pertanyaan yang dulunya dianggap sebagai bualan belaka dan diremehkan oleh nya kini menjadi bumerang untuknya.
Bagaimana tidak? Je...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . . . .
Jeno tercegang, merasa terkaget kaget begitu melihat kedatangan seseorang dari 'mimpi' nya. Laki-laki dewasa yang sudah tidak asing lagi baginya, dialah Mark Christoffel Geovanni, guru yang juga menjabat sebagai wali kelasnya kini datang di dunia nyata nya.
Oh Tuhan, kenapa takdir begitu tega mempermainkan dirinya seperti ini?
Apa jangan-jangan......
"Jangan-jangan Sir Mark itu lucid dream prince aku? Apa dia kayak pangeran berkuda putih yang dateng buat nyelamatin aku sebelum ada monster beruang coklat datang dan bunuh aku? Kalau bener begitu aku rela kok kalo mimpi aku jadi kenyataan hehehe." Inner Jeno.
"Aku gamau mati muda gara-gara kena bacok setan tengil sama digigit monster beruang coklat yang lagi ngamuk. Hehehe sekarang nyawa aku aman karena ada bayi cheetah yang bisa ngelindungin aku" gumam nya sambil tersenyum kaku.
. .
*Read -Monster beruang madu = Kai -Setan tengil = Sebastian -Bayi cheetah = Mark
. .
Kalau di awal jeno emang udah ngelebur sama hayalan ciptaan dia sendiri, maka sekarang kayaknya dia harus bener bener nguatin diri dan iman nya karena tatapan guru killer didepan nya itu udah seakan mau ngulitin dia hidup hidup.
Remaja itu bahkan bakal rela banget minum obat tidur dan ngelewatin hari yang seharusnya menjadi hari terindah dalam tahun ini demi menghindari tatapan tajam sang guru.
Jeno dalam hati merutuki dirinya sendiri saat otaknya memaksa untuk mengulang potongan cerita dari mimpinya, cerita yang terasa memalukan namun membuatnya merasa rindu akan mimpi itu disisi yang lain nya.
"Jeno bodoh, kenapa kau tidak bisa mengatur dirimu sendiri sih" keluhnya entah pada siapa. Kehadiran Mark disini tentu membuat suasana rusuh yang awalnya dibuat kedua kakak adik itu menjadi canggung, apalagi bagi jeno yang merasa dirinya menjadi 'aneh' semenjak mimpi itu menghampirinya semalam.
Mana ada laki-laki yang merasa salah tingkah jika tidak sengaja bertatapan dengan laki-laki lain nya? Jeno semakin merasa memiliki kelainan, padahal ia terlahir sehat-sehat saja dari rahim sang mama.
Apakah ini hukuman untuknya karena tidak pernah absen kurang ajar pada mamanya? Malah jangan-jangan, kutukan mama nya udah bekerja lagi. Akhirnya Jeno cuman bisa berpasrah ria sama keadaan yang tiba-tiba ngehampirin dia.
Tanpa sadar wajahnya memerah bak kepiting rebus saat manik sekelam malam itu bersitubruk dengan manik indah Mark. Ah, ini tuh bener-bener sebuah perasaan yang Jeno sendiri gak bisa ngungkapin.
