"Are curses really real? Isn't that one of the myths that are believed by many people even though it is just a myth?" Pertanyaan yang dulunya dianggap sebagai bualan belaka dan diremehkan oleh nya kini menjadi bumerang untuknya.
Bagaimana tidak? Je...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . . .
"Kamu ngeyel banget jadi orang, beneran dikasih hukuman cuci toilet kan sama Hina" Mark berdumel, keringat tak henti mengucur dari pelipisnya tapi gadis yang berdiri di ambang pintu toilet tersenyum lima jari.
"Tapi bagusnya ada Sir Mark yang jadi sukarelawan, ngegantiin posisi aku buat bersihin toilet hehehe" gadis itu tertawa senang lalu menepuk bahu si pria yang masih memakai setelan jas lengkap.
"Saya ngak tega biarin kamu yang lagi hamil muda bersihin toilet, kamu kan rentan banget keguguran. Nanti kalo nyungsep siapa yang salah?"
"Ya pasti salahnya uler itu. Si hina itu kan punya dendam kesumat sama saya, makanya garela liat saya hidup tenang. Dia pasti iri karena saya lebih cantik dari dia" Jeno mengambil alih pel yang ada di tangan Mark, lalu melanjutkan pekerjaan yang tersisa.
"Saya heran kamu punya kepercayaan diri setinggi itu dari mana?" Mark menarik pinggang Jeno mendekat, lalu mengistirahatkan kepalanya di bahu sang istri.
"Ya karena saya Jeno" gadis itu membalas enteng.
"Emang kamu Jeno, orang terunik sedunia. Ayo kita pulang, udah sore. Kalau ada apa apa sama kamu, saya yang salah"
Jeno menarik ujung bibirnya senang, akhirnya hukuman nya berakhir dan ia bisa menghabiskan sisa harinya di atas kasur.
"Ayo sir hehehe, tau aja aku udah kangen banget sama kasur" Jeno meletakan peralatan itu kembali ke pojok toilet. Lalu keluar dari sana sambil bersiul riang.
Mark secara tak sadar ikut tersenyum, merasa tersihir oleh tingkah laku yang lebih muda. Dia pun ikut melangkahkan kaki menuju parkiran sekolah, dimana Jeno sudah menunggunya di depan mobil.
"Udah sore sir, cepetan dong jalan nya jangan kayak kura kura" Jeno tertawa kencang saat Mark mulai termakan ucapan nya, pria itu mendelik tak suka lalu mulau memberikan petuah-petuah pada yang lebih muda.
"Lain kali harus hormat sama guru, kamu baru aja loh masuk di sekolah ini masa udah bikin kasus? Walaupun dia memang ngeselin dan secara terang terangan nyakitin kamu, tapi dia lebih tua dari kamu. Kamu bisa kena masalah yang lebih besar daripada sekarang, karena Hina nyimpan dendam sama kamu" Jeno mengerucutkan bibirnya kesal, habis mendapat hukuman malah harus mendengar ceramah gratis dari suaminya.
"Sir kenapa bela dia? Padahal kan aku istrinya kamu. Emang hina duluan yang mulai ngejelekin aku, dan sir cuman bisa nonton."
"Saya gak mungkin mengikutsertakan hubungan pribadi saya dalam bekerja, kamu yang bakal kena masalah besar kalau ketahuan udah nikah dibawah umur, sama guru sendiri pula. Bisa-bisa kita didepak dari sini" Mark membalas pelan, yang sayangnya tidak digubris oleh Jeno.