.
.
.
.
.Jeno masih dalam keadaan setengah sadar, belum sepenuhnya terbangun dari hangover yang mendera nya semalam. Terbangun di tempat asing yang dapat ia tebak adalah kamar hotel. Rasa mual yang mendera perutnya membuat gadis itu bergegas pergi ke kamar mandi.
Gadis itu buru-buru menyibakan selimut yang membungkus seluruh tubuhnya dan menutup mulutnya sembari berlari tanpa pikir panjang. Namun baru tiga langkah kakinya menapak, ia harus rela mencium lantai.
Kakinya terasa lemas dan tidak sanggup menopang seluruh tubuhnya. Sebelum ia menyadari apa alasan hawa di pagi hari itu begitu dingin langsung menyapa tubuh nya. Ia membulatkan mata tak percaya melihat keadaan nya yang polos tanpa sehelai benangpun.
"Gila semalem gue ngapain? Terus gua kok bisa-huekk" pertanyaan itu terputus begitu kerongkongan nya mengeluarkan seluruh makanan yang berada di perutnya.
"Huekkk"
Jeno hanya tidak menyadari, bahwa di ruangan itu terdapat eksistensi lain selain dirinya. Dan artinya ia tidak sendirian sejak malam, dan sosok inilah yang membawanya.
"Kamu ngapain disana?" Suara serak khas bangun tidur seorang pria membuat tubuh jeno menegang, entah siap atau tidak siap menerima kenyataan yang tersaji di hadapan nya. Jeno masih mempertahankan posisinya, sembari memalingkan wajah ia menarik selimut dari atas kasur.
"Aku gabisa berdiri, itu sakit banget" cicitnya pelan. Wajah gadis itu memerah padam, merasa malu mengatakan hal seperti itu pada seorang pria.
"Jenica"
Suara bass pria itu kembali terdengar, membuat manik sabit gadis itu terbuka lebar, ia jelas mengenali suara rendah yang memanggil namanya.
Dengan lemas ia memalingkan wajahnya, lalu mendapati sosok yang menjadi penyebab "mabuknya" semalam berada di atas kasur dengan tubuh polos sama sepertinya.
"Kamu niat mempermainkan saya ya?! Sebegitunya kamu mau saya nikahin sampe kamu narik saya ngamar?" Laki-laki itu berseru keras, membuat dahi jeno mengeryit tak suka.
"Tunggu.....semalem sir-aku" gadis itu menunjuk dirinya dan Mark bergantian, tatapan polosnya membuat mark merasa gemas namun ia tidak ingin jatuh ke perangkap gadis itu untuk yang kedua kalinya.
"Menurut kamu semalem kita ngapain Jenica?" Mark bertanya balik alih-alih menjawab, membuat jeno kini merasa bingung. Pikiran nya sebagai seorang laki-laki tentu saja akan sadar, bahwa ia telah secara tidak sengaja tidur dengan Mark.
Tetapi alih-alih dia yang marah, kenapa sekarang mark yang seolah-olah tersakiti? Padahal kini dia yang harus menahan rasa sakit di bagian bawah nya, dan penyebab utamanya adalah Mark, sedangkan dia victim nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐬𝐡𝐭𝐨𝐧𝐢𝐬𝐡 𝐋𝐢𝐟𝐞𝐞*
Fantasy"Are curses really real? Isn't that one of the myths that are believed by many people even though it is just a myth?" Pertanyaan yang dulunya dianggap sebagai bualan belaka dan diremehkan oleh nya kini menjadi bumerang untuknya. Bagaimana tidak? Je...